Siapa?

4.8K 284 31
                                    

Happy Reading :)

Jangan lupa Vote dan Komen.

Kritik dan Saran dipersilahkan :)

*****

Terbukti. Ucapan Nininya benar, Kia hamil. Usia kandungannya berjalan dua bulan. Melihat perkembangan bayinya yang sehat, Kia sangat bahagia.

Selesai memeriksakan kandungannya, Kia meminta izin pada Nini dan Kai untuk pergi ke kaki bukit yang berada tak jauh dari rumahnya.

Katakan saja healing. Sepoi angin perbukitan begitu membuat fresh pikirannya.

Suasana yang lumayan sepi membuat Kia betah berlama-lama. Tidak terlalu banyak pendaki yang datang karena memang bukan weekend.

Kia menikmati hamparan hijau di kaki bukit batu langara. Dia duduk disebuah gubuk sederhana yang sengaja dibangun untuk bersantai.

Sebagian bebannya sudah hilang. Dia sudah bercerita tentang keadaannya pada orang tuanya. Dan betapa terkejutnya dia saat bunda dan ayahnya sudah tau jika dia di poligami. Awalnya orang tuanya marah namun, berkat pembelaan dari Kai dan Nininya mereka sudah melunak. Ayah dan Bundanya berjanji tidak akan pernah memberi tahu keberadaannya sekarang pada Tsaqib.

"Ekhem," deham seseorang yang membuat Kia menoleh. Lamunannya merasa dibuyarkan.

Orang asing. Kia tidak mengenalnya sama sekali.

"Keselek batu?" tanya Kia sewot.

Tanpa permisi orang itu duduk sedikit jauh digubuk yang sama,"engga," jawabnya setelah duduk.

"Kirain kesedak batu tuh, kerongkongannya,"

Orang laki-laki itu terkekeh," batu katanya, emang saya hewan, makan batu-batuan?"

"Eh, malahan hewan ga ada yang makan batu-batuan," ucapnya receh.

Mendengar laki-laki disampingnya sedikit menggerutu, membuat Kia ikut terkekeh juga. Tidak biasanya dia se receh ini mendengar gurauan dari orang yang tidak di kenal nya.

"Gitu dong, senyum."

Kia menghentikan tawanya, mendadak diam.

*****

Hari mulai petang, Kia akan pulang. Dia takut Kai dan Nininya khawatir. Jarak rumah dengan kaki bukit tidak terlalu jauh, dia hanya perlu jalan kaki saja untuk menuju rumahnya. Berbicara orang yang ia temui tadi, dia sudah pergi lebih dulu dibanding Kia.

"Assalamualaikum Nini,"

"Wa 'alaikumussalaam, sudah datang Ki? Ayo masuk!"

Kia masuk menghampiri keberadaan Nininya yang berada di dapur. Namun, tak sengaja telinganya menangkap gelak tawa seseorang dari belakang rumahnya.

"Kai lagi ada tamu?"

"Engga Nak, Kai sedang ngaji,"

"Ngaji? Kenapa sampai terbahak, apa yang membuat Kai terdengar begitu bahagia?"

Karena penasaran, Kia menghampiri Kai nya di belakang rumah. Ternyata beliau tidak sendiri tapi, Kia tidak bisa melihat jelas siapa yang sedang bersama Kai nya hingga membuat dia mendekat.

"Hai, nona," sapa orang itu.

Kai Arul menoleh, "Sini, nak!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang