"Melda, apa yang biasanya ku lakukan ketika aku sedang pemulihan?" Tanya Aasha yang pertanyaannya membuat pelayan pribadinya itu diam kebingungan.
"Kenapa Putri bertanya? Apakah ini efek dari koma 2 minggu?" Duga Melda menggeleng perlahan dengan cepat. Pertanyannya terlalu lancang untuk dikatakan, dirinya hanya pelayan biasa yang juga tidak sedekat itu dengan majikannya sehingga dapat berucap dengan bebas.
Lagipula, Melda juga mendapat pesan dari dokter untuk tidak menyangkut paut keadaan Aasha. Tidak-tidak, dia tidak boleh melakukan kesalahan karena egonya.
"Jawab Putri. Anda memiliki lemari yang dipenuhi buku-buku, bukan tanpa alasan anda menyimpannya tanpa gemar membacanya." Balas Melda.
"Membaca buku?" Aasha mengigit ujung jarinya. Matanya berpaling diam-diam, dan berdecih, "Aasha terlalu kuno dan membosankan."
"Selain itu?"
Melda berfikir sejenak. "Putri gemar menulis. Terlebih menulis surat untuk Yang Mulia Pangeran ke-3."
Aasha tidak begitu terkejut. Dia tidak melupakan salah satu plot dari dalam cerita, bahwa Aasha adalah tunangan Pangeran ke-3 —atau karakter antagonis sejak kecil.
Tapi dia tidak mengira hubungan nyata mereka lebih tenang dari dugaannya. Pangeran ke-3, Jezebel menjadi gila setelah kehilangan pujaan hatinya, seperti obsesi cinta yang tidak sehat secara sepihak. Seperti itu menurutnya ketika masih menjadi pembaca novel.
Nyatanya cinta mereka seperti bunga musim semi yang bermekaran. Berkembang bersamaan seiring waktu.
"Putri,"
Lamunan Aasha buyar. Dia menoleh menghadap Melda yang terlihat ragu untuk berbicara.
"Sebenarnya saya tidak diizinkan untuk mengatakannya. Tetapi, sejak bulan lalu Yang Mulia Pangeran ke-3 tidak berhenti mengirimi surat kepada Putri. Sepertinya beliau sangat mengkhawatirkan keadaan Putri."
Aasha mengernyit, "Tidak diizinkan?"
"Tidak hanya Pangeran, seluruh orang mengkhawatirkan keberadaan Putri. Pasalnya, Yang Mulia Duke hanya diam tidak membuka suaranya kepada publik untuk melindungi privasi Keluarga. Menambah rasa penasaran mereka hingga berani memfitnah tuan yang tidak-tidak." Lanjut Melda, berkata apa adanya.
Aasha terang-terangan melirik Melda tajam. Pelayan itu tidak bisa tidak menyadari, tapi tidak juga bergeming karena takut.
"Pelayan ini masih memberitahu rahasia dariku yang sudah dilarang? Sepertinya dia sudah lama dipercaya Aasha. Tidak ada yang perlu diwaspadai."
"Melda. Bisa kau ambilkan surat-surat dari Pangeran kepadaku?"
Melda terkejut. Dia tidak bisa menyembunyikan getaran ditangannya yang semakin cepat.
"Ta-Takutnya tidak bisa, Putri. Tuan Kepala Keluarga Calíope menyimpannya. Saya pun tidak tahu letaknya saat ini." Jawab Melda gugup.
Aasha mengangguk, dan tersenyum kepada Melda.
"Tidak apa-apa. Terimakasih telah mengatakannya padaku, Melda." Ucap Aasha lembut. Melihat senyumannya, Melda tidak lagi takut melainkan terlihat senang.
Dugaannya hanya membutuhkan selangkah lagi bukti kebenarannya. Tentang reaksi sesungguhnya ayah Aasha kepada keluarga Kerajaan.
"Melda. Bisakah kau membawakan sesuatu yang manis untukku?" Pinta Aasha.
Wanita muda itu seketika bersemangat. "Tentu saja, Putri. Saya akan segera kembali!"
Setelah Melda tidak lagi di kamar. Aasha berada di kamarnya sendiri lagi. Sudah 3 hari seperti ini karena memang Elise sibuk dengan pelajaran tambahan bersama ayahnya, Mantan Grand Duke Calíope yang tetap menjadi Kepala Keluarga Calíope, Aaron Reigh Calíope.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite Villain Love Story [SLOW UPDATE]
Historical FictionAlasan Pangeran berubah menjadi jahat, disebabkan karena tokoh sampingan yang tiba-tiba saja meninggal dunia di awal bab dimulai. Jezebel Reeve Leighton, telah jatuh hati dengan saudari kembar sang tokoh utama sejak kecil. Namun sayangnya, wanita ya...