"Kau sangat manis, bisakah kau sebutkan nama aslimu?"
Suara wanita bergema berkali-kali memasuki lubang telinganya. Aasha membuka matanya, melihat dirinya berada di atas ranjang polos ditengah-tengah hutan hijau.
Matanya mulai mengelilingi sekitar, memahami dimana dia berada sekaligus mencari sumber suara yang baru saja ia dengar.
Namun ia merasa ia baru saja berhalusinasi. Tidak ada suara lain selain gemuruh air terjun disisinya serta kicauan burung-burung yang tidak senada.
Dia berfikir segala kemungkinan yang terjadi padanya setelah mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Kejadian yang teringat jelas dengan segala detail, tetapi tetap saja tidak ada alasan pasti mengapa dia bisa berada di tengah hutan ini.
Kecuali permainan sihir. "Ilusi."
"Apa Scart sedang memberiku tanda? Apa dia berada disini?" Gumam Aasha pelan sambil menolehkan kepalanya kesana kemari, mencari keberadaan Scart yang kemungkinannya ada disana.
Beberapa saat kemudian, suara wanita tadi tertawa nyaring disekitar hutan. Membuat burung-burung dibalik pohon berterbangan ke sembarang arah.
"Ups, aku mengejutkan kalian? Maafkan aku," Suara itu kembali berbicara tanpa menunjukkan wujudnya.
Aasha segera turun dari ranjangnya dan memasang posisi waspada. Meskipun dia tidak tahu bagaimana beladiri, cukup mengepalkan kedua tangan di depan dan sedikit membungkukkan badan saja, tidak sulit.
"Hihi, tidak hanya kalian. Dia juga sepertinya terkejut." Bicara suara itu lagi.
Arah yang sangat dekat dengannya yaitu pohon berdaun tebal yang tepat berada di depan ranjangnya. "Kau pasti berada disana,"
"Ralphae!" Teriak Aasha, menunggu beberapa saat tidak ada kehadiran siapapun.
Aasha sempat kebingungan, tapi dia tetap tidak menyerah untuk memanggil Ralphae lagi dan lagi dan tetap saja tidak ada balasan.
Dia mendecakkan lidahnya, bahkan sihir kekuatannya pun tidak bisa dia rasakan. Seperti Ralphae dan kekuatannya lenyap begitu saja.
Tidak ada pilihan lain selain menggunakan kekuatan fisik seadanya. Meskipun Aasha juga meragukannya.
Udara tiba-tiba berhembus sangat kencang ke arah pohon tersebut, sehingga dedaunan yang menutupinya seakan-akan terbuka. Disana terdapat seorang wanita bergaun putih duduk di dahan terbesar bersama para burung merpati disekitarnya.
Aasha nyaris tidak bergerak, seperti ada sihir tertentu yang membuat dirinya diam bagaikan batu untuk menatap wanita itu. Atau tidak. Wujud wanita itu sangat tidak asing untuk dilihat, sesungguhnya dirinya sendirilah yang tidak bisa berpaling dari wanita itu.
Pada satu tempat yang dimiliki wanita itu. Gemerlip yang sama dan bentuk yang serupa. "Iris mata kuning emas.."
Ya, selain rambut berwarna coklat muda secara keseluruhan lain wanita itu sangat mirip dengan Aasha. Seperti Aasha dalam versi dewasa dan sederhana.
Para burung merpati disekitarnya segera terbang memutar, nampak serbuk kuning pada ekornya berterbaran disekeliling wanita itu dan ia terbang dengan ajaibnya menuruni dahan pohon.
Aasha mundur beberapa langkah untuk memberi ruangan kepada wanita itu. Matanya menatap tajam kearah wanita itu, masih mewaspadai segala kemungkinan yang dapat terjadi.
Wanita itu melunturkan senyumannya. Dia terlihat sangat sedih dan membalik badannya sambil memegang seluruh wajahnya.
"Apa aku terlihat sangat menakutkan?" Tanyanya kepada para burung-burung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]
Historical FictionAlasan Pangeran berubah menjadi jahat, disebabkan karena tokoh sampingan yang tiba-tiba saja meninggal dunia di awal bab dimulai. Jezebel Reeve Leighton, telah jatuh hati dengan saudari kembar sang tokoh utama sejak kecil. Namun sayangnya, wanita ya...