***
Hujan yang tidak berhenti dari semalam membuat Mala sedikit malas bergerak. Mala memaksa dirinya untuk segera bangun, padahal dia mengigil kedinginan. Mala mengambil sweater dan jaketnya, dipakainya berlapis karena hawa dingin terasa merayapi seluruh tubuhnya. Suara tetesan air hujan dari atap kamarnya terdengar berirama, seakan-akan menyambut Mala sudah bangun.
Mala membuka tirai-tirai penutup jendela tokonya, sambil menatap keadaan di luar yang terlihat gloomy. Hujan pun tampak mulai mereda, tidak sederas seperti semalam. Tampak mobil patroli yang sedang memantau aliran air kanal di seberang. Patroli itu memang setiap pagi dan malam selalu berkeliling.
"Ya ampun, cuaca dingin sekali."
Tubuh Mala merinding, dia segera mengancingkan jaketnya. Segera diambilnya teko di atas kompor untuk memasak air. Mala ingin segera membuat minuman panas sebelum dia mulai bekerja. Sambil mengisi air di teko, Mala pun fokus melihat beberapa kertas yang tertempel di hadapannya, ada 6 orderan kue yang harus dia buat hari ini dan semuanya akan diambil setelah tengah hari.
"Hm, sepertinya aku harus mulai buat kue sekarang. Biar nanti Luna yang membuat donat atau cupcake." Mala berbicara sendiri, sambil memeriksa betul-betul apa yang dipesan oleh pelanggannya. Mala mengambil remote televisi dan menyalakan benda elektronik yang berada di atasnya, sebagai teman pengusir rasa kantuknya pagi itu. Mala membersihkan pemanggang kue terdahulu, kemudian dia menyiapkan bahan dan alat-alat lainnya.
"Hm, ternyata telurnya kurang..." Mala baru menyadari saat membuka gudang penyimpanan di belakang. Dia langsung mengambil ponsel dan menghubungi toko langganannya untuk mengantarkan beberapa lusin telur.
Terdengar suara pintu depan terbuka, Luna baru sampai di toko. Dia memang datang lebih pagi hari ini, karena tahu hari itu akan sangat padat.
"Selamat pagi, bu Mala." Luna menggantung jaket dan tasnya. Rambutnya tampak lembab terkena air hujan.
"Pagi Luna, hujannya awet ya?" Mala menuangkan teh panas dan memotong brownies untuk sarapan Luna.
"Iya bu, untung saja suami saya pas shift pagi juga." Luna menerima gelas dari Mala. Teh panas itu terasa sangat nyaman di genggamannya.
"Luna, kamu sarapan saja dulu. Nanti langsung buat cupcake dan donat ya di sebelah sana."
Luna melihat Mala sudah menyiapkan alat-alat untuknya, dia mengangguk. Luna menatap bos itu sudah membuat adonan Kue di mesin mixer. Luna sudah mengerti, Mala memang dasarnya suka mengerjakan semuanya sendirian, dia bekerja dengan cepat tapi Mala adalah bos yang sangat baik, kalau ada kesalahan Mala tidak pernah memarahinya.
"Oh iya, kita kehabisan telur, katanya 15 menit lagi akan segera dikirim." Mala memeriksa suhu oven.
"Kemaren sore saya sudah telpon mereka, Bu. Seharusnya pagi ini sudah di antar," jawab Luna.
"Mungkin karena hujan deras, tapi tadi mereka sudah berangkat kemari."
Mala memeriksa adonan kue dan memasukkan ke loyang yang telah diberi kertas roti. Setelah dihentak pelan, loyang-loyang itu pun masuk ke dalam oven besar. Mala menunggu matang untuk orderan kue hari ini. Dia memeriksa lagi kondisi gas dan suhu oven.
"Apa kamu sudah bikin daftar stok bahan kue yang habis di gudang kita, Luna?" Mala membersihkan beberapa loyang untuk Luna.
"Sudah bu, nanti saya segera telepon ke tokonya." Luna menyelesaikan sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Superior
Roman d'amourNirmala Arumi Lingga atau Mala berteman dengan Toni Sambara pria 70 tahun. Toni mengutarakan keinginannya agar Mala bisa membantunya melakukan sebuah kebohongan untuk berpura-pura menjadi tunangan Toni. Toni yang sakit keras, mempunyai keinginan ter...