Part 4: Hydan Sambara

4K 408 14
                                    

***

"Indah, apa kamu sudah mendapatkab daftar menu baru untuk bulan depan?"

"Maaf pak, saya belum diberi daftarnya. Info dari dapur untuk menu-menu baru belum ada yang disetujui oleh kepala dapur."

Hydan melirik sekretarisnya itu dari balik ujung kertas laporan yang dia sedang pegang.

"Sejak kapan owner perlu persetujuan kepala dapur?" Hydan meletakkan kertasnya di meja. Hydan tahu memang ada beberapa orang yang berkompeten di hotel dan restorannya.

"Maafkan saya, pak Hydan." Sekretaris bernama Indah itu menundukkan kepalanya. Indah tampak gugup, dia mengaitkan jari tangannya.

"Aku hanya ingin tahu daftar menu baru yang sudah disiapkan untuk restoran ini. Selebihnya itu memang bukan urusanku." Mata Hydan melirik Indah dari atas ke bawah, tapi Hydan tidak marah.

"Tapi kepala dapur belum menentukan menu baru..."

"Oh, mereka sangat lambat." Hydan memundurkan kursinya sambil menghela napasnya. Pandangan matanya teralih ke arah jendela kaca besar di ruangan kerja itu. Hydan merasa tenang saat menikmati pemandangan laut dengan latar biru langit itu. Hari ini sangat cerah, banyak pengunjung yang datang untuk menghabiskan hari liburnya. Mereka harus membuat menu baru yang akan memuaskan para tamunya.

"Coba sore ini kamu atur jadwal untuk rapat." Hydan melipat tangannya, matanya kembali menatap Indah. Sekretaris cantik, janda dengan satu anak itu masih sangat cantik. Hydan pernah tidur sekali dengan indah. Seksnya sangat hebat. Tapi Hydan tidak tertarik untuk serius dengan perempuan yang gampang ditiduri.

"Baik, pak Hydan. Saya permisi dulu," ucap sambil Indah menundukkan wajahnya. Hydan tidak berekpresi apa pun saat Indah keluar ruangan. Dia kembali menarik kursi untuk kembali fokus dengan laporannya.

Setahun lalu, pariwisata di Bali sedikit menurun karena pengaruh wabah penyakit. Setelah setahun hampir tidak ada peningkatan, untungnya sekarang bisnis pariwisata mulai kembali membaik sedikit demi sedikit. Hydan tidak sabar untuk mulai bekerja lagi. Dia masih ingin menambah investasi dan masih mencari potensi untuk melebarkan bisnisnya di wilayah lain.

"Beberapa hotel di Bali juga banyak yang jual murah," Hydan berbicara sendiri sambil melihat-lihat daftar hotel yang akan berpindah kepemilikan itu.

Pintunya tiba-tiba terbuka, Hydan menaikkan matanya. Ternyata Afaris, mitra kerjanya masuk tiba-tiba. Afaris tampak cerah ceria, tentu saja dia baru pulang kerja dan liburan di Papua. Dia berhasil mendapatkan spot restoran di Raja Ampat. Afaris meletakkan bungkusan di meja Hydan.

"Oleh-oleh..." Afaris langsung duduk di depan Hydan. Dia melipat kakinya dengan santai.

"Kebiasaan kamu, masuk tanpa mengetuk pintu..." Hydan menggelengkan kepalanya. Hal seperti itu tentu saja memecahkan konsentrasinya.

"Hahaha... Kamu terlalu serius bekerja," ejek Afaris.

"Apa lagi ini? Buat apa kamu membawa Wine?" Hydan membuka bungkusan yang diletakan Afaris tadi.

"Sekedar oleh-oleh, Kamu bukankah kamu suka Wine dan wanita. Kalau wanita aku bisa antar ke tempat bagus dan kamu sendiri yang bisa menentukan selera kamu." Lagi-lagi Afaris mengejek Hydan yang sedang melihat botol wine di tangannya itu.

Suami Superior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang