Chapter 1 - Where is Home?

157 20 21
                                    

Vote dulu bestiee, happy reading^^


[Chapter 1 – Where is Home?]

Rere membaca lembar soal di depannya dengan serius, sesekali menulis dan mencoret-coret kertas lain untuk mencari jawaban hitungan. Suasana sepi dan tenang membuatnya berkali-kali lipat lebih fokus. Rere yakin tiga puluh soal matematika yang sedang dikerjakannya sekarang akan selesai dalam waktu kurang dari setengah jam.

Kegiatan Rere terhenti ketika cairan merah menetes mengotori kertas putih berisi soal.

"Sial!"

Gadis itu meraih tisu untuk menyumpal hidung. Hal tersebut menarik perhatian orang yang duduk di seberang mejanya, bertanya apa Rere baik-baik saja. Namun seperti biasa, Rere hanya melirik sekilas dan mengabaikan orang itu yang kini sudah misuh-misuh.

Rere buru-buru menyelesaikan sisa soal matematika itu dengan keadaan mimisan. Dia sungguh ingin pergi dari gedung tempat les ini. Bukan hanya itu, Rere merasa muak dan ingin membakar semua kertas soal yang baru saja dia remukkan. Maka sebelum hal itu terjadi, Rere bergegas menggendong tas, berjalan ke depan kelas dan mengumpulkan hasil kerjanya pada guru pengajar.

Guru itu menatap bingung lembar jawaban Rere yang kacau, terdapat bekas remasan dan bercak merah di sana. Belum sempat bertanya, Rere lebih dulu melesat keluar ruangan.

Sebelum ke parkiran, Rere mampir terlebih dulu ke toilet, mencuci muka lalu bercermin. Pemandangan yang ia dapatkan justru cewek berwajah pucat, tanpa ekspresi dan tampak menyedihkan.

Rere menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri selama beberapa saat. Setelah merasa lebih baik, gadis itu segera pergi ke parkiran. Di sana sudah ada mobil yang akan menjemputnya.

“Ke rumah Mama,” kata Rere ketika memasuki mobil. Sopir yang menyetir hanya mengangguk tanpa banyak bertanya. Sudah biasa menghadapi anak majikannya yang cenderung dingin dan tidak suka basa-basi.

Mobil itu mulai melaju meninggalkan gedung tempat Rere melakukan les setiap pulang sekolah. Jalanan sore hari cukup padat sebab saat ini merupakan jam-jam pulang kantor. Rere hanya diam sembari memandangi ponselnya di tengah kemacetan.

Gadis itu membuka aplikasi whatsapp, berkedip ketika menyadari tidak ada notifikasi apapun. Lagipula Rere hanya menyimpan sedikit nomor, hanya orangtuanya dan sahabatnya saja. Jika ada nomor asing maka akan langsung dia hapus agar chat dari para sahabatnya tidak tertimbun.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk, terdapat pesan baru di grup dengan nama Zona Anti Ngeluh. Itu adalah grup Rere dan sahabatnya. Syakira yang membuat grup itu, lalu mengundang Aeera, Naswa dan dirinya.

Belakangan ini grup itu sepi sebab Syakira, Aeera dan Naswa sibuk dengan urusannya masing-masing. Rere pun sebenarnya sibuk tapi jujur saja dia jadi merasa kesepian, karena hanya mereka bertiga lah yang selalu meramaikan aplikasi chatnya. Hanya mereka temannya, orang yang tahan dengan sikap dingin Rere.

“Non sudah sampai,” ucap sopir begitu mereka tiba di rumah minimalis berlantai dua.

Rere mengangguk kemudian keluar dari mobil. Dia menatap lurus ke depan, melipat tangan di dada seraya terus melangkah memasuki rumah. Saat hendak menaiki tangga ke kamarnya, seruan seorang wanita paruh baya membuat langkahnya terhenti.

“Rereeee astagaa!” Wanita itu menarik pundak Rere hingga mereka berhadapan. “Apa yang terjadi sama muka kamu? Kenapa sangat pucat?”

Mendengar kalimat itu membuat Rere tertawa miris. Jika orang lain mendengarnya mungkin mereka akan tersentuh karena wanita yang merupakan mamanya itu terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya. Namun ….

You Are Worth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang