Bab 2

16.3K 1.5K 9
                                    

Melihat keningnya berdenyut. Seorang pelayan itu segera menepuk temannya dan menunjukkannya. Tidak lama kemudian, salah satu dari mereka berlari keluar kamar dengan tergesa-gesa.

Dugaannya tidak salah. Wanita muda yang telah terpejam selama 12 hari itu terbangun kembali. Melegakan kegelisahan yang tidak tenang pada mereka setelah berhari-hari.

Aasha memegangi kepalanya, bagian itu terasa sangat sakit dan juga nyeri.

Dua orang pelayan mendekati Aasha dengan mata mereka yang berlinang air mata. Mereka menunjukan wajah tangis terharu yang berusaha ditutupi dengan senyuman lebar.

"Putri, anda telah bangun!"

Aasha menatap keduanya dengan tatapan yang tidak bersahabat. Tubuhnya condong kebelakang, menjauhi dua orang yang baginya tidak waras dan aneh.

"Putri? Apa apaan maksud kalian?" Ucapnya acuh tak acuh.

Kedua pelayan itu terdiam dan bermuka masam. Mereka berharap ketika Aasha membuka matanya kembali, mereka dapat melihat senyuman dan suaranya yang indah. Tapi yang terjadi, tatapan kurang menyenangkan dengan nada bicara yang sinis.

Tidak lama kemudian, pintu tiba-tiba terbuka tidak sabaran. Dua orang pria berpakaian putih seperti dokter dan beberapa pelayan baru memasuki kamar Aasha, menyeru panggilan asing bagi Aasha.

"Apa Yang Mulia telah sadar?!"

"Tuan Putri!"

Seruan mereka membuat Aasha menjadi linglung dan juga ketakutan. Tapi dia memberanikan diri dan waspada. Aasha melompat dari kasur ke sudut ruangan, menggunakan tiang penyangga pakaian yang di arahkan ke orang-orang tersebut sebagai tameng melindungi dirinya.

"Siapa yang kalian katakan?! Putri? Yang Mulia? Siapa orang itu?!"

Teriakan Aasha membungkam semua orang. Suasana menjadi canggung, para dokter bertatap muka seakan menanggapi melalui telepati dan pelayan lainnya melihat Aasha dengan cemas.

Salah seorang dokter, pria paruh baya mendekati Aasha perlahan-lahan.

"Tu-Tunggu, Putri, bisa diturunkan sebentar?" Pinta Dokter itu lembut. Akan tetapi Aasha tidak menerimanya, dan menggoyangkan tongkat itu ke kanan dan kiri untuk menyerang.

"Menjauh dariku!!"

Aasha memukul semua benda dengan tongkat yang dipegangnya. Para pelayan panik dan berusaha menghentikannya, tapi sangat berbahaya untuk mendekati Aasha dalam keadaannya yang tidak tenang ini.

Suara pecahan yang terdengar berkali-kali membuat orang-orang yang baru Aasha lihat berdatangan. Mereka dua pria dan seorang wanita berambut putih seperti salju.

"Apa yang terja–Aasha?! Nak!" Pria itu berteriak ke arah Aasha. Mukanya yang tidak lagi kencang semakin mengkerut melihat Aasha dengan khawatir.

Pria muda di sisinya juga sangat khawatir, "Aasha? Ada apa denganmu?"

"Aasha.."

Dan setelah Aasha melihat wanita muda itu. Dia diam beberapa saat, lalu kepalanya terasa sangat sakit, berdenyut seakan-akan teremas-remas.

"ARGH!" Wanita muda itu juga merasakan hal yang sama. Dia meringkuk, memegangi kepalanya dan melirik Aasha.

Aasha baru menyadari, rambut putihnya serupa dengan miliknya, dan tinggi mereka juga sama. Tapi ingatannya masih belum tersusun untuk mengetahui siapa dia. Hingga akhirnya, mereka berdua jatuh pingsan karena sakit kepala yang tidak terhentikan.

••

Jika Aasha tidak salah ingat, wanita muda tadi memiliki kriteria yang sama dengan deskripsi di dalam buku.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang