Nirmala Arumi Lingga atau Mala berteman dengan Toni Sambara pria 70 tahun. Toni mengutarakan keinginannya agar Mala bisa membantunya melakukan sebuah kebohongan untuk berpura-pura menjadi tunangan Toni. Toni yang sakit keras, mempunyai keinginan ter...
Hai... Terima kasih sudah membaca SUAMI SUPERIOR. Beberapa part dari cerita ini saya hapus, karena editing dan pindah ke rumah. Bagi kawan-kawan yang tertarik untuk membacanya bisa langsung ke:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hydan merapikan lengan kemeja hitamnya, langkahnya santai menuruni tangga rumah, tampak Lui menunggunya. Hydan menatap ekspresi garis wajah Lui yang tampak sedih. Hydan datar menepuk bahu asisten ayahnya itu.
Pagi-pagi sekali, perawat sudah memberitahukan kondisi Toni yang tidak bergerak, napasnya mulai berbunyi, kulitnya mulai berwarna kebiruan dan detak jantungnya pun sangat lemah.
Lui mengikuti Hydan masuk ke dalam lift. Lui menghela napasnya dengan berat, dia melipat tangannya. Hydan hanya meliriknya.
Pintu lift terbuka.
Hydan melangkah tanpa rasa ragu, berbeda dengan Lui yang melambatkan langkahnya. Mereka tahu ini sudah waktunya.
"Aku akan berbicara dengannya untuk yang terakhir kali." Hydan mendekati dokter yang berdiri di depan pintu kamar. Dokter itu mengangguk.
Hydan masuk ke ruangan tidur Toni. Sebenarnya ruangan tidur ini adalah ruangan tidur yang sama saat ibunya masih hidup. Rentetan kenangan seakan kembali bergulir... tersusun di ingatan Hydan. Kenangan itu seperti percikan pahit yang terasa getir, tapi dia dipaksa untuk menelannya. Hydan pernah merasa terlalu kecil tidak berdaya saat menatap nanar ayah, betapa arogannya seorang Toni Sambara di atas ranjang, dia meruntuhkan kepercayaan Hydan kecil dan ibunya.
Langkahnya terhenti, mata Hydan tanpa ekspresi memandang wajah Toni yang sangat kurus, pucat dan bibirnya mulai membiru. Semua alat sudah dicabut. Napasnya terlihat halus bergerak, sedikit lagi. Dia seperti tidak rela pergi meninggalkan kesakitannya.
Toni Sambara yang dulu gagah, tubuhnya kekar digilai para wanita binal yang selalu tertawa-tawa menakuti Hydan kecil, pria ini memang memiliki kekayaan dan kekuasaan tapi dia gagal menjadi ayah yang baik. Sekarang Toni hanyalah sosok yang menyedihkan. Hydan menarik napasnya, seandainya api amarah di dalam hatinya, dia bakar di tubuh lemah ini, tentu saja dialah pemenangnya.
Tapi Hydan tidak ingin seperti Toni Sambara yang kejam dan tanpa perasaan.