Bab 8

7.3K 653 7
                                    

[Di ingatkan kembali, ini cerita fantasi. Yang berarti seluruh cerita, alur, latar, tidak ada kaitannya dengan cerita kuno di dunia nyata. Semua sepenuhnya karangan sang penulis.]

Happy reading !

Didalam fikiran Aasha menimpuk banyak pertanyaan mengenai artefak yang dibicarakan Ralphae. Benda itu menjadi salah satu hal baru karena tidak pernah di singgung di dalam novel.

Lagak Ralphae tidak menunjukan kenyamanan ketika Aasha hendak bertanya lebih lanjut.

Aasha pun mengurungkan niatnya dengan sedikit meragu. "Baiklah, aku setuju."

Ralphae meremehkannya. "Apa kamu akan begitu saja menyetujuinya? Asal kau tau, perjanjian antara mahluk mistis dengan manusia tidak semudah stempel kertas. Ini antara hidup dan mati manusia itu sendiri."

Ucapan roh tadi sempat membuat Aasha tertawa sinis.

"Kau kira aku sebodoh apa? Tentu saja aku tahu. Di masa depan, saudari kembarku Elise akan membuat perjanjian dengan salah satu roh. Kau tidak ingat? Aku adalah pembaca dunia dewimu ini." Balas Aasha dengan penuh percaya diri, sehingga Ralphae mendecak kesal.

"Lantas apa yang membuat kau terlihat ragu?" Tanya Ralphae acuh tak acuh.

Baru saja Ralphae seperti membuka tawaran pada Aasha. Tapi menurutnya membicarakan mengenai artefak itu bukan saat yang tepat, Aasha berfikir mencari cara menanyakannya secara tidak langsung.

"Ku harap permintaanmu tidak merugikanku. Sepenuhnya keinginan pribadimu." Ucap Aasha penuh penekanan.

Ralphae menunjukan wajah seriusnya.

"Kau tidak perlu khawatir, kaum manusia tidak akan menanggung apa yang ku lakukan."

•••

"Jason,"

Pelayan berpakaian serba hitam segera datang dari ruangan sebelah, seperti paham apa yang harus ia lakukan, Jason memberikan sapu tangan kepada Louis.

Louis merebutnya secara paksa dan mengeringkan bekas air mata dari pipinya, begitu selesai ia melemparkan kain itu tepat memasuki tong sampah.

Louis melonggarkan dasinya dan berdeham, "Ambilkan aku minuman ringan. Tenggorokanku menjadi sakit karena berpura-pura menangis."

Sama seperti sebuah boneka dengan nyawa sebagai poin tambahan. Mata Jason sangat kosong menatap lantai, begitu mendengar perintah ia segera melaksanakannya tanpa mengeluh bak di gerakkan remot kontrol.

Selepas Jason pergi. Louis berdiri dari lantai dan duduk di sofa, dengan kedua kaki terlentang di atas meja dan punggung yang menyandar ke belakang.

Sesosok bayangan hitam keluar dari tubuh belakang Jason. Melayang seperti abu tanpa bentuk, namun memiliki sepasang mata biru terang yang tajam.

"Tuan, ada yang harus ku sampaikan." Ucap bayangan itu sambil seolah-olah membungkukkan badannya memberi hormat.

Gerakan tangan Louis seperti menyapu mengusir.

"Simpan untuk nanti. Aku harus istirahat sebelum melanjutkan tugasku yang tertunda." Ucapnya sambil memejamkan mata.

"Ayah pergi dan meninggalkan tugasnya padaku. Padahal tugas sebagai Grand Duke sudah sangat berat." Keluhnya lagi.

"Ini mengenai wanita tadi. Ada sesuatu yang berbeda darinya–"

BRAK! Louis menendang meja dengan sekuat tenaga sehingga meja tersebut terlempar ke atas dan jatuh terbagi menjadi dua.

Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang