Bab 30

1.4K 143 4
                                    

Dahulu, setiap Aasha tersenyum maka itu akan menjadi waktu mekar bunga berwarna warni di musim semi. Tapi sekarang senyuman itu tampak berarti kan lain. Seperti seseorang yang sedang menangis di bawah pengkhianatan orang-orang kepadanya.

Dimana terlihat binaran kesengsaraan seorang diri dan juga balas dendam. Lalu, pada pandangan Elise. Terdapat aura besar yang tidak berwarna di sekitarnya. Aura yang terikat dengan berbagai kejahatan, rasanya siapa pun yang mendekatinya dalam sekejap bisa tewas tanpa sebab.

"Apa ini... Apa kehilangan ikatan sihir membuat Aasha semen-derita ini?" Elise meneguk sulit salivanya. Tubuhnya tidak mampu bergerak untuk berlari pergi dari sana. Nampak-Nya tempat ini, seperti kertas perekat untuk jebakan tikus.

Aasha mendorong kursi rodanya menuju sofa tamu di kamarnya. Dia mengarahkan kursi rodanya di antara dua sofa berukuran sedang, serta menghadap ke arah pintu di mana Elise dan Melda masih mematung.

"Duduklah kalian berdua." ucap Aasha, memberikan senyuman yang sama di tiap kalimatnya.

Melda mengangguk dan segera mengikuti perintah. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan suasana kamar Aasha yang tidak menentu, atau dia sudah pasrah meninggalkan nyawanya di tempat ini.

Berbeda dengan Elise yang belum beranjak. Atau memang kakinya yang berfirasat ketika mereka selangkah masuk lebih dalam ke kamar ini, maka mereka akan semakin tidak bisa menemukan jalan keluar.

Aasha memiringkan kepalanya, "Kenapa saudariku?"

Elise tersentak. Tanpa membalas, Elise berjalan perlahan duduk di sofa yang sudah diarahkan Aasha. Ia berusaha menahan getaran di tubuhnya. Menenangkan dirinya sambil bergumam dalam hati, "Tidak ada yang perlu ditakutkan. Di sini tidak ada sihir gelap atau sihir apa pun. Tubuh Aasha sepenuhnya terbebas dari ikatan roh."

"Melda," tubuh Melda bergetar karena kaget terpanggil. Aasha menatap Melda dalam, "Ku harap kau memberiku kabar penting karena telah datang di luar jadwal kesepakatan kita sebelumnya."

Melda mengangguk perlahan.

"Sebenarnya, saya kemari untuk menyampaikan pesan dari Tuan. Beliau sangat merindukan Putri, oleh sebab itu dia membuat perjamuan keluarga malam ini hanya untuk Putri. Tolong putri bisa menghadirinya demi Tuan."

BRUK!

Melda mendadak menjatuhkan dirinya ke lantai. Berlutut di bawah kaki Aasha dan menyentuh lantai dengan keningnya. Memohon dengan sangat, sampai mengabaikan letak harga diri yang ia miliki.

"Saya sangat meminta tolong kepada Putri. Kali ini, tolong temui Tuan sekali ini saja. Saya akan menyerahkan apa saja, tetapi tolong penuhi yang satu ini Putri."

Tidak hanya Elise, Aasha juga terkejut atas apa yang dilakukan Melda. Aasha mengerutkan keningnya, mencibir dalam hati, "Dia sangat berlebihan hanya untuk memintaku bertemu Aaron."

Elise membenci kasta, dan juga penggila hormat. Terlebih lagi harga diri yang terbuang di antara sesama manusia. Melihat apa yang Melda lakukan, dan bagaimana Aasha menyikapinya membuatnya merasa muak.

"Melda! Berdirilah, kau tidak perlu melakukan hal seperti itu!" peringat Elise, tetapi Melda tidak mendengarkan sama sekali.

Elise mendekati Aasha, menarik kursi rodanya dan membentak. "Apa yang kau lakukan, Aasha? Sejak kapan kau membiarkan orang lain bersujud kepadamu-? Akh!"

Elise berteriak ketika tangannya terasa tersambar sesuatu setelah menyentuh kursi roda Aasha.

Aasha memberinya tatapan singkat sebelum beralih ke pada Melda.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang