24. PERGI

26K 2.8K 707
                                    

24. MILA PERGI

Annyeong

Yang belum follow sok follow dulu atuh.
Biar always dapat notifikasi dari Miawww.

Jangan lupa vote komen yawww

•••
Mila meletakkan celana pendek dan juga kaos oblong Gesar di atas kasur yang baru saja dia ambil dari walk in closet.

"Kebiasaan banget," gumamnya, lalu mengambil celana serta kemeja kerja yang suaminya letak sembarangan di atas kasur.

Saat akan memasukan baju tersebut ke dalam keranjang baju kotor yang berada di samping pintu kamar mandi, sebuah kotak putih jatuh dari kantong celana Gesar.

Mila mengambil kota tersebut, kemudian menggenggam kotak tersebut erat dengan mata yang sudah berair.

"Sejak kapan?" gumam Mila dengan suara bergetar.

•••

Gesar keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya.

"Sayang baju aku .... " kalimatnya terhenti saat melihat sang istri yang tengah menangis. Gesar duduk di sebelah Mila. "Sayang kamu kenapa?"

"Kenapa nangis? ada yang sakit?" tanyanya panik, sembari memegang perut Mila yang sudah sedikit membuncit.

Mila menepis tangan Gesar dengan kasar. "Gak usah pegang-pegang aku."

Gesar mengeryit bingung. Berpikir apakah dia ada berbuat kesalahan. Perasaan saat dia baru pulang kerja tadi, istrinya itu masih baik-baik saja.

"Kamu kenapa? aku ada salah apa?"

"Jujur sama aku sekarang, apa yang udah kamu sembunyikan dari aku?" tanyanya dengan air mata yang masih terjatuh.

Gesar diam sejenak, "gak ada yang aku sembunyikan dari kamu sayang."

"Kamu bohong kak," Mila melempar kotak putih kecil yang sedari tadi dia genggam pada Gesar. "Terus itu apa?"

Gesar menatap bungkus rokok yang sudah sedikit hancur tersebut. "I-itu punya Dino sayang."

"Jangan bohong deh kak, ngapain juga kak Dino nitip rokok yang sisanya cuman dua batang ke kamu?" tanya Mila marah. "Beberapa hari yang lalu aku juga nyium baju kamu ada bau rokoknya."

Beberapa hari yang lalu Mila juga sempat mencium bau rokok di kemeja yang Gesar kenakan, tapi dia lupa menanyakan hal itu pada Gesar.

Gesar terdiam, bingung harus menjawab apa. Jika dia jujur Mila pasti akan semakin marah. Jika dia bohong, Mila pasti tidak akan percaya.

"Jawab! Jangan diam aja kak."

"I-iya itu punya aku." Seketika tangisan Mila pun semakin pecah.

"Kamu kenapa jahat banget sih kak?!" Mila memukul-mukul lengan suaminya dengan keras. "Kenapa kamu jahat sama aku? Kamu gak sayang sama aku dan calon anak kita, hah?!"

"Kenapa kamu malah tiba-tiba ngerokok gini? Kamu mau ninggalin aku juga, kaya Papa yang ninggalin aku sama bang Barga, iya?" tanyanya sesegukan.

Mila sangat benci dengan orang yang merokok, karena Papa nya meninggal gara-gara seorang pecandu rokok.

Gesar menarik tangan istrinya yang masih saja memukul lengannya keras, kemudian menggenggam tangan yang terkepal erat itu.

"Gak gitu sayang, aku gak mungkin ninggalin kamu sama anak kita cuman karena ngerokok."

"Kamu lupa? Papa aku meninggal karena apa? karena ngerokok kan? dan bodohnya kamu malah ikutan ngerokok!"

"Aku belum lama ngerokok, aku janji bakal berhenti, tapi kamu jangan marah lagi."

Mila mengangkat dagunya. "Sejak kapan kamu ngerokok?"

Gesar bergeming, dia terjebak oleh kata-katanya sendiri.

"Sejak kapan kak?!" desak Mila.

"Sejak kamu keguguran." Kata Gesar dengan suara pelan.

"Udah dari lima bulan yang lalu? dan kamu bilang itu sebentar? kenapa harus ngerokok sih kak?" tanyanya dengan air mata yang terus saja jatuh. Wajah Mila pun ikut memerah karena emosi.

"Waktu itu aku stres banget sayang, aku bingung harus gimana. Di tambah lagi waktu itu kamu diamin aku juga."

Mila berdiri, menatap suaminya dengan mata sembab.

"Aku kurang apa, hah? Sampai kamu harus ngilangin stres dengan cara merokok? jadi apa gunanya aku sebagai istri kalau kamu aja gak bisa berbagi sama aku? Apa gunanya aku sebagai istri kalau aku gak bisa bantu ngilangin stress kamu?"

"Sayang, gak gitu. Aku minta maaf." Gesar berdiri, berusaha memeluk Mila, tapi wanita itu terus menjauh dan mendorongnya. Di genggamnya kedua tangan Mila agar berhenti. "Hey hey, dengarin aku dulu."

"Aku bilang gak usah pegang-pegang!"

"Iya, tapi dengarin aku dulu." Gesar melepas genggamannya.

Mila mengabaikan perkataan Gesar, dia memilih beranjak keluar. Dia benar-benar marah sekarang. "Jangan ikutin aku! aku lagi gak mau lihat muka kamu."

Gesar menurut, membiarkan istrinya untuk keluar. Mila perlu menenangkan emosinya terlebih dahulu. Setelah itu baru nanti Gesar akan minta maaf lagi.

Gesar pun segera memakai bajunya.

"Permisi den,"

Gesar terkejut, saat Puput masuk kedalam kamar tanpa mengetuk. Untung saja dia sudah memakai Celana.

"Ada apa?" tanya Gesar datar, sembari memakai bajunya dengan cepat.

"Ini Den, tadi mbak Mila nyuruh saya buatkan aden teh."

Gesar mendekat dengan wajah datar, untuk mengambil teh tersebut. "Lain kali ketuk dulu pintunya. Jangan seenaknya masuk."

"Maaf den, saya kira tadi mbak Mila ada di dalam." Kata Puput dengan kepala menunduk.

"Mau ada istri saya atau gak, tetap aja kamu haru ketuk pintu dulu."


"Maaf den, lain kali saya gak bakal kaya gitu."

"Yaudah sana keluar," usir Gesar. Karena Puput yang masih saja diam di tempatnya.

•••

Gesar mengelilingi isi rumahnya. Dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, taman belakang dan kolam berenang. Namun, dia tidak menemukan keberadaan istrinya. Bahkan Gesar juga mencari di kamar tamu, mana tau saja Mila tidur di sana.

"Bi, bibi lihat istri aku gak?" tanya Gesar, ketika Bi Minah baru saja keluar dari kamar belakang, kamar pembantu.

"Loh, Aden gak tau? tadi teh mbak Mila pergi sama mang Ade."

"Kemana bi?"

"Saya teh juga gak tau, tapi mang Ade juga belum pulang, coba Aden telpon aja mang Ade nya."

"Makasih bi." Gesar lalu berlari dengan cepat menuju kamar untuk mengambil handphonenya. Tiba-tiba saja dia merasa panik. Entah kemana istrinya itu pergi malam-malam begini.

•••

Komen next disini 👉

Komen lanjut disini 👉

Gimana part hari ini?

Huaaa ternyata Mila ada trauma sama yang namanya rokok.

I WANT PREGNANT [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang