Part 6: Bicara serius

3.1K 364 2
                                    

***

Nirmala menilik Luna yang sedang melayani pelanggan yang datang pagi itu. Asistennya itu sudah bisa bekerja sendirian tanpa kendala. Tentu saja Mala merasa sangat senang dengan peningkatan itu. Baru dua bulan, Luna menggantikan asistennya berhenti karena ikut pindah suaminya ke luar kota, setelah menikah.

Mala kembali ke mejanya. Dia merapikan kue-kue hangat yang baru dikeluarkan dari loyang. Mala tampak sangat puas dengan penampakan kue yang mengembang sempurna, apalagi dengan warna cokelat keemasan di bagian atasnya. Wangi kue yang baru saja matang, selalu jadi wangi favoritnya.

Mala duduk dan meneguk teh panasnya. Dia masih harus menunggu sekitar 45 menit lagi, sebelum mengoleskan butter cream kemudian menghiasnya sesuai dengan permintaan pelanggan hari itu.

"Bu Mala, ada pelanggan yang mau makan brownies dan donat di tempat. Mereka ingin minum kopi plus krimer." Luna berbicara di balik pintu dapur, Mala mengangguk.

"Oke Luna, akan segera aku buatkan." Mala segera mengambil tekonya dan menyalakan kompornya untuk lebih mendidihkan air.

"Hm, apa nanti aku beli saja mesin kopi otomatis?" selewat Mala berpikir. Beberapa pembeli, banyak yang memilih sarapan di tokonya sebelum mereka pergi kerja.

Mala mengintip lagi ke arah depan, walau pun cuaca hujan dan sedingin ini ternyata masih ada yang datang untuk sarapan. Mala menyusun cangkir-cangkir kopi untuk membuat pesanan.

"Bu, apa kopinya sudah siap?"

Luna mendatanginya lagi. Mala mengangguk dan mengatur cangkir kopi dan tempat krimer, lumerpa. Pesanan pembeli itu pun sudah tersusun di atas nampan.

"Oh iya bu, ada pak Toni di depan beliau menanyakan Ibu. Seperti biasa beliau di meja pojok tempat yang biasa," sambung Luna sambil membawa nampannya.

"Pak Toni? Tidak seperti biasanya Pak Toni datang sepagi ini," Mala heran.

Mala pun segera melepas ikatan apron yang sedikit kotor terkena adonan kue. Mala melepas tutup kepalanya dan merapikan ikatan ekor kuda rambutnya. Mala tahu penampilannya sangat berantakan... karena itulah dia tidak berada di depan toko. Mala memeriksa dan memastikan semua aman, sebelum dia meninggalkan dapur.

Mala bergegas mendekati meja Toni. Toni tampak rapi dengan jaket dengan dalaman kemeja kotak-kotaknya. Wajah Toni tampak cerah saat melihat Mala datang. Lui yang duduk di samping Toni segera berdiri saat Mala datang.

"Selamat pagi pak Toni, pak Lui... Tidak apa-apa, pak Lui duduk saja." Mala tidak ingin Lui beranjak dari kursinya.

"Seperti biasa Mala, kamu terlihat cantik. Apakah kamu sibuk hari ini?." Tanya Toni tersenyum sambil mengulurkan tangan.

"Iya Pak Toni, saya sedang sibuk pagi ini. Saya harus menyelesaikan pesanan 6 kue dan harus selesai setelah makan siang ini." Mala menyambut tangan Toni dengan hangat. Tapi Mala tetap berdiri di hadapan mereka.

Toni sedikit kecewa mendengar jawaban Mala. Dia tetap ingin bicara dengan Mala, Toni tidak ingin terus kepikiran sampai-sampai dia demam seperti semalam.

"... Apa ada kue yang mau dipesan pak? tapi maafkan saya, saya tidak bisa menemani pagi ini," sambung Mala.

"Hm, kalau begitu bagaimana kalau... malam ini? apa kamu punya waktu malam ini? Atau Aku boleh mengundangmu makan malam di rumahku?" Toni mengeluarkan idenya.

Suami Superior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang