Kota Kembang

3.5K 177 3
                                    

Happy Reading :)

Jangan lupa vote!

Kritik dan Saran dipersilahkan :)

*****

Kota Kembang

Kota Kembang, tidak asing bukan? Bagaimana bisa disebut kota kembang, konon katanya, kota ini menjadi tempat pekerja seks komersial. Dimana para wanita akan didandani dengan sangat cantik untuk menyambut para pejabat negara atau tamu penting luar negeri.

Selain itu, alasan kota ini mendapat julukan kota kembang karena banyaknya bunga-bunga cantik yang bermekaran disetiap taman.

"Capek?"

"Engga Mas, Zi ga capek, malah lagi seneng," jawab Ning Zira jujur.

"Alhamdulillah kalau begitu,"

"Mas, Em, Zi mau nanya,"

Gus Tsaqib mengalihkan pandangannya dari kitab ditangan. "Apa?"

"Zi takut Kia marah," ungkapnya jujur.

Zira memang bahagia hari ini tapi, dia merasa tidak nyaman dengan Kia. Dia merasa tidak enak saat tiba-tiba melihat Kia. Meskipun dia tidak dekat dengan Kia, sesama perempuan juga bisa merasakan perasaan perempuan lainnya. 

"Sudah jangan dipikir, ayo turun, kita sudah sampai,"

Setelah mobil berhenti, Gus Tsaqib turun diikuti Ning Zira dibelakangnya. Kedatangan mereka disambut dengan antusias oleh para jama'ah.

"MaasyaaAllah, eta teh istrinya si Gus, maneng geulis pisan," celetuk salah seorang perempuan paruh baya di barisan jamaah. Mendengarnya membuat Ning Zira sedikit salah tingkah, tersenyum malu dibalik cadar nya.

"Mangga Ning, Gus, silahkan masuk,"

Keduanya masuk ke ruang tamu mengikuti Pak Sufyan selaku kepala desa yang mengadakan acara. Tidak sedikit orang yang baper dengan pasangan Gus dan Ning itu, bahkan para remaja pun juga merasa iri melihat keduanya.

"Gus, nginep disini saja yah?"

"Lain kali saja Pak, Insyaallah," tolak Gus Tsaqib halus.

Bagaimana dia bisa menginap, jika dia meninggalkan istri kecilnya?

*****

"Duh, Ning, kenapa cemberut?"

"Badmood Syil, kangen doi, gimana dong?"

Syila tertawa renyah mendengar rengekan Kia. Dia kagum dengan Kia. Menurutnya Kia kuat. Jika dia yang berada di posisi itu mungkin dirinya meminta untuk berpisah saja, tapi Kia tidak. Dia berusaha menerima takdirnya.

"Kenapa ngga di telepon aja, Ning,"

"Takut ngeganggu, kan Doi lagi ngisi acara,"

"Haha, sabar ya, nanti juga pulang kok. Lagian kenapa tadi ngga ngikut aja Ning?"

Kia menghembuskan napasnya berat, "gapapa, lagi males," jawabnya bohong.

Syila tau ada yang disembunyikan oleh Kia tapi, dia tidak mau ikut campur urusan Ning dan Gus nya itu.

"Daripada diem disini, gimana kalo kita ngopi?" usulnya mengalihkan topik pembicaraan agar Kia tidak sedih lagi.

"Boleh, ayok,"

Karena tidak ada aktifitas di pondok, Syila mengajak Kia ngopi di kafe. Mungkin dengan begitu dia akan melupakan penatnya.

AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang