Bab 40

2.4K 129 12
                                    

"Mati! Matilah! Wadah berdosa sepertimu pantas menerima seluruh rasa sakit itu!"

Aasha bersilang tangan di dada. Dia menghela napas panjang usai menatap suasana sekitar yang tampak familiar untuknya. "Kurasa ini bukan mimpi biasa," gumamnya lesu.

Matanya memandang malas remaja laki-laki yang terkurung dalam jeruji besi yang dipenuhi lapisan tebal es beku. Berpikir bagaimana laki-laki itu bisa berada di sana dan mengapa, lalu siapa dia? Rasanya Aasha tidak pernah melihat roh sepertinya.

"Roh dari mana anak kecil ini?" celetuk Aasha.

Anak laki-laki itu memukul jeruji besi dengan sangat kuat, sayangnya kekuatannya tidak menimbulkan kerusakan apapun ataupun getaran pada jeruji itu.

Anak laki-laki itu berteriak marah, "Siapa yang kau maksud anak kecil? Aku adalah calon kesatria Kerajaan! Posisimu bahkan tidak ada apa-apanya dariku!"

"Calon kesatria Kerajaan?"

"Kau.. Kau akan menjadi pembunuh! Kau akan membunuh ribuan- bahkan puluhan orang! Orang sepertimu pantas mati!"

Aasha merenguk sebal, "Siapa dirimu sebenarnya?"

"Satu dari tumbal artefak, kurasa dia bahkan tidak sadar dirinya telah mati."

Warna mencolok dari gaun merah itu tidak akan pernah hilang dari ingatan Aasha. Kedatangannya menimbulkan auman musim dingin yang cukup kencang, tetapi sentuhan tangannya yang menyentuh pundak menyalurkan kehangatan bagi tubuhnya.

"Leugine--"

"AAARGH! AA! WAARGH!"

Anak laki-laki itu merenguk tubuhnya sambil menjerit kesakitan ketika udara dingin memutarinya seperti sebuah putaran air di lautan. Teriakannya meronta-ronta ketika tubuhnya terlihat baik-baik saja. Seperti rasa sakit itu menusuk pembuluh darahnya dan mencabik-cabik organnya.

Aasha awalnya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi tatapan Leugine yang berbeda seakan memerintah udara dingin di sekitar anak laki-laki itu.

"Leguine! Hentikan!" 

Aasha menarik tubuh Leugine menghadapnya, serentak kekuatan Leuige berhenti menyiksa anak laki-laki itu.

Leguine menepis tangan Aasha darinya dan dengan ketus berkata, "Kau tersiksa berhari-hari karenanya, apa kau tidak rela aku memberikan rasa sakit yang sama berkali-kali lipat?"

Aasha cukup terkejut dengan niat Leguine yang membelanya. Akan tetapi hatinya menerka pandangan dari perbuatan Leguine.

"Dia pasti punya alasan," imbuhnya menoleh ke arah anak laki-laki itu berempati.

Leguine mendecih, "Menghilangkan kemanusiaanmu tetap saja sia-sia. Kurasa aku terlalu berharap padamu." 

Suasana hati Leguine berubah kusam, dia hendak berlalu dengan acuh sebelum Aasha menarik tangannya dan menahannya.

"Apa aku harus terlihat jahat untuk menang, Leguine?" Suara Aasha terdengar seperti orang tidak berdaya. 

Tatapannya tidak lagi tegas seperti sebelumnya, iris mata bercorak coklat itu mulai membendung air mata di kelopak matanya, yang perlahan warnanya memudar menjadi kuning emas terang.

Sihir lain juga luntur pada rambutnya dan wajahnya. Penyamarannya telah hilang tepat setelah satu tetes air mata mengalir di pipinya.

Leguine menarik napasnya dalam-dalam, "Apa kau pernah melihat orang baik berkuasa di dunia kejam ini?"

Rasa ragu terlihat dari anggukkan ringan Aasha, meskipun begitu dia masih memiliki kepercayaan yang kuat.

"Aku pernah melihat orang baik memenangkan konflik besar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang