Bab 7

8.5K 777 1
                                    

Seusai pintu tertutup, Melda memegangi dadanya yang berdetak tidak tenang. Sebab baru saja pelayan Grand Duke itu memberikan senyuman kecil penuh makna tidak baik.

Huston, pelayan yang telah melayani Louis sejak kecil. Tidak ada yang bisa meremehkan kedekatan mereka, selayak berdasarkan jiwa yang terlahir sama.

Lama kelamaan pelayan itu akan menyerupai tuannya. Ungkapan tersebut tidak pernah salah. Dan amat sesuai dengan hubungan Louis dan Huston.

Meskipun Melda belum bekerja cukup lama menjadi pelayan Aasha. Tapi alur yang dibentuk sudah terlihat hanya dari pandangan pertama. Sifat kasih sayangnya, perhatiannya, dan senyumannya setiap berbincang bersama adik tercintanya di taman. Itu semua hanyalah tirai tebal yang menutupi sifat busuknya.

Semua pelayan tidak ada yang tidak tahu. Mereka hanya diam dan menutup mata mereka. Sebab perjanjian yang telah di tandatangani di awal kontrak untuk bekerja sebagai salah satu bagian Kediaman Calíope.

Tidak tahu mengapa masih banyak rakyat jelata yang bersedia menjadi budak Keluarga ini. Mungkin saja karena ekonomi yang terjamin? Nama baik yang akan dibanggakan? Atau hanya ingin tinggal di tempat mewah?

Oh tidak. Mereka akan terjerumus kedalam perangkap lubang yang terdapat duri tajam pada dasarnya.

Dan bagaimana dengan Melda? Dia memiliki alasan lain yang berbeda.

Brak! Suara itu mengejutkan Melda yang berdiri di samping pintu.

"Suaranya dari arah dalam! Apa putri baik-baik saja?!" Gumam Melda panik.

Melda mendekati celah pintu, berharap dapat mendengar sesuatu percakapan di dalam. Namun sayangnya tidak ada suara yang bisa ia dengar dengan jelas selain bisikan seorang pria dan lirihan.

"Lirihan? Apa seseorang menangis? Apa itu putri?.. Ah, tidak. Itu suara pria. Yang Mulia? Tapi mengapa dia?"

Hal itu membuatnya semakin penasaran. Melda nekat ingin membesarkan celah pada pintu untuk mendengarnya lebih jelas. Akan tetapi, suara langkah kaki yang terburu-buru mendekati pintu tiba-tiba. Melda segera menjauh.

Pintu terbuka lebar. Wanita bergaun biru itu berjalan cepat setelah keluar dari ruangan Louis. Tubuhnya bergetar ketakutan sambil memegangi salah satu tangannya dengan gelisah.

"Putri? Mengapa dia.." Bruk!

Melda membelalakkan matanya dan segera berlari ke arah Aasha yang tiba-tiba terjatuh.

"Putri?! Ada apa dengan anda? Apa anda baik-baik saja?!" Tanya Melda bertubi-tubi kepada tuannya.

Aasha tidak menjawab apapun. Pandangannya kosong tanpa arah yang pasti kemana ia menatap. Sekujur tubuhnya dingin, berkeringat dan bergetar.

Apa yang terjadi Melda sama sekali tidak tahu. Tapi saat ini bukan waktunya ia banyak bertanya. Dia harus mencari cara membawa Aasha ke suatu tempat yang lebih aman.

"Putri, saya akan membantu anda berdiri. Tolong ikuti saya." Ujar Melda sambil membantu Aasha berdiri.

•••

Taman Orange Ruby yang terletak di bagian selatan kediaman adalah taman kaca yang menjadi tempat berteduh kesukaan Elise setelah lelah berlatih.

Romantisnya, Elise sering kali kemari bersama Aasha yang sudah berada di kursi roda. Mmebacakan buku dan bercerita banyak hal selayaknya saudara pada umumnya.

Meskipun saat itu Aasha sudah tidak bisa menggerakkan tangannya atau tersenyum lagi, Elise selalu bersamanya hingga sebuah kejutan sihir membunuhnya.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang