Bab 38

955 77 0
                                    

Malam yang begitu sejuk tidak bisa membuat Aasha terlelap hanya karena terpikirkan hal sebelumnya. Jika di lihat, pria yang tampak jauh merengkuk di bawah pohon sudah terlelap disana karena suasana yang begitu tenang ini.

"Perasaan yang sama seperti pertama kali bertemu Jezebel. Sepertinya hubungan Aasha dan Jezebel sudah menjadi latar utama yang sangat kuat."

Aasha menghela napas panjang, "Jadi di dunia ini memang nyata adanya kekuatan cinta? Memangnya sekuat apa cinta diantara mereka?"

Cinta? Aasha yang sekarang sudah memutuskan membuang jauh-jauh perihal itu supaya tidak menganggu tugas yang harus di selesaikannya.

Toh, tujuan utamanya untuk memperbaiki cerita. Selebihnya bukan menjadi urusannya, Aasha yang saat ini sudah berprinsip seperti itu. 

"Ukh..!" Aasha menutup mulutnya rapat, memastikan Jezebel tidak terbangun akibat batuknya itu.

Seluruh tangannya dipenuhi bercak darah yang menggelap, kepalanya juga terasa pusing dan juga seluruh tubuhnya sangat panas.

Aasha memutar tubuhnya, membelakangi perapian lalu perlahan memejamkan mata.

"Kurasa aku harus beristirahat," gumamnya lesu.

Saat itu Aasha kira kegelapan akan berlangsung singkat seperti halnya rasa tertidur pada umumnya. Namun, nyatanya tidak, dia kembali terbawa ke tempat gelap yang begitu sepi dan menyedihkan itu lagi.

"Aku hanya ingin beristirahat. Untuk apa kau membawaku ke sini, Scart?"

Laki-laki itu berdiri di hadapan Aasha dengan wujud kepulan asap yang berbentuk. Wujudnya bukan seperti anak kecil menggemaskan seperti sebelumnya. Hanya asap abu-abu beraroma seperti dedaunan yang terbakar.

"Apa sikapmu itu? Aku lebih menyukai kau yang lama,"

Suara Scart dingin dan jemu. Mendengarnya tidak ramah, semakin menyurutkan suasana hati Aasha yang sedang tidak baik.

Aasha tertawa sinis, "Seolah kita teman dekat saja."

"Bukankah kau sendiri yang menarikku sebagai teman?"

Aasha terdiam. Pikirannya berlarian kesana kemari, sehingga ucapannya cepat melantur tanpa berpikir. Mungkin saja saat ini dia baru menyakiti hati Scart.

"Scart, maaf-"

"Ini diluar naluriku. Aku memintamu menjauhi tuanku dari masalah besar, tapi kau malah berjalan bersamanya ke lubang hitam. Lalu, kau bahkan menjadikan dirimu sebagai wadah? Jiwa liar, apa kau semakin bodoh?"

"Kau ingin membunuh dirimu sendiri?" 

Suara Scart mengalir dingin. Meskipun tanpa wujud aslinya, Aasha bisa membayangkan tubuh dewasa Scart sedang menatapnya sangat kecewa di hadapannya sekarang.

Aasha tidak bisa memikirkan kata lain yang terucap darinya selain, "Maaf,"

"Apa hanya itu? Seseorang yang berjalan pada kematiannya hanya berbicara satu kata? Sangat bodoh, kau seharusnya--"

Ucapan Scart seakan terhenti otomatis ketika Aasha terbatuk-batuk. Tidak hanya sekali-dua kali, batuknya tiada henti sehingga Aasha harus membungkam mulutnya sendiri dengan kedua tangan. 

"Apa.. Apa kau terluka?" Scart bertanya, mengubah nada suaranya menjadi pelan dan berhati-hati.

Aasha tidak bisa menyembunyikan bercak darah yang berada pada genggaman tangannya. Penciuman roh terhadap darah sangatlah pekat.

"Hanya kelelahan. Jika tidak ada lagi yang kau bicarakan, bisa biarkan aku beristirahat?"

Ketika kepalanya mengadah, disana Scart baru menyadari perubahan yang terjadi pada Aasha. Apa yang sebenarnya terjadi padanya sampai merubah penampilannya seperti ini, apa tujuannya? Apa dia benar-benar akan merubah dirinya?

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang