Bab 25

1.8K 147 4
                                    

MAAF BANGET TELAT UP :((

"..Putri, Putri Aasha.."

Aasha terlamun terlalu dalam. Pikirannya hampir tenggelam kedalam obrolan batin dengan sosok lain di dalam dirinya, sampai-sampai sudah belasan kali Gallahan memanggilnya tidak terdengar.

Gallahan yang merasa sempat mengkhawatirinya, mulai sedikit lega melihat pupil mata wanita itu bergerak ke arahnya.

"Ya? Kau memanggilku?" Ucap Aasha begitu polos. Dia masih kebingungan untuk memeriksa keadaan.

Gallahan memberinya tawa singkat, "Barusan sudah yang ke 17, Putri."

"Astaga, sebanyak itu? Tolong maafkan aku, aku sedikit tidak fokus saat ini." Balas Aasha amat menyesal.

Gallahan usai memberi obat luka kepada Aasha pada pergelangan kakinya. Ia beranjak berdiri dan mengambil posisi duduk di sisi Aasha.

"Apa sangat banyak yang sedang anda pikirkan saat ini, Putri?" Aasha menoleh ke arah Gallahan, sepertinya tidak hanya sampai situ dia berhenti bertanya.

"Apa.. Menjadi Putri seorang Bangsawan sulit.. Putri?

Lagi-lagi Gallahan dapat menebak dirinya dengan mudah. Pria dihadapannya terus memberinya kejutan kecil, padahal mereka baru saja bertemu tapi sudah seperti sudah saling mengenal sejak bertahun-tahun.

Gallahan menggelengkan kepalanya dengan cepat sebelum Aasha hendak berbicara, "Maafkan saya. Saya tidak bermaksud lancang menanyakan hal tersebut. Saya hanya mengatakan apa yang sedang saya fikirkan. Tolong putri, jangan menanamnya dalam-dalam."

"Dia sangat takut aku merasa sungkan. Jika aku adalah bangsawan asli, sejak awal kita berbicarapun aku sudah memberinya hukuman." Gumam Aasha, membuat dirinya sedikit ingin menertawainya.

"Kau tidak perlu merasa bersalah. Sesungguhnya, apa yang kau fikirkan itu terkadang membuatku tertarik untuk mendengarnya."

Mata coklatnya bersinar mendengarnya, "Sungguh, Putri?"

"Apakah harus sesenang itu?" Aasha terkikik sambil menganggukkan kepalanya, memberi Gallahan respon bisu.

"Apa yang kau tanyakan, ada sedikit benarnya." Aasha menunjukan ukuran jari kelingkingnya yang kecil, "Lalu sebagian besarnya.. Perasaan yang tidak bisa ku utarakan. Apakah itu baik atau buruk." Dia beralih memperhatikan sisa jari yang menutup.

"Apa itu artinya, anda tidak senang?" Tanya Gallahan.

Senang? Sejujurnya, Aasha juga tidak tahu apa dirinya merasa senang selama ini berada di kehidupan keduanya.

Gallahan memperhatikan Aasha yang tidak segera menjawabnya. Ia pun menyenderkan punggungnya dengan malas sambil menghela nafas pelan, "Baiklah, Putri. Anda tidak perlu menjawabnya." 

"Kenapa begitu?" Tanya Aasha, bingung akan ucapan Gallahan yang dengan cepatnya berpaling.

"Lalu, apa anda ingin mengatakan sesuatu?"

Aasha menundukkan kepalanya, "Aku tidak bisa berfikir apapun." 

Gallahan tersenyum, sikap yang mudah di baca dari Aasha membuatnya merasa dekat. Dia tidak ingin membuat Aasha terlihat terbebani karena terus berfikir, lantas iapun berkata :

"Saya tidak tahu-menahu mengenai bangsawan. Sayapun tidak pantas memberi keyakinan pada Putri untuk segala hal yang sedang terjadi, tanpa saya tahu apa itu."

"Akan tetapi, seandainya saya pernah melakukan kesalahan sekali dua kali, bahkan tiga, empat, dan seterusnya. Jangan pernah berfikir untuk selanjutnya tidak akan ada kesalahan lagi yang terjadi. Karena itu sama saja memberikan penekanan pada diri sendiri sehingga tanpa sengaja membuatnya melakukan kesalahan sekali lagi."

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang