Part 47: Bos dan upik abu

3.1K 360 21
                                    

***

Hai... Terima kasih sudah membaca SUAMI SUPERIOR. Beberapa part dari cerita ini saya hapus, karena editing dan pindah rumah ke KBM. Bagi kawan-kawan yang tertarik untuk membacanya bisa langsung ke:

 Bagi kawan-kawan yang tertarik untuk membacanya bisa langsung ke:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://kbm.id/book/detail/ba837c36-72aa-4db1-ac02-a069cc59c54e

Regards,

Ms. Ersula

***

"Terima kasih sarapannya tadi pagi."

Mala menoleh, Hydan mendekat saat dirinya istirahat di taman belakang. Hydan jadi lebih sering kerja di cafe, padahal kantornya di tempat yang berbeda. Sepertinya dia sengaja menunjukkan wanita-wanita sedang dekat dengannya. Tidak ada yang bisa Mala perbuat, dia cuma seorang cook rendahan, sedang Hydan adalah seorang bos besar yang sudah pasti di kelilingi wanita-wanita cantik. Mala mengambil gelas air minumnya.

"... pasti bapak tidak suka masakan saya..." Mala tersenyum datar. Dirinya tentu saja minder, jelas saja orang yang dia kirimi sarapan setiap pagi itu adalah orang lulusan kuliner terkenal.

"Jangan khawatir, masakanmu selalu enak, makanya aku minta dikirimi terus." Tentu saja, Hydan hanya bercanda kemarin, mengatakan kalau dia tidak suka masakan Mala sekedar untuk menggodanya.

Hydan menatap Mala yang duduk menyandarkan punggungnya. Mala terlihat lebih capek dari kemarin. Lagi-lagi, di wajah dan lehernya banyak cemong bubuk berwarna putih.

"... tidak usah berbohong..." Mala menaikkan bahunya. Dia meminum lagi minumannya.

"... aku tidak bohong, aku selalu suka masakanmu." Hydan berdiri di depan Mala. Mala benar-benar terlihat lucu dengan bubuk tepung di leher dan pipinya. Entah sebenarnya dia di dapur membuat kue atau mainan tepung.

Hydan mengambil saputangan dari sakunya.

"Kamu seperti upik abu saja, banyak cemong tepung di wajahmu." Hydan merendahkan wajahnya, sambil mengusap saputangannya di pipi Mala. Mata langsung membeku. Matanya membesar melihat wajah Hydan sedekat itu.

"Aku lebih senang melihatmu kerja di tokomu sendiri," ucap Hydan menghela napasnya. Hydan mengusap leher Mala.

"Apa artinya kamu mau aku pergi dari sini?" tanya Mala, pertanyaan itu membuat Hydan berhenti mengusapkan saputangannya.

"Aku tidak bilang begitu, Mala. Kamu datang kemari saja cukup membuatku senang, berarti kamu memang menyukaiku." Hydan meluruskan tatapannya. Mata cantik itu menatapnya lekat-lekat.

Mala menelan air ludahnya. Pria ini memang sangat mempesona, Mala bisa melihat jelas sekali garis wajah rupawan ini, rambut di dahinya terlihat lembut, alisnya yang tebal berbaris, apalagi bibir Hydan tiba-tiba menarik perhatiannya.

"Apa sekarang aku terlihat jelek?" tanya Mala lagi, sesaat Mala membandingkan dirinya dengan wanita cantik yang tadi duduk dengan Hydan.

"Aku tidak bilang begitu, kamu masih sangat manis dan menarik." Hydan tidak berkedip walau pun Mala mencoba melontarkan pertanyaan bodoh.

Suami Superior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang