Bab 24

1.6K 168 7
                                    

BERKOMENTARLAH YANG BAIK-BAIK, TERIMA KASIH!

Mari kita reka ulang adegan yang baru saja terjadi secara singkat.

Aasha tersandung dan melukai kakinya, lalu Gallahan datang entah dari mana seperti ungkapan "Pangeran selalu datang dikala putri membutuhkan." Tapi sejujurnya, Aasha juga tidak terlalu membutuhkannya. Hanya memar, tidak perlu dipermasalahkan. Dan diapun menyimpulkan, pria di hadapannya memiliki sindrom pria klasik yang muncul dalam novel romansa.

Lanjut. Gallahan yang terlalu khawatir segera menggendong tubuh Aasha dalam posisi yang lumayan romantis (sehingga kedua tubuh mereka saling bersentuhan), dan itu di tengah publik.

Bukannya terhanyut dalam perasaan, Aasha seperti memanas seperti tomat rebus karena rasa malu yang membuatnya merasa tidak ingin lagi menampakkan mukanya lagi.

Lalu kali ini, Gallahan membiarkan Aasha duduk di bangku sementara ia berlutut di hadapannya hanya demi mengoleskan salep pada luka memar Aasha.

Secara logika seharusnya Aasha dapat menyimpan perasaan kepada Gallahan. Lagipula, ia berada di novel yang berlatarkan Kerajaan lama. Sudah pasti romansa seperti ini akan sering terjadi dan dianggap hal yang umum.

Meskipun Aasha saat ini bisa bertindak mengubah jalan cerita, tetap ada beberapa bagian dimana hal tersebut memang di tetapkan. Mungkin salah satunya perasaan para tokohnya.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sedang jatuh cinta saat ini?" Suara Ralphae mendadak memenuhi fikiran Aasha.

"Aku peringatkan padamu, jiwa liar. Sebaiknya kau jangan terlalu mendalami peranmu, jangan membuat seseorang istimewa untukmu. Karena tidak ada yang tau kapan jiwamu bisa pergi,"

Aasha tersenyum tipis, "Sekarang kau ingin mengusirku? Jahat, apa kau lupa perjanjian kita?"

Suara Ralphae sempat terdiam.

"Jangan khawatir. Meskipun bagimu aku jiwa liar yang bodoh, tapi aku tidak akan mengingkari apa yang ku janjikan." Balas Aasha antusias.

Aasha menghela nafas perlahan, "Tentu! Kau sudah menjanjikan kehidupan Aasha. Sudah pasti aku harus membayarnya setimpal"

"Lagipula-"

"Kau sudah terdengar sangat bodoh jika terus berbicara." Suara Ralphae terdengar sangat dingin menyela Aasha.

"Apa maksudmu?"

Suara Ralphae mendengus, "Jiwamu masih terlalu muda, keputusanmu selalu ceroboh, kau terlalu mengandalkan keberuntungan serta mudah mempercayai orang lain, dan," Ralphae menjeda kalimatnya sesaat, "Kau tidak pernah belajar memahami dunia ini."

"Dan dengan bodohnya, kau begitu percaya diri dan bersemangat mengenai perjanjian kita? Apa kau bahkan mengerti seberapa bahayanya itu?"

Ralphae tertawa sinis, "Aku berharap terlalu tinggi padamu. Aku telah menunggu alasan bagus mengapa jiwamu terkirim kemari, tapi rasanya kini, itu sia-sia"

"Nampaknya bukan takdir yang membawa jiwamu kemari. Tapi hanyalah kesalahan para mahluk langit saja."

Rasanya seperti ada tombak besar yang menusuk punggung Aasha, akan tetapi tubuhnya tidak mendapati luka tusukan yang besar dari luar. Melainkan rasa perih yang semakin panas di dalam tubuhnya.

Tidak ia sangka, perkataan Ralphae dengan cepat membuat rasa semangatnya menurun drastis.

Penyalahan yang semakin menyudutkannya semakin ia fikirkan. Dan juga rasa penyesalan atas kekecewaan yang tidak terlihat.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang