Scart menyapu tangannya pelan, seperti gerakkan mengajak bagi Aasha untuk mendekatinya.
Aasha pun menurut. Dibandingkan harus menekuk separuh lututnya seperti sebelumnya, kali ini Aasha lebih memilih berjongkok dihadapan Scart.
"Karena bisa saja kau akan melupakannya ketika terbangun, maka dengarkan aku baik-baik." Ucap Scart yang lebih mirip seperti perintah. Aasha segera mengangguk yakin.
"Pertama. Setelah kau bangun, cobalah mencari alasan untuk tidak berada di rumah selama 2 tahun. Kusarankan Tuan Caliope tidak curiga dengan alasanmu, karena apabila dia tidak yakin kepadamu dan mengikutimu diam-diam maka itu akan menjadi masalah."
"2 Tahun?! Kau pikir alasan apa yang bisa ku buat selama itu?!" Pekik Aasha kencang.
Scart memutar bola matanya malas, dan mengetuk-ketuk kepalanya dengan jari telunjuknya sendiri.
"Gunakan otakmu. Kau jiwa liar yang sangat manja!"
Menurut Aasha itu bukanlah salahnya. Yang benar saja, dia harus berfikir alasan menghilang selama 2 tahun dengan posisi sebagai anak tersayang yang selalu dicari tiap jamnya?
Apa yang bisa dia lakukan untuk menghindari saudari laki-laki Aasha yang aneh itu, bahkan ayahnya yang sangat menyayangi Aasha. Lalu bagaimana dengan Elise?! Apa Aasha juga harus meninggalkannya seorang diri di tempat mengerikan itu bersama dua orang gila? (Kediaman Caliope.)
Tanpa memperdulikan Aasha, Scart kembali berbicara. "Kulanjutkan."
"Yang kedua. 4 hari setelah hari ini, datanglah ke taman berbau jeruk itu. Aku akan meninggalkan sihir disana, sebuah portal yang akan membawamu ke perbatasan ibu kota. Selanjutnya gunakan otakmu untuk mencari cara ke Kota Dwert."
"Kota Dwert?" Ulang Aasha bertanya-tanya. Sebab di sepanjang ia membaca novel, nama kota itu terdengar begitu asling untuknya.
Scart mengangguk pelan. "Kota perkumpulan para hunter, letaknya berdekatan dengan pegunungan Dwent."
Aasha mengangguk mengerti. Dia bergumam mengulang kata-kata penting dari Scart untuk diingatnya dengan baik.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk kepala Aasha perlahan. Tangan itu terasa sangat munyil sehingga Aasha dapat melihat wajah anak laki-laki yang berpaling darinya sambil berbicara,
"Hey, jiwa liar. Pastikan kau mengikuti kata-kataku dengan baik."
Wajah Scart memerah seperti sebelumnya, mengikuti suhu tangannya yang menjadi hangat. Sempat membuat Aasha heran kepadanya, kenapa ia selalu berusaha menutupi wajahnya ketika memerah itu?
"Padahal sangat menggemaskan jika dia tidak menghadap kesana." Gumam Aasha yang segera terkikik perlahan.
"Ngomong-ngomong, tubuhmu usia berapa?" Tanya Aasha.
Scart menarik tangannya dan beralih melirik sinis Aasha yang bertanya lancang.
"Untuk apa kau menanyakannya?" Tanya balik Scart dengan waspada.
"Kurasa dengan usia diriku yang asli, sangat tidak sopan kau menyentuh kepalaku seperti barusan."
Ucapan Aasha barusan benar-benar memancing amarah Scart. Sementara yang pelaku hanya tertawa terbahak-bahak setelahnya.
Wajahnya berubah masa, dari dalam batinnya ia berfikir sihir apa yang harus ia gunakan untuk membalas perempuan yang beraninya lancang kepada roh kuat sepertinya. Namun sebelum tindakannya itu benar-benar dilakukan, Aasha berbicara.
"Tenang.. Aku hanya bercanda padamu.." Ucapnya disela-sela tawanya.
Meskipun bercanda, tapi Scart menganggapnya terlalu serius. Hingga akhirnya dia merubah wujudnya menjadi roh iblis separuh sempurna dengan kedua mata merah menyala menatap Aasha sangat tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]
Historical FictionAlasan Pangeran berubah menjadi jahat, disebabkan karena tokoh sampingan yang tiba-tiba saja meninggal dunia di awal bab dimulai. Jezebel Reeve Leighton, telah jatuh hati dengan saudari kembar sang tokoh utama sejak kecil. Namun sayangnya, wanita ya...