25. TAK BISA JAUH

25.1K 2.5K 371
                                    

25. TAK BISA JAUH

Annyeong

Jangan lupa vote komen yawww

•••
Barga mengusap-usap pundak Mila yang yang berada dalam pelukannya. Adiknya itu tidak kunjung berhenti menangis dari dia datang hingga sekarang.

Barga dan Sita jelas sangat terkejut dengan kedatangan Mila. Mila datang dengan hanya memakai baju tidur tanpa lengan serta rambut yang di cepol sudah acak-acakan.

Hampir saja Barga akan menghampiri Gesar dan menghajar sahabat sekaligus adik iparnya itu, karena sudah berani membuat adik kesayangannya menangis malam-malam begini. Namun, untung saja Mila menjelaskan dengan cepat.

Barga dan Sita sampai melongo mendengar penjelasan Mila. Hanya karena Gesar merokok, Mila sampai lari ke rumah mereka, bukannya menyelesaikan masalah tersebut. Bukan salah adiknya juga seperti itu, tapi begitulah Mila. Terlalu berlebihan dalam rasa takut.

"Udah dong dek, jangan nangis terus. Kan sayang air mata kamu, ntar habis lagi," kata Barga, agar Mila lebih tenang.

"Ihhh Abang," rengeknya, lalu memukul lengan Barga.

Barga berdesis jijik, saat Mila dengan enteng menarik ujung bajunya kemudian melap ingus di sana.

"Ck, kebiasaan. Untung gue sayang." Batin Barga. Ingin marah, tapi tidak bisa. Yang ada tangisan Mila semakin menjadi.

Sita meletakkan segelas susu ibu hamil di atas meja. Lalu memberikan selimut pada Mila agar tidak kedinginan. "Minum dulu susunya dek, kamu pasti belum minum susu hamil kan?"

"Gak mau kak. Mila lagi gak mood."

"Dek, kamu kan marahnya sama suami kamu. Kenapa gak moodnya malah sama anak kamu?" tanya Barga, dengan kepala menunduk agar dapat melihat wajah Mila yang bersandar di antara lengan dan ketiaknya.

"Mila gak mood bukan sama anak Mila, Bang." Kata Mila kesal.

"Terus kenapa gak mau minum susu? Ingat ya, anak kamu perlu nutrisi. Kalau kamunya aja kaya gini, gimana anak kamu mau sehat nanti?"

Mila melepas pelukannya, lalu duduk dengan tegap. Barga benar, bagaimana pun masalahnya dia dan calon anaknya harus tetap sehat.

Mila meneguk susu yang Sita buat hingga habis. Dia merasa haus karena terlalu lama menangis.

"Haus kan? itu makanya jangan nangis terus," kata Sita sambil terkekeh kecil.

"Gimana gak nangis, orang kak Gesar nya kaya gitu," rengeknya lagi.

"Dek, Abang tau kamu takut, tapi Gesar kan beda sama almarhum Papa. Jangan kamu samain dong."

"Beda gimana? sama-sama ngerokok juga. Mila gak suka."

"Tapi bisakan kamu bicarakan baik-baik, gak main kabur kaya gini. Gesar pasti panik nyariin kamu."

Mila menatap Barga kesal. "Mentang-mentang kak Gesar sahabat Abang, Abang jadi selalu belain."

"Yaudah terserah kamu lah," Barga jadi ikut pusing kalau begini. Percuma saja Mila di beritahu. Walaupun pun sebenarnya Barga sedikit kesal dengan Gesar yang tiba-tiba saja merokok. Padahal Gesar tau Mila trauma, karena rokok salah satu penyebab kepergian papa mereka.

"Ihhh kok Abang ngomongnya gitu sih?"

"Terus Abang harus ngomong apa lagi? Abang nasehatin kamu gak mau dengarin. Abang bilang terserah kamu nya kesal. Kamu maunya apa?"

I WANT PREGNANT [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang