Bab 36

1K 93 4
                                    

MAAF TELAH MEMBUAT KALIAN MENUNGGU~
HAPPY READING! ❤️

•••

Secerdik apapun semut, manusia tetap mendominasi sebagai ciptaan tuhan yang paling sempurna sehingga sering kali membuat Aasha berfikir, apakah itu benar-benar akal atau hanya intuisi yang kuat saja?

Cairan asam yang terlempar tepat mengenai pelindung sihir yang dibuat Jezebel dan Maximus, pada titik yang tepat dan sempurna melenyapkan sihir pelindung milik mereka. Akan tetapi, pada detik selanjutnya tidak ada lagi lemparan cairan asam susulan, malah mereka segera mewujudkan diri secara serempak.

Aasha membutuhkan celah lain. Dia memperhatikan wujud mutasi semut-semut itu, antena berduri di kening mereka bergerak tanpa pola, tampak seperti sedang berkomunikasi antar sesama? Atau antena itu sedang mendeteksi sesuatu?

"Aaaa! Semut itu membuat jaring di langit-langit!" Allison berseru heboh, menunjuk ke arah pepohonan yang menaungi letak Jezebel dan Maximus sebagai bukti.

Dua ikatan sihir itu segera membangun sihir perlindungan tingkat dua, bahkan Maximus memanggil Aeleu, pedang hitam lebar yang memiliki aura hitam kuat.

Sesuatu berdenging di telinga Aasha, sumber suara berasal dari gerakkan antena semut yang menegang secara keseluruhan. Lalu, dalam beberapa detik kedepan semut-semut itu bergerak dengan brutal untuk menyerang ke arah Jezebel dan Maximus berada.

"Itu dia, aura mistis! Mereka hanya menyerang aura mistis!"

Layaknya zombie, semut-semut raksasa itu berjalan dengan liar dan tidak karuan, memgangkat tinggi-tinggi kaki-kaki penuh duri dan racun yang bermutasi dan taring berlendir yang mengerikan untuk menyerang.

"Pangeran!"

Maxios, Allison dan Panthom mengangkat senjata mereka tinggi-tinggi, hendak melindungi tuan mereka dalam bahaya. Tapi Aasha rasa itu akan percuma, manusia biasa seperti mereka tidak akan bisa membantu dikala mahluk mutasi ini dalam keadaan menggila.

Aasha menarik ketiganya untuk mundur dengan sihir, dan membuat kurungan sihir bersama Ralphae dan Leuric di dalamnya.

Ralphae bercucur protes, "Bodoh! Apa yang kau lakukan?!"

Leuric lebih tidak mau kalah bersorak-sorak membuat kericuhan, "Aku bisa ikut membantu! Tolong lepaskan aku dari sini!"

Helaan napas terhembus dari mulut Aasha. Dia mengabaikan dua mahluk itu dan segera berjalah mendekati kerubungan semut itu.

Sebagai seorang dewi dalam artefak keluarga Calíope sangat beresiko untuknya menghadapi mahluk yang tercampur sihir dari artefak yang berbeda. Oleh karena itu, Aasha hanya berniat membuka sebagian kecil aura milik Elise yang sempat dia hisap sebelumnya.

Ku harap ini akan menarik perhatian mereka dan segera kubuat mahluk-mahluk ini tertidur, pikir Aasha.

Sebelum Aasha melakukannya, kedua telinganya menegang, merasakan aura yang cukup panas berasal dari arah para semut itu berkerumbun.

Arah antena para semut pun mulai terhenti mengikuti pergerakkan mereka yang melambat. Aasha mulai mengkhawatirkan sesuatu, hatinya seketika merasa berat untuk mempercayai itu adalah arah Jezebel dan Maximus berada.

Para semut yang berdiri perlahan tertunduk hormat. Pemandangan Aasha mulai terbuka, pedang yang diangkat Maximus terjatuh ke sisi kakinya, aura hitam Aeleu memudar karena aura lain yang melebihi kegelapannya berkali-kali lipat sedang berkuasa disisinya.

'Ajudan sedang berada dihadapan para prajurit pelindung'

Suara-suara itu memasuki kepala Aasha. Dia menoleh ke sana kemari, tampaknya yang lain tidak memiliki reaksi serupa, apa karena hanya dia saja yang bisa mendengarnya?

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang