Terpaksa Bohong

3.6K 210 8
                                    

Happy Reading :)

Jangan lupa VOTE dan Komen.

Kritik dan Saran dipersilahkan :)

*****

Usia kandungan Ning Zira memasuki minggu ke-6 dan tak jarang setiap pagi beliau harus bolak balik kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya. Kadang, Gus Tsaqib yang melihatnya tak tega. Morning sickness lumrah terjadi di trisemester pertama kehamilan.

"Ki, gimana ini, kakak bingung Ning Zira dari tadi muntah-muntah, lha Umi sendiri lagi tindakan,"

"Sabar Gus, jangan panik,"

Drttt...drttt..

Getaran ponsel di kantong Kia membuat sang pemilik sedikit terkejut. "Siapa Ki?" tanya Gus Tsaqib penasaran.

Hati Kia bergemuruh, "bunda," jawabnya lirih.

Mengerti perasaan istrinya, Tsaqib menggenggam erat tangan Kia," gapapa, angkat aja, ada kakak,"

"Wa 'Alaikumsalam Bunda,"

"Gimana kabar Bunda, sehat?"

"Alhamdulillah sehat nak, kamu sendiri gimana?" jawab Bunda Kia di seberang.

"Alhamdulillah Bun. Emm, kebetulan banget bunda telpon Kia, Kia boleh nanya sesuatu?"

"Kapan bunda larang kamu buat nanya-nanya?"

"Heheh, ga pernah sih, kan Kia takut bunda sibuk,"

"Sesibuk apapun Bunda, bunda bakal ninggalin kesibukan itu sebentar buat anak bunda. Jadi, kamu mau nanya apa, nak?"

"Dulu, kalau Kia muntah-muntah selalu di buatin minuman apa sama Bunda? Kia lupa," alibinya meyakinkan.

"Kamu muntah-muntah, sayang?"

Kia menoleh pada Tsaqib agar dia harus menjawab apa. Tsaqib mengangguk meyakinkan.

"Emmm, i-iya Bun," jawab Kia gagap.

"MaasyaaAllah, jangan- jangan kamu hamil sayang,"

Deg.

Statement bundanya membuat air mata Kia luruh, "Bunda, Kia cuma masuk angin biasa. Baru saja kemarin Kia lagi haid Bun," jawabnya bohong.

Kia tidak menyangka jika bundanya akan berkata demikian. Tsaqib yang berada di sebelahnya pun mendengar jelas ucapan mertuanya. Ada harapan dalam nadanya.

"Yahhh, kirain kamu lagi hamil sayang, bunda aja udah seneng. Bunda pengen banget dapat cucu dari kamu,"

Kia tersenyum getir, bundanya yang jauh diseberang sana tidak mengerti jika dirinya dipoligami. Kia sengaja tidak memberi tau keluarganya karena, mereka pasti tidak akan pernah menerimanya.

"Bunda, mungkin Allah masih pengen liat Kia belajar lebih dewasa lagi, makanya Allah belum ngasih rezeki anak buat Kia,"

Rasa kagum menyeruak pada Tsaqib, jawaban Kia sungguh bijaksana menurutnya.

"Bunda doakan aja, secepatnya kita diberi momongan," sahut Tsaqib tiba-tiba.

Dalam hati Kia mengaminkan ucapan suaminya.

AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang