Bab 17

2.7K 269 22
                                    

Nampaknya sudah sangat lama keluarga Calíope tidak mengadakan makan bersama di ruang makan keluarga. 

Aasha dapat memperhatikan raut wajah para pelayan pria yang berdatangan menyajikan makanan begitu heran dan juga kebingungan, juga sedikit gelisah akan permintaan Aasha yang satu ini. 

Seluruh Keluarga Calíope disibukkan dengan tugasnya masing-masing, sehingga sangat jarang mereka meluangkan waktu untuk duduk di meja makan menikmati makanan mereka dengan tenang dan damai. Bahkan dari pelayan lainnya berkata, terkadang mereka sampai tidak sempat makan di tengah-tengah sibuknya pekerjaan mereka.

Tatapan pelayan-pelayan itu seakan tidak bisa bungkam, sudah pasti mereka merasa tindakan mendadak Aasha sangatlah tidak menghargai dan sangat manja. Mereka yang bertahun-tahun bekerja disini sudah sangat mengenal Keluarga ini selalu bertindak keras kepada anaknya tanpa sedikitpun rasa hangat dalam keluarga.

Tapi keberadaan Aasha seakan merubah segalanya. Di dalam novel saja Aaron yang pernah mengatakannya sendiri, bahwa lahirnya Aasha menjadi keistimewaan yang perlu dimanjakan sepanjang sejarah Keluarga Calíope. Sebegitu istimewanya Aasha di dalam keluarga yang busuk ini, Aasha.

Tidak lama kemudian salah satu pintu kembar terbuka, Louis memasuki ruangan dan segera menangkap keberadaan Aasha yang duduk di bangku kedua di samping bangku milik Kepala Keluarga.

Aasha tidak banyak bicara, dia berdiri dan segera memberikan hormat menghadap Louis. Meskipun dia kakak yang tidak waras, tapi dia tetap seorang GrandDuke.

Louis berhenti. Dia tiba-tiba berbicara dengan nada menahan amarah.

"Apa masih karena saat itu, kau sampai memindahkan tempat dudukmu seperti itu?" Ucapnya menatap Aasha tajam.

Aasha tidak ada yang salah dari posisi duduknya. Di sebelahnya seharusnya milik Nyonya Keluarga, dan bangku yang menghadapnya sudah pasti milik Louis sebagai anak pertama. Lalu diantara dihadapan louis atau bangku di hadapannya adalah milik Aasha dan Elise.

Louis menarik bangku di sisi tempatnya, "Seharusnya kau duduk disini. Kau selalu berjanji untuk menemaniku." Ucapnya, mendadak lembut.

Nada bicara yang penuh kasih sayang itu terdengar menggelikan. Mengingat bagaimana dia menangis begitu menyedihkan beberapa hari yang lalu, selalu membuatnya merinding tanpa sebab.

Seharusnya tokoh Louis sangat kasar, dingin, dan juga selalu membabi buta Elise kepada Aaron.

Tapi dilihat bagaimana Aasha diperlakukan, watak Louis sangatlah ambigu seperti memiliki dua kepribadian pada orang yang berbeda.

Aasha tersenyum sambil menggeleng pelan, 

"Kakak tidak perlu banyak berfikir. Soal itu, aku sudah lama melupakannya. Aku hanya ingin duduk disini setelah memimpikan ibu. Aku merindukannya,"

Louis mengerutkan keningnya, "Ibu..?"

Pintu kembar terbuka bersamaan, seakan mengetahui siapa yang mendapat kehormatan tersebut para pelayan segera berdiri di pinggiran ruangan dengan rapih dan serempak membungkukkan kepala mereka menghadap seseorang.

Tawa ala pria tua itu terdengar familiar. Ketukan tongkat yang berseling pelan dan memantul di setiap sudut ruangan. 

Louis mundur beberapa langkah, meletakkan tangan kanannya di dada kiri sambil membungkuk hormat kepada Aaron.

Ketika Aasha hendak melakukan hal serupa, Langris tiba-tiba menghampirinya seperti mewakilkan tindakan Aaron kepadanya.

"Kau tidak perlu melakukannya. Ayah sering kali mengatakannya kepadamu, apa kau lupa?" Ucap Aaron setelah sampai mendekati Aasha. Dia menepuk kepala putrinya penuh kasih sayang.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang