Happy Reading :)
Jangan lupa VOTE dan Komen.
Kritik dan Saran dipersilahkan :)
*****
Sesuai arahan dokter Fani, Gus Tsaqib membawa Ning Zira ke dokter obgyn untuk mengecek kandungannya. Keantusiasan Ning Zira sangat ketara. Sejak pagi wajahnya tidak berhenti tersenyum.
"Mas, nanti kita berangkat jam berapa?"
"Jam 10 ya, Mas ada jadwal ta'lim hari ini,"
"Siap, sekalian ya Mas, nanti setelah ke dokter kita ke rumah Abah sama Umi, Zi mau kasih kejutan buat mereka,"
Tsaqib menghentikan makanan yang akan ia masukkan ke mulutnya. Dia melirik Kia yang sedari tadi diam menikmati makannya. "Ning Zi, itukan jauh jadi, nunggu saya senggang aja ya,"
"Sebentar aja kok Mas, kita ngga nginep, mau ya?"
"Kita liat aja nanti."
Muak dengan obrolan keduanya, Kia menyudahi makannya. Berada di meja makan bersama mereka hanya akan menambah rasa sakitnya. "Ki, makananmu belum habis," tegur Tsaqib melihat Kia yang sudah berdiri.
"Kenyang."
Tangan Kia dicekal. Tsaqib pelakunya. "Duduk!"
Tidak sengaja Kia memutar bola mata malas tapi, dia tetap mentaati ucapan suaminya.
"Buka mulut!" Perintah Tsaqib menyodorkan sesendok nasi.
Kia menggeleng, "engga Kak,"
"Buka mulut atau kamu ga kakak kasih izin keluar, sekalipun ke pondok."
Bukan maksud mengancam, tapi Tsaqib tau kebiasaan Kia. Dia tidak pernah menyisakan makanannya sedikitpun. Makanan dipiringnya selalu bersih tak bersisa. Kia melihat sekitar ternyata, Ning Zira sudah tidak ada. Tinggal mereka berdua saja yang berada di ruang makan.
"Kia bisa sendiri Kak,"
"Kakak gak nerima penolakan, sayang,"
Dan mau tidak mau dengan berat dia membuka mulutnya. Melanjutkan makan yang sempat di hentikannya.
Dari atas lantai dua, adegan Tsaqib yang menyuapi Kia tidak luput dari penglihatan Ning Zira.
Jujur saja, dia merasa iri karena selama menikah, Tsaqib jarang melakukan hal yang romantis padanya. "Semoga dengan adanya kamu, Abi semakin sayang dan cinta sama Umma ya nak," ucapnya dengan mengelus perutnya yang masih rata.
*****
Waktu ta'lim Gus Tsaqib telah selesai. Dia bergegas menuju ndalem menemui Ning Zira sesuai janjinya. "Mas," panggil seseorang yang sudah menunggunya.
"Ning, tunggu di mobil sebentar, Mas mau nemuin Kia dulu,"
Usai sarapan sedari pagi tadi, Kia berkumpul bersama para santri untuk pembuatan majalah pondok. Berdiam diri di rumah tidak akan mengurangi rasa sakitnya tapi, menyibukkan diri bersama para santri redaksi akan mengalihkan rasa sakitnya meski sebentar.
Sebelum ada Kia, pondok masih belum memiliki tim redaksi karena belum ada yang membimbingnya. Namun, semenjak ada Kia dan dia ingin menyalurkan hobi menulisnya dia meminta izin pada mertuanya untuk membentuk tim redaksi pondok.
"Jadi, sudah ada berapa tulisan yang terkumpul?"
"Kurang lebih 15 tulisan Ning,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Amor
Fiksi RemajaBukan tentang memiliki atau dimiliki. Tapi, tentang ketetapan hati. ⚠ PLAGIAT GAUSAH MAMPIR! Highest Rank : 2 Kia ---- 12/ 06/ 2022 2 Ning -- 22/ 11/ 2022 1 Ning -- 26/ 11/ 2022 6 Poligami -- 02/ 12/ 2022 4 Poligami -- 05/ 12/ 2022 3 Poligami -- 06...