***
Hai... Terima kasih sudah membaca SUAMI SUPERIOR. Beberapa part dari cerita ini saya hapus, karena editing dan pindah ke rumah. Bagi kawan-kawan yang tertarik untuk membacanya bisa langsung ke:
https://kbm.id/book/detail/ba837c36-72aa-4db1-ac02-a069cc59c54e
Regards,
Ms. Ersula
***
Suara ponsel terdengar berbunyi sangat nyaring. Mala memaksa dirinya bangun. Matanya mencari-cari benda yang berbunyi itu. Tanpa sadar, Mala sampai terguling dari ranjang.
"Astaga, aku lupa tidak tidur di toko." Mala langsung mengusap sikutnya yang terbentur lantai, dia terbiasa tidur tanpa ranjang di tokonya.
"Halo Luna, iya. Tapi hari ini aku akan telat ke toko... Iya sesuai daftar yang ada di kertas nota saja ya. Pukul 9 pagi, aku usahakan sudah di sana. Terima kasih, Luna." Suara Mala serak karena bangun tidur. Mala menutup ponselnya.
Matanya berkeliling, memandangi kamar yang sangat luas itu. Banyak barang-barang klasik mirip dengan penampakan istana Perancis yang Mala pernah lihat di televisi.
Baru membuka pintu kamar mandi, ponselnya berbunyi. Belum sempat mengambil ponsel itu, panggilan itu sudah mati. Mala mengangkat telponnya, ternyata telpon dari ayah tirinya.
"Halo Ayah, Ada apa?"
"Mala, kami sudah pindah ke sebuah rumah. Tapi lokasinya jauh dari rusin yang biasa kamu kunjungi." Suara ayahnya terdengar senang. Mala berbinar.
"Ah syukurlah. Tidak apa-apa, kirim saja alamatnya aku pasti berkunjung, ayah. Salam buat ibu dan Neta."
***
Hydan menghirup rokoknya sekali lagi. Perempuan yang bernama Nirmala itu langsung melengos masuk kamar saat melihat dirinya. Jelas saja dia takut, dia bertemu dengan orang yang berhak dengan harta si tua bangka itu.
Hydan menuju kamarnya, rencananya pagi itu, dia ingin segera mengunjungi makam ibunya, di pinggiran kota.
***
"Selamat pagi tuan Hydan." Pelayan menyapa Hydan yang baru sampai di meja makan. Wajahnya berubah saat melihat tunangan ayahnya itu duluan duduk di meja makan.
"Yah, merasa seperti rumah sendiri?" Hydan menyeret kursi dengan kasar.
Mala yang tadinya tidak menyadari kedatangan Hydan langsung menaikkan matanya. Dia sibuk menjawab orderan kue di ponselnya. Wajah Hydan sinis menatapnya, dia duduk dengan badannya yang lebih besar menunjukan dia lebih dominan.
"Ah, maaf aku sedang mengerjakan sesuatu..." Mala langsung meletakkan ponselnya. Dia sendiri tidak tahu harus menyapa Hydan seperti apa. Anak pak Toni itu duduk tidak jauh darinya, tapi Mala berusaha tidak memberikan respon negatif dengannya.
"Bagaimana rasanya tidur di rumah yang bukan milikmu?"
Mala melebarkan matanya.
"Ah... Semalam cukup nyaman. Tapi lebih nyaman di kamarku sendiri." Dia tahu Hydan menyinggungnya.
"Nyaman? Kamu tidak merasa malu?"
"Malu?" Mala mengerutkan dahinya.
"Harusnya kamu malu, menerima lamaran si tua bangka itu." Hydan memancing suasana hati Mala.
"Kalian sudah menunggu di meja makan?" Tidak lama, Toni muncul bersama Lui. Mala lega, ketegangannya dengan Hydan pun teralihkan.
"Ah iya, Pak Toni." Mala berdiri saat Toni muncul. Lui membantu kursi roda Toni agar bisa rapi di meja makannya.
Hydan hanya diam saja, melihat kehadiran ayahnya. Toni tampak tidak berdaya. Hydan berpikir bagaimana jika dia mendorong kursi roda itu dari tangga yang paling atas.
"Hydan, ayah senang kamu akan tinggal dirumah ini," sapa Toni.
"Tolong, matikan rokok itu," tegur Mala menatap sinis ke arah Hydan. Hydan menaikan alisnya, tidak percaya lagi-lagi Mala berani menegurnya.
"Kenapa aku harus mematikannya? Dulu wanita-wanita yang tidur dengan Toni sering menghembuskan rokoknya, dan aku duduk tepat di kursimu," ungkit Hydan tersenyum dingin, dia tetap mengisap rokoknya."Aku tidak tahu kalau orang yang banyak bicara sepertimu, hanya ingin terlihat pintar. Tapi kamu tidak pintar sama sekali tanpa attitude." Mala mencoba menenangkan dirinya meminum teh hangatnya. Selera untuk duduk sarapan di meja itu hilang.
"Wanita pelacur bicara tentang Attitude?" Hydan tertawa lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Superior
RomanceNirmala Arumi Lingga atau Mala berteman dengan Toni Sambara pria 70 tahun. Toni mengutarakan keinginannya agar Mala bisa membantunya melakukan sebuah kebohongan untuk berpura-pura menjadi tunangan Toni. Toni yang sakit keras, mempunyai keinginan ter...