Bab 37

913 67 2
                                    

Aasha tersadarkan diri dengan cepat. Usai membuka mata, pandangannya menghadap ke langit-langit serta pepohonan yang berjalan melintasinya. Diapun mengangkat kepalanya, melihat rombongan para semut di bawahnya sedang membawa dirinya di punggung mereka. Dari kejauhan Aasha juga melihat Jezebel, keadaannya terlihat buruk untuk sadar.

Aasha berusaha bangkit, tangan kanannya terkepal di depan dada, sesuatu mengenainya tadi sehingga membuat uluh hatinya merasakan sakit di tiap pergerakkannya. "Ugh, sial." Umpat Aasha sebal.

Dia memejamkan matanya, berusaha menyambungkan koneksi dengan Leuric dan Ralphae. Akan tetapi, semilir angin misterius yang bertiup menghalangi sambungannya. Tampaknya memang bukan angin biasa, bukan alasan tubuh Aasha semakin merasa lemah terus menerus.

"Perjalanan sesat mengelabui para pejalan tidak tahu menahu. Lindungi mereka yang memiliki akal, dan hancurkan para penghalang atas perintah dewi!"

Aasha menggumamkan doanya dan membuat barisan belakang para semut seketika terdiam membatu. Tubuh mereka mengeras layaknya batu, lalu tidak lama rapuh seperti serpihan embun dan hancur menjadi kepulan debu.

Tubuh Aasha terbanting kencang ke tanah, mendapatkan tekanan yang cukup kuat memberikan efek keras mengenai luka di uluh hatinya. Bakh! Kerongkongannya terasa sangat panas dan perih ketika terbatuk sehingga darah memenuhi seisi mulutnya.

"Dimana-mana kekuatan artefak memang sangat menjengkelkan, ugh." keluh Aasha geram.

Suara terbatuk-batuk terdengar dari kejauhan. Jezebel mengangkat punggungnya setelah cukup merasa sadar. Kedua matanya segera menangkap keberadaan Aasha dengan terkejut, "Aash--" Jezebel secepatnya mengurungkan niat bicaranya itu.

Aasha memincing, "Apa?"

Jezebel, "Tidak, hanya sedikit halusinasi bodoh."

"Sangat bodoh, mengapa penyihir itu sangat mirip dengan Aasha? Maafkan aku, kekasihku, tidak sebaiknya aku melihatmu pada tubuh wanita lain."

Rasa menyesal Jezebel semakin terpaku gelisah, dia mengecup cincin tunangannya sepenuh hati sembari bergumam, "Maafkan aku, cintaku."

Tidak mungkin pemandangan itu tidak dilihat Aasha. Seluruh bulu kuduknya merinding, begitu pula rasa mual yang menyertai. "Bucin gila."

Sesaat kemudian, Aasha meredup, dia sadar bahkan ikut mengejeknya bukanlah haknya. Bukan urusannya diantara hubungan Aasha asli dengan Jezebel. Melihat Jezebel sekarang memperjelas alasan pria itu menjadi tokoh jahat. Kehilangan Aasha akan menjadi kesengsaraan baginya, hidupnya terasa hancur bahkan dia akan kehilangan debunya.

"Tampaknya kau sudah sadar sepenuhnya."

Jezebel melihat sekitarnya. Dia tidak memperhatikan lingkungan yang berbeda dari terakhir dia berada. "Dimana kita?"

Aasha, "Antaberantah."

"Kau bercanda?" 

"Menurutmu? Memangnya aku pemilik hutan ini?" Aasha mulai menaikkan oktaf suaranya.

"Bukankah kau penyihir? Seharusnya kau bisa mengetahuinya." sindir Jezebel.

Aasha memekik sebal, "Bisa tolong bedakan cenayang dan penyihir?!"

Jezebel berdiri, kedua matanya menelusuri hutan yang membingungkan itu, lalu dengan acuhnya membalas ucapan Aasha dengan sarkas. "Terserahlah, aku tidak memerlukan pengetahuan manusia yang memaksakan kehendak seperti itu."

Sudut matanya melirik Aasha, mengejek seakan mengatakan, "Beri hormatlah di depan pemilik takdir ikatan roh."

Secara kedudukan, pengguna sihir ilmu atau penyihir berada di posisi paling jauh di belakang pemilik takdir ikatan roh, begitu maksudnya.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang