Bab 6

9.6K 936 4
                                    

"Yang Mulia Putri,"

"Dokter. Apa ada sesuatu yang serius kepada Elise?" Tanya Aasha kepada Dokter Kaye.

Dokter Kaye menggelengkan kepalanya diikuti senyuman tipis kepada Aasha.

"Tubuh Putri Elise memang dipenuhi memar yang cukup parah. Beruntungnya tidak mengenai tulangnya. Saya hanya memberikan obat oles untuk meredakan memarnya, dalam 3 hari Putri bisa pulih kembali." Jelas Dokter Kaye yang membuat Aasha sedikit lebih tenang.

Tapi ada sesuatu yang masih meradang di fikirannya. Mengenai pria yang tiba-tiba datang. Aasha belum berfikir jernih saat itu, dia terlalu mengkhawatirkan keadaan Elise sehingga emosinya tidak terkendali dan mengusir pria itu mentah-mentah.

"Jika Aasha adalah adik kesayangan Louis, maka dia tidak akan tinggal diam kepada Elise. Suatu waktu, dia akan mencelakainya." Dugaan Aasha.

Setelah Dokter Kaye pergi, Aasha kembali mendekati Elise yang sedang membenarkan pakaiannya.

Aasha terdiam menatap Elise. Memperhatikan tiap sisi pakaian yang dikenakan di kulit cantiknya itu, setelah itu bergumam. "Sangat jelek."

Suara Aasha cukup kencang sehingga Elise mendengarnya. Dia bertanya, "Apa maksudmu pakaianku? Menurutku tidak seburuk itu." Ujar Elise.

"Tidak. Ini sungguh jelek untuk wanita bangsawan. Kau harus memperhatikan harga dirimu, Elise."

Elise tertawa pelan. "Lantas kau ingin aku berpakaian seperti itu?" Ucapnya sambil melirik pakaian yang digunakan Aasha.

"Kita belum menjalankan upacara kedewasaan. Untuk apa kau khawatir dengan harga diri? Lagipula, aku tidak akan menjadi wanita bangsawan. Aku adalah kesatria wanita." Lanjut Elise beralasan. Dia berjalan dari ranjang menuju meja belajar milik Aasha.

"Buku, tatakrama, pakaian bagus, perhiasan, kesatria tidak membutuhkan itu. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Aasha."

Kening Aasha mengekerut mendengar ucapan Elise yang tidak sinkron dengan mimik wajahnya.

"Sampai kapan kau terus menyembunyikan semua dariku? Jika ingin tinggal katakan saja!" Batin Aasha.

Aasha berfikir sejenak. Mengingat sudah cukup lama dia berada di dunia ini, Aasha belum pernah melihat keadaan diluar kediaman. Ide cemerlang melintas di otaknya.

"Sudah kuputuskan. Pekan depan kita akan ke ibukota. Akan ku pilihkan pakaian bagus untukmu!" Seru Aasha.

"Apa?! Tidak, tidak perlu. Aku tidak butuh." Tolak Elise ragu-ragu.

"Tidak menerima penolakan. Kedepannya tidak ada yang tahu. Jika kau menjadi kesatria terbaik dan Kekaisaran memanggilmu, disitu kau membutuhkannya, benar kan?" Ucap Aasha membuat Elise mempertimbangkannya kembali.

Elise tidak memiliki penolakan lainnya. Dia telah mencapai batas untuk membohongi dirinya sendiri, rautnya saja menunjukan dia sangat ingin hanya karena beberapa alasan dia merasa tidak pantas untuk memilikinya.

Elise mengangguk kecil, "Baiklah, aku mengikutimu."

Aasha tersenyum senang Elise setuju.

"Sekarang kau beristirahatlah, gunakan saja kamarku sepuasmu." Ucap Aasha, bangkit dari ranjangnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Elise yang terlihat cemas menarik tangan Aasha di ambang pintu. "Kau ingin kemana?"

"Aku harus melakukan sesuatu. Tidak lama, aku akan segera kembali." Balas Aasha sembari menepuk-nepuk tangan Elise perlahan-lahan.

"Tapi kau tidak bisa.." Elise seketika terdiam mengingat ucapan dokter Kaye.

Awalnya, Elise merasa Dokter Kaye sedang mempermainkannya. Tidak mungkin tubuh lemah sejak lahir tiba-tiba sembuh begitu saja tanpa alasan. Terlebih dia memiliki ikatan roh yang ganas.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang