Hubb

2.9K 194 2
                                    

Happy Reading:)

Jangan lupa Vote!

Komen kritik dan saran dipersilahkan :)

–––🌹🌹🌹–––

Dua bulan hidup bersama Gus Tsaqib membuat Kia merasa bahagia. Ada sesuatu dalam dirinya yang tumbuh, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cinta.

Perlakuan Gus Tsaqib selalu membuat Kia merasa istimewa dan selalu sukses membuat Kia salah tingkah. Contohnya saja seperti dua hari yang lalu. Saat itu Kia sedang sibuk berada di dapur mencoba membuat camilan sehat. Berbagai alat dapur dan resep yang dibutuhkan sudah dipersiapkan.

Kia masak dengan santai dan ditemani oleh musik- musik arab yang mengalun dari ponselnya. Sesekali Kia ikut menyanyi menirukan lagu yang terputar.

Suasana rumah yang sepi membuat Kia nyaman dan bebas berekspresi. Namun, kebebasannya berubah saat suaminya datang.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa 'alaikumussalaam, Kak," jawab Kia mendekat dan menyalimi suaminya.

Melihat Kia menyambutnya dengan senyuman membuat rasa lelah Tsaqib hilang. Dia lebih ingin menjahili Kia seketika.

"Kia, kenapa pipimu?"

Refleks Kia memegang kedua pipinya. Membersihkan pipinya takut ada sesuatu yang kotor.

"Apa masih ada, kak?" tanyanya bingung.

Tsaqib mengangguk. "Belum bersih Ki," jawabnya.

"Sini!" Kia mendekat ke arah Tsaqib yang memintanya mendekat.

Cup.

"Sudah bersih," ucapan Tsaqib santai.

Kia mengerjapkan matanya polos.

Tubuhnya menegang mendapat ciuman yang tiba-tiba. Pipinya bersemu merah seperti jambu. Manis.

"Loh, pipinya kok merah, hmm?" goda Tsaqib semakin membuat pipinya merah.

Tidak ingin membuat suaminya semakin menjadi, Kia kembali ke dapur lagi melanjutkan acara masaknya yang terhenti. Tsaqib terkekeh sendiri melihat istrinya yang salah tingkah.

–––🌹🌹🌹–––

"Jadi, sekarang mau setor apa murojaah Ki?"

"Murojaah aja ya, Kak.." rayu Kia dengan puppy eyes nya.

"Iya, gapapa. Tapi besok harus setor double. Kalau engga, bakal kakak hukum, setuju?"

Kia menghembuskan napas berat, "iyadeh, besok Kia setor double," jawabnya lesu.

Tsaqib mengacak mukenah yang membalut kepala Kia, "Gausah kusut gitu wajahnya, harus ikhlas Ki," wejangnya.

"Ayo, mulai!" titah Tsaqib pada Kia.

Ayat- ayat Al-Qur'an mulai dilantunkan. Kia menikmati setiap bacaannya. Sesekali juga Tsaqib membenarkan dan mengoreksi jika bacaan Kia tidak sesuai. Dia cukup telaten menyimak Kia yang sedang murojaah.

"Shodaqollahul 'adzim," tutup Kia saat murojaah nya selesai.

"Alhamdulillah selesai,"

"Hehe, iya Kak,"

Usai murojaah, Kia hendak bangkit dari duduknya namun, tangannya ditahan oleh Tsaqib hingga terduduk kembali.

"Ehhh," kagetnya.

"Duduk dulu!"

"Kenapa, Kak?"

Tsaqib tersenyum melihat kebingungan istrinya.

AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang