Bab 18

2.4K 246 12
                                    

Harusnya ini di up minggu kmrn tapi aku revisi lagi, sorry keterlambatannya:(

Setahu Aasha, seharusnya kegiatan bersama keluarga adalah hal yang menyenangkan dan paling membahagiakan dari pada hari-hari lainnya. Tertawa, berbincang dalam frekuensi yang sama dengan orang-orang terdekat menyimpan rasa hangat tersendiri.

Tapi tidak, suasana kali ini sudah terlalu hangat. Sangat panas!

Aasha tidak bisa menyalahkan ukuran kereta kuda yang mereka gunakan, tapi duduk di samping dan berhadapan dengan orang-orang yang memiliki aura pekat membuatnya terasa sangat sesak berada di dalam sini.

Waktu baru saja berjalan sangat cepat, hingga Aasha sendiri mengapa ia berakhir dalam himpitan dua orang ini dan jauh akan posisi Elise yang terpojok seorang diri.

Sudah pasti ini perbuatan Aaron. Dia sejak awal memang tidak ingin Aasha dan Elise berdua saja tanpa pengawasannya.

Jika memang begitu, kenapa Aaron masih mengajaknya sekarang jika hanya untuk mengabaikannya? Begitupula Louis.

Gadis itu sudah berdandan untuk menarik perhatian, menunjukan martabatnya sebagai keturunan keluarga Bangsawan bahkan selalu memperhatikan tingkah lakunya dengan sopan.

Penampilannya yang lebih unggul itu sudah berkali-kali mengambil perhatian para pelayan yang tidak sengaja lewat, sampai-sampai notabe Putri terbaik, Putri Aasha, diabaikan dengan cepat hari ini. Akan tetapi tetap saja, setelah di meja makan Aaron dan Louis tidak segan untuk meliriknya lagi.

Aasha beralih menghadap ke luar jendela, ia menghembuskan nafas sedikit kasar sambil memikirkan sesuatu di dalam batinnya. "Meninggalkan Kediaman telah sukses, sekarang bagaimana cara aku menjauh dari dua orang ini.."

Dari balik jendela Aasha bertemu dengan anak kecil berjubah itu yang menaiki kuda bersama seorang pria dewasa. Seakan tahu di perhatikan, anak itu segera melambaikan tangannya dengan ramah.

Aasha segera bangkit dari lamunannya lalu berseru sambil menunjuka anak itu amat terkejut, "Dia!"

Seruan Aasha yang cukup kencang menarik perhatian Aaron, Louis dan juga Elise.

"Apa jarang melihatnya membuatmu tidak mengingat Lionel?" Ujar Aaron di sisi Aasha.

Aasha tidak mengatakan apapun, dari raut wajahnya saja sudah terlihat jelas perkataan Aaron barusan dianggap benar.

"Dia, Lionel Georgie. Murid terbaik di Akademi Yermaan. Kau tidak ingat? Kalian pernah menjadi rekan dalam ekspedisi terakhirmu itu." Ucap Louis menjelaskan.

Setelah Louis menerangkannya, Aasha mendapat sedikit ingatan akan hal itu. Sangat sedikit. Tidak sampai bagaimana latar belakangnya dan seluruh kepribadiannya Aasha ingat, hanya seperti pecahan film yang berputar tidak tersusun tentang bagaimana ekpedisi itu terjadi.

Tidak ada pecahan yang begitu buruk ia ingat dengan anak bernama Lionel itu. Meskipun terlihat baik-baik saja, Aasha tidak bisa tidak menganggapnya teman secepat itu.

Melihat Aasha yang begitu diam tiba-tiba, Aaron memegang tangannya dengan lembut. Aasha sontak terkejut dan segera menoleh padanya.

"Ada apa Putriku? Apa yang sedang kau fikirkan? Kau sedikit pucat, apa kau baik-baik saja?" Beri Aaron dengan pertanyaan yang terburu-buru.

Mendengar keadaan Aasha, Elise segera melihatnya khawatir.

Sebagian ekpresinya menunjukkan rasa bersalah, lalu berkata, "Tidak masalah, Aasha. Kita bisa berbelanja di lain hari saja."

Aasha menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Aku lengah, seharusnya aku tidak menunjukan ekpresi sembarangan." Gumamnya dalam hati.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang