Bab 28

1.2K 131 4
                                    

Aasha tidak berhenti menatap matahari yang kini sudah hampir tenggelam dari penglihatannya. Diam tanpa sepatah kata, atau melakukan suatu kegiatan lain. Hanya duduk tanpa suara di kursi rodanya.

Dua jam yang lalu, seluruh keluarga Aasha mendatanginya setelah dengar Aasha sudah siuman. Rupanya kali ini yang terjadi pada Aasha berbeda dari sebelumnya. Tubuhnya sebelumnya sangat buruk dan menyedihkan, membuat seluruh keluarganya menjadi sangat khawatir.

Bagaimana tidak, tubuhnya ditemukan penuh darah dan juga dingin seperti membeku. Peristiwa tidak lazim lainnya seperti kejang-kejang, suhu tubuh mendadak berubah-ubah, dan juga darah yang mengalir dari hidungnya dalam keadaan tidak sadar dan yang lainnya.

Puluhan dokter hingga ahli sihir didatangi untuk menyembuhkan keadaannya. Tapi tidak satu pun berhasil. Malah, reaksi yang diberikan mereka serupa.

"Sangat tidak mungkin seseorang masih bisa bernapas setelah ledakan sihir."

Kabar yang hampir menyebar karena longgarnya keamanan keluarga Calíope itu sempat berhenti mendadak. Oleh karena itu, berita Putri Pertama keluarga Calíope yang mengalami ledakan sihir itu hanya di dengar sebagai rumor lepas saja.

Karena, jika kabar itu menyebar, maka kabar menyayat lainnya bisa saja sulit untuk disembunyikan.

Aasha kehilangan tenaga untuk dirinya berdiri. Ledakan sihir yang terjadi sebelumnya, memutuskan syaraf pergerakan pada kakinya sehingga mengakibatkannya mengalami kelumpuhan total.

Anehnya, kondisi fisik Aasha cepat memulihkan diri berkali-kali dari normalnya. Kurang dari 30 menit, Aasha mampu berbicara seperti biasa dan duduk tanpa topangan punggungnya. Padahal sebelumnya, tubuhnya seperti orang sekarat.

Dan kondisi lainnya, Aasha menjadi lebih diam dan selalu memberikan tatapan kosong tiada arti. Seperti seseorang yang kebingungan tetapi tidak menginginkan arti dari segala pertanyaan yang sedang di pikirkannya.

Aaron sempat ingin memberikan perawat tambahan disisi Aasha. Tapi ketika itu Aasha menolak, dia lebih ingin mengurung dirinya tanpa siapa pun. Bahkan Melda kehilangan hak menjadi pelayan pribadi di sisinya.

Beberapa hari telah berlalu. Tidak ada perubahan dari segala perilaku Aasha. Dari bangun tidur, membersihkan diri, sesekali membaca buku hingga mentari terbenam. Hanya mengulang hal yang sama.

Melda memasuki ruangan dengan membawa camilan kecil. Lagi-lagi dia melihat Aasha sedang membelakanginya, sambil menulis sesuatu di sana tanpa menghiraukan kehadirannya.

Melda menarik nafasnya dalam-dalam dan berbicara dengan nada ceria, "Putri, saya membawakan Anda camilan siang." tidak ada jawaban yang didapat Melda. Dia hanya melanjutkan masuk dengan tetap menahan senyumannya.

Melda meletakkan camilan di sisi meja tempat Aasha berada. Melda bahkan sengaja menunggu di sisinya dalam beberapa saat. Tetapi tetap saja tidak ada yang terjadi. Putrinya sama sekali tidak memedulikan kehadirannya, atau bahkan sekedar meliriknya.

"Putri yang malang.. Sepertinya Putri masih tidak bisa menerima keadaan yang terjadi." Melda menghela nafas perlahan. Ia ikut merasa sedih dengan apa yang terjadi. "Putri termasuk sudah sangat beruntung, tubuhnya terlindungi dari ledakan sihir yang berbahaya. Tapi sepertinya, bagi Putri hidup dengan sihir yang rusak tidak berarti apa pun."

"Putri. Panggil saja saya ketika Anda membutuhkan sesuatu. Saya selalu berada di sekitar Anda," ucap Melda penuh senyuman. Yang nyatanya, dia benar-benar tidak bisa membuat senyuman tulus saat ini. Karena mau seberapa lebar senyumannya, tidak akan bisa mengembalikan putri-nya yang dulu.

Setelah Melda menutup pintu dengan rapat. Aasha menghentikan tangannya yang menulis. Menoleh ke belakang, memastikan dengan teliti dirinya benar-benar seorang diri. Tidak ada seseorang ataupun sihir pengamat berada dekat disekitarnya.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang