Epilog

23 3 1
                                    

Ketika diri kita ingin mendapatkan cita-cita dan cinta secara bersamaan, kuncinya adalah berjuang.

Berjuanglah selama itu tidak dilarang. Berjuanglah selama itu benar.

Namun, jika ingin memilih cita-cita maka harus berjuang lebih keras lagi. Sebenarnya, ujian cita-cita itu tidak berat, yang berat adalah rasa percaya diri yang diri kita miliki kalah dengan rasa pesimis.

Cita-cita setiap orang memang berbeda-beda. Sebagian orang ada yang mengejarnya, tetapi ada juga yang tidak mengejarnya. Bukan karena tidak ingin berjuang, tetapi hidup memiliki banyak faktor rintangan yang akhirnya beberapa orang memilih mengubur impiannya.

Namun, jika memilih cinta dari pada cita-cita, itu tidak salah. Setiap orang berhak untuk memilih apa yang menurut diri kita baik. Cinta tidak selalu buruk. Cinta tidak selalu baik. Maka dari itu, jika memilih cinta dari pada cita-cita, kita harus siap dengan faktor kehidupan yang akan datang sebagai rintangan berikutnya.

Beberapa orang beruntung bisa memilih cita-cita dan cinta seperti Diva.  Bukan karena Diva egois, tetapi dia memiliki cinta yang besar untuk Egra, serta cita-cita yang tinggi untuk band Charming. Karena itulah dia memilih keduanya.

Egra adalah laki-laki berpikiran dewasa yang tidak pernah terbayangkan akan menjadi orang paling Diva cintai setelah ayahnya. Bersama Egra, Diva bisa memilih hal yang mungkin saja sulit jika diputuskan seorang diri.

Takdir baik sedang berpihak kepada keduanya. Tuhan mengizinkan untuk Diva menggapai cita-cita bersama Egra serta mencintai laki-laki yang memiliki netra hitam itu.

Diva sendiri tidak pernah menyangka, jika Egra adalah pilihannya. Egra bukan pemeran utama dalam cerita yang dia ciptakan di SMA Jaya Abadi, tetapi Egra berhasil menjadi pemeran yang baik dalam ceritanya.

Benar, beberapa cinta tidak harus datang dari siapa yang pertama hadir dalam hidup Diva. Namun, cinta itu datang dari siapa yang mencintainya dengan tulus. Sangat tulus. Karena cinta yang tulus adalah cinta yang datang dari dasar hati. Cinta yang tulus adalah cinta yang sedikit orang memilikinya, tetapi Diva bahagia karena dia memilikinya.

Diva berterima kasih kepada Tuhan karena mengirim Egra untuknya. Diva berharap jika akhir cerita akan berakhir bahagia, seperti kebahagiaan yang datang di antara dia dan Egra.

"Diva," panggil Egra.

Diva yang sedang menatap deburan ombak pantai menoleh ke samping kanannya. Netra cokelatnya menatap teduh netra hitam yang kini juga sedang menatapnya.

"Kenapa?"

Egra memegang kedua bahu Diva agar menghadap penuh ke arahnya. Bibirnya tersenyum manis dengan rambut yang mulai memanjang dengan topi hitam di kepalanya menambah kegantengan Egra semakin bertambah. Sedangkan itu, Diva memakai topi putih dengan rambut yang terikat.

Niatnya, Minggu pagi ini mereka akan lari pagi, tetapi Egra malah mengajaknya ke pantai yang jauh dari perumahan. Alhasil, pakaian mereka hanya celana training dan kaos hitam polos serta sepatu olahraga yang sudah diletakkan di dalam mobil.

"Diva, terima kasih untuk cinta yang udah lo berikan untuk gue. Terima kasih untuk cerita indahnya," ujar Egra penuh kelembutan.

"Diva, lo adalah susunan melodi yang menjadi lagu kebahagiaan untuk gue. Tetap di sisi gue dalam keadaan apa pun. Tetap jadi Diva–nya Egra yang hebat, ya, yang sayang dan cinta sama Egra." Diva mengangguk. Matanya berkaca-kaca mendengar untaian kalimat indah yang Egra ucapkan.

Egra memajukan wajahnya, mencium pipi Diva penuh kelembutan. "Diva, gue telah jatuh cinta sama lo untuk kesekian kalinya. Gue benar-benar telah jatuh cinta sama lo," bisiknya.

Sebelum Egra menjauhnya wajahnya, Diva membalas ciuman itu di pipi kiri Egra. Sontak saja, laki-laki itu terkejut sampai memegang bekas ciuman Diva.

"Bagaimana gue bisa nggak jatuh sama cowok sedewasa lo. Bagaimana gue nggak makin sayang kalau sikap lo selalu buat gue merasa spesial," ucap Diva.

Bibir Egra tersenyum lebar, senyuman yang bahagia. Diva pun melakukan hal yang sama.

"Di hadapan deburan ombak, di bawah sinar mentari pagi serta disaksikan burung camar, gue Diva Musicia Elvis, menyatakan jika hatinya milik Egra, baik sekarang, esok ataupun nanti." Diva menghela napas panjang untuk menetralkan deguban jantung yang menggila seakan ingin melompat keluar.

"Jika gue adalah susunan melodi yang menjadi lagu kebahagiaan, maka lo adalah kunci dari nada-nada cinta di hidup gue."

Diva memeluk erat Egra yang terpaku dengan kalimatnya. "Terima kasih kembali, Mas Egra. Selamanya cinta gue hanya untuk lo."

Tidak bisa dijelaskan oleh kalimat panjang, jika Egra juga mencintai Diva sama besarnya. Entah mengapa, setiap hari Egra juga semakin jatuh cinta kepada Diva. Setiap saatnya cinta itu semakin bertambah.

Bersama Diva, kehidupan Egra yang semula sunyi kini menjadi penuh tawa. Bersama Diva, Egra merasakan cinta yang penuh warna. Begitu juga Diva, bersama Egra dia bisa mendapatkan cinta yang penuh ketulusan.

Semesta tahu, jika keduanya saling mencintai. Cinta yang sama-sama besar. Bukan hanya tentang cinta, ini juga tentang impian bersama yang saling mendukung satu sama lain. Sepertinya semesta sudah mentakdirkan jika cinta mereka harus bertemu dalam sebuah band.

Dan, inilah cerita mereka, yaitu ketika irama cinta mengalun dengan indah. Terima kasih semesta, terima kasih Tuhan. Semoga cinta ini bisa seperti lagu-lagu kebahagiaan, yang selalu terkenang walaupun terkikis zaman.

LOVBAND [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang