Bab 9

5.6K 597 6
                                    

Mungkin tidak ada yang menyadarinya, tapi keadaan Istana selama 20 hari terakhir tergolong begitu tenang dan damai.

Empat orang duduk di sekitar bangku pada meja makan, menikmati makan siang mereka tanpa bersua atau berbincang. Tidak memikirkan adanya kekurangan di antara mereka.

Suasana yang begitu tenang, entah mengapa dirasa tidak nyaman oleh seluruh pelayan yang berdiri di sekitar sudut ruangan.

Mereka saling menatap secara sembunyi-sembunyi, berbincang melewati tatapan mata dan sesekali menunduk.

Hingga akhirnya, suara sang pangeran kedua mengubah hawa yang sempat kelabu diantara mereka.

"Kebetulan sekali aku ingin menanyakan ini. Tapi sungguh, aku sangat penasaran, dimana adik pembuat masalah itu sampai saat ini?" Ucapnya menatap sang Kaisar dan kakak tertuanya secara bergantian.

Kedua orang tersebut paling tepat disebut sebagai tersangka dari pertanyaannya. Mengingat bagaimana tingkah orang yang sedang difikirkan pangeran kedua, tidak mungkin sang Ibu Permaisuri ikut terlibat karena sifatnya yang lemah dan pasrah itu.

Sang Kakak nampak tidak berniat menjawab. Kaisar pun berbicara dengan nada acuh.

"Siapa yang peduli dengan anak nakal itu? Bukankah sudah pasti dia sedang mengejar-ngejar pujaan hatinya?"

Pangeran kedua semakin penasaran, "Benarkah, Ayah? Jika memang begitu, pasti Keluarga Calíope segera membeeikan kabar protes begitu Jezebel sampai sana."

Setelah itu ia beralih ke kakak tertua. Dari lagak awalnya dia telah menduga orang itu pasti telah beebuat sesuatu dengan sikap tenangnya.

"Kakak, apa kau tidak mengurungnya di menara atau sebagainya?"

"Untuk apa kau mengkhawatirkannya?" Jawab Putra Mahkota dingin.

Pangeran kedua menyilangkan kedua tangannya di dada. "Apa salahnya seorang kakak yang mengkhawatirkan adiknya? Senakal apapun Jezebel, dia tetap keluarga Leighton kita."

Putra Mahkota baru saja menghabiskan potongan dagingnya. Ia mengambil tegukan kecil air sebelum akhirnya membersihkan noda di sekitar bibirnya menggunakan sapu tangan.

"Aku mengurungnya di ruang bawah tanah."

Jawab Putra Mahkota singkat.

"Rhemune! Kau!" Permaisuri hingga berteriak mendengarnya.

"Ibu," Rhemune menyela. "Ibu sudah mendengar rumor mengenai Keluarga Calíope yang tiba-tiba menutup diri. Mereka pasti memiliki masalah sendiri. Ibu juga tahu sifat mereka. Akan lebih buruk jika Jezebel berbuat masalah disana hanya mengkhawatirkan seorang gadis."

"Dasar penggila cinta." Celetuk Rhemune di akhirnya.

Kaisar menggengam tangan istrinya yang mengepal karena marah.

"Isabell, Rhemune melakukan hal benar. Bukan hanya demi hubungan antara dua keluarga, tapi juga demi Jezebel." Ucapnya menenangkan istrinya.

Pangeran kedua tiba-tiba berdiri.

"Aa! Rumor itu. Kau benar. Hampir disetiap pesta yang kudatangi mereka membicarakan Keluarga Calíope. Bahkan ada yang mengatakan, alasan utama adalah Putri Agung keluarga mereka." Ujarnya antusias.

Kaisar, Permaisuri, dan Rhemune menatapnya bersamaan.

Permaisuri Isabell, "Jeremiah, apa yang kau katakan?"

"Apa rumor baru itu belum sampai sini? Ada seorang peramal di kota yang mengatakan keadaan Putri Aasha semakin buruk. Bagaimana mereka mengatakannya ya.. Jiwa yang hampir menjadi butiran? Aku tidak begitu mengerti." Jawab Jeremiah di akhiri kepala yang menggeleng tidak tahu.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang