Part 43: Lidah Keseleo?

3.3K 327 9
                                    

***

Hai... Terima kasih sudah membaca SUAMI SUPERIOR. Beberapa part dari cerita ini saya hapus, karena editing dan pindah rumah ke KBM. Bagi kawan-kawan yang tertarik untuk membacanya bisa langsung ke:

 Bagi kawan-kawan yang tertarik untuk membacanya bisa langsung ke:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://kbm.id/book/detail/ba837c36-72aa-4db1-ac02-a069cc59c54e

Regards,

Ms. Ersula

***


"Pak, ada beberapa makanan yang mau dikirimkan." Indah mengikuti Hydan dari belakang. Dia meletakan segelas kopi di meja.

"Sampel makanan untuk cafe baru?" Hydan hampir lupa, karena Afaris tidak berada di Bali.

"Iya, pak."

"Nanti aku turun ke restoran saja," sahut Hydan sambil menatap ponselnya.

"Apa manajemen di cafe baru sudah siap?" tanya Hydan lagi.

"Sudah pak, mereka juga training dari sebulan lalu," jawab Indah.

"Oh bagus lah. Aku tidak tahu seperti apa manajemennya, karena Afaris yang menunjuk staff untuk mengatur cafe baru itu."

***

Hydan menatap semua makanan yang tersaji itu. Memang sasarannya adalah anak muda. Jelas makanan adalah makanan modifikasi modern. Tapi yang menarik justru bagian desert. Kue-kuenya tampak familiar.

"Pak Hydan, ini menu-menu yang akan kami sajikan bulan depan di cafe Lanuta," ucap Manajer cafe itu.

"Apa chefnya sudah menyetujui ini?"

"Belum pak, infonya harus dari pak Afaris atau pak Hydan dulu."

Hydan menaikkan bahunya. Sebenarnya bukan tanggung jawab dia menentukan dan menyicipi semua menu-menu restoran dan cafe. Tapi dia cukup cerewet soal makanan yang akan dijual. Itu menyangkut nama bisnisnya.

Hydan mulai melihat dan mencicipi satu persatu.

"Ini terlalu berminyak... Ini bukan minyak dari ayam." Hydan memiringkan mangkuk berisi Tomyam itu. Dia jelas tidak mau menyantapnya.

"Burgernya ini terlalu kering, coba minta mereka membuat patty lebih juicy lagi." Hydan hanya membelahnya dengan pisau.

"Spaghetti ini enak." Hydan menyantapnya sekali lagi.

"Ini kroket? Atau perkedel? Aku rasa bumbunya kurang pas." Hydan hampir tertawa mendengar komentarnya sendiri.

"Iya pak," sahut manajer itu menyimak dengan baik apa yang dikatakan Hydan.

Hydan mengambil air putih dan meminumnya. Dia memandangi kue-kue yang berjejer itu. Entah kenapa terlihat sangat familiar.

"Kalau kue-kuenya sesuai permintaan pak Afaris... Mungkin ada penambahan desert box dan kue tradisional," ucap manajer menginfokan.

"Hm iya, tidak usah terlalu banyak modifikasi, yang klasik lebih banyak peminatnya." Hydan mengambil sepotong kecil pie apple di piring kecilnya. Dia memakannya. Matanya langsung menatap manajer itu. Hydan lalu beralih ke kue coklat dan brownies. Satu suapan itu seperti melebur di mulutnya dan menyetrum syaraf di otaknya.

"Kue Mala memang yang enak." Hydan melebarkan matanya. Entah mulutnya dan otaknya mengacaukan dirinya. Hydan sendiri kaget mengucapkan nama Nirmala. Hydan terpaku, dia menelan sisa-sisa rasa kue di tenggorokannya. Ini memang buatan Mala!

"Maaf, pak Hydan? apa ada yang salah?" tanya manajer itu.

"Oh tidak... Tidak..." Hydan diam dan menelaah rasanya. Tidak mungkin! Apa setiap makanan manis selalu mengingatkannya dengan Nirmala. Beberapa hari lalu, saat Bazaar juga.

Suami Superior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang