Chapter 27 - Time Is Over

28 4 0
                                    

Holla, akhirnya up lagi yaaah

Gak akan banyk basa-basi sih di sini, soalnya waktu ngetik ini gue sambil nahan ngantuk banget wkwk

Yok lah langsung bacaa
Happy reading^^
Janlup tandai typo😪😴😴


[Chapter 27 – Time Is Over]

“Sudah puas mainnya?”

Rere terpaku di tempat, kakinya terperangkap seolah baru saja menginjak lem kuat. Sementara itu, Alisa dengan bersidekap dada terus menatap tajam pada Rere. Itu bukan tatapan yang pantas diberikan oleh seorang ibu pada anaknya. Alisa bukan hanya terlihat marah, di dalam bola mata itu, Rere bisa merasakan aura dominan yang cukup menakutkan.

“Kamu kemana aja, hah?”

Orang lain mungkin akan mengira Alisa sedang khawatir, tapi nyatanya bukan. Pepatah bilang, ‘marah tanda sayang’, itu tidak berlaku di sini. Bagi Rere, marahnya seorang Alisa adalah petaka besar.

“Nginap di rumah Aeera.” Rere menjawab jujur.

“Kenapa nggak nyalain handphone?”

Rere bungkam, enggan menjawab.

“Kamu bisa nggak sih, nggak nyusahin mama? Jangan buat mama pusing terus!”

Kepala Rere yang biasanya mendongak kini mendadak tertunduk, dia tidak berani melawan sang mama jika sudah begini. Rere tidak mengatakan apapun lagi karena takut akan mendengar hal-hal yang lebih menyakitkan.

Mendengar kalimat Alisa barusan saja sudah menyakiti hatinya. Seakan selama ini Rere hanya beban bagi Alisa dan selalu menyusahkan wanita itu.

“Ini terakhir kalinya kamu buat ulah. Nurut aja sama mama, Re, toh semua yang mama lakuin juga demi kamu.”

Demi kamu? Rere mengulang dalam hati, merasa tidak begitu kebenarannya.

“Udah sana ke kamar, belajar lagi buat seleksi kedua olimpiadi itu.”

Menurut, Rere menyeret kakinya menaiki tangga, gadis itu memasuki kamar dan menutup pintu. Sedetik setelah pintu tertutup, tubuhnya merosot begitu saja. Rere memeluk lutut, menenggelamkan wajah di sana.

Mungkin karena sedang sensitif sehabis membaca novel, ditambah habis dimarahi, air mata Rere turun kembali membasahi pipi. Isak tangis terdengar memenuhi kamar. Berkali-kali Rere menepuk dadanya, tapi sesak itu masih terasa jelas setiap mengingat fakta bahwa ….

Dia … tidak pernah menjadi berharga di mata mamanya.

***

Keesokan hari, Rere berkutat di depan cermin untuk mengatasi mata bengkaknya. Dia merutuki kejadian kemarin, andai tidak menangis semalaman, Rere tidak akan repot-repot begini. Setelah dirasa bawah matanya tidak terlalu gelap, dia pun segera mengambil tas dan turun ke bawah.

Mamanya sudah ada di meja makan, menyeruput gelas kopi sambil membuka ipad. Benar-benar wanita karir super sibuk. Rere bergabung, duduk di salah satu bangku kemudian menyiapkan roti sendiri. Jangan harap Alisa akan menyiapkan untuknya, gadis remaja itu tidak pernah dimanja.

Di tengah acara sarapan yang berlangsung dingin itu, Rere dapat merasakan kehadiran seseorang. Ketika menoleh, dia melihat seorang pria paruh baya dengan pakaian hitamnya. Kalau Rere tidak salah ingat, itu adalah mantan sopir mamanya. Dulu, Alisa selalu memakai jasa sopir kemana-mana, tapi sudah setahun ini dia menyetir sendiri. Lantas, kenapa pria itu ada di sini lagi? Apa mungkin Alisa hendak kembali mempekerjakan Pak Bam.

You Are Worth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang