Happy Reading :)
Jangan lupa Vote.
Kritik dan Saran di persilahkan :)
--🌹🌹🌹--
Kia termenung di dalam kamarnya memikirkan keputusan yang sudah dia ambil. Setelah mendapatkan petunjuk dari Allah melalui sholat istikharah. Dia memutuskan untuk menerima perjodohan ini.
Wajah kedua orang tua, bibi, dan pamannya berseri ketika mendengar jawaban dari Kia. Dan saat itu juga mereka menghubungi keluarga Kyai Musthofa untuk menyampaikan kabar baiknya.
Kyai Musthofa memutuskan besok akan datang ke rumah Kia untuk mengkhitbahnya.
Kia yang mendengar itupun menjadi gugup seketika. Dia sangat resah, gelisah, dan bingung. Kia tidak memusingkan tentang cinta karena, cinta bisa tumbuh saat sudah bersama hanya saja, dia masih belum percaya dan belum siap benar membina sebuah rumah tangga.
Tok tok tok
"Masuk!"
Mendengar kata masuk dari si pemilik kamar, Rahma membuka pintu yang sengaja tidak dikunci.
"Bunda, kenapa Bun?" tanya Kia heran.
Rahma duduk di kasur dan Kia pun mengikutinya. Mereka duduk saling berhadapan. Tangan Rahma terulur munyurai surai halus putrinya.
"Kamu sudah dewasa sekarang, rasanya bunda baru kemarin gendong Kia, nyuapin Kia, sekarang Kia udah mau di khitbah," ucap Bundanya.
"Bundaaa," Kia memeluk Rahma manja.
"Sekarang tidur gih, biar ga mata panda, masa anak bunda ada kantung matanya," goda Rahma.
"Ihhh Bunda, ini Kia juga mau tidur,"
Setelah mengecup pipi Kia, Rahma keluar kamar membiarkan putrinya beristirahat.
--🌹🌹🌹--
Di pondok Riyadhus Sholihin, Tsaqib sedang sibuk menyimak setoran santri putra yang menghapal Al- Qur'an. Dia mentasmi' dan sesekali membenarkan setiap santri yang salah atau kurang tepat makhorijul hurufnya.
Tsaqib menyimak banyak santri. Bukan sekedar puluhan, tapi ratusan santri yang disimaknya. Dia lebih nyaman menyimak santri putra daripada santri putri. Kadang Umminya meminta dia menjadi badal penyimak santri putri tapi, Tsaqib selalu mencari alasan untuk menolak permintaan Umminya. Bukan karena tidak patuh, hanya saja dia enggan dengan tatapan para santriwati.
Tsaqib tau jika para santriwati sering membicarakannya tapi, dia tidak menanggapinya.
"Assalamu'alaikum Gus,"
"Wa 'alaikumussalaam Kang, ada apa?"
"Pengapunten Gus, njenengan di panggil Abah Yai sama Bu Nyai,"
"Iya Kang, sebentar lagi saya ke sana,"
Setelah menyimak beberapa santri yang terakhir, Tsaqib segera pulang ke ndalem untuk menemui kedua orang tuanya.
"Semua sudah selesai saya tasmi', silahkan dimurojaah kembali yang sudah dihapalkan. Wallahu 'Alam bish- Showab, Wassalamu'alaikum,"
Usai berpamitan pada para santri, Tsaqib langsung melesat menuju rumah. Di perjalanan dia terus saja menunduk, tidak menghiraukan setiap mata santriwati yang memandangnya secara terang- terangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amor
Novela JuvenilBukan tentang memiliki atau dimiliki. Tapi, tentang ketetapan hati. ⚠ PLAGIAT GAUSAH MAMPIR! Highest Rank : 2 Kia ---- 12/ 06/ 2022 2 Ning -- 22/ 11/ 2022 1 Ning -- 26/ 11/ 2022 6 Poligami -- 02/ 12/ 2022 4 Poligami -- 05/ 12/ 2022 3 Poligami -- 06...