Helloow
Huah sedih ga bisa up tiap hari lagi:(
Yeah tapi setidaknya seminggu masih bisa up dua-tiga kali hehee
Omong-omong gw lagi nonton dramanya Jaehyun, Dear M. Gw malah kebablasan terus lupa nulis 😂
Dahlah, happy reading yaa:)
•
•
•
[Chapter 19 – Said I’m Fine]
Pagi ini, sinar cerah mentari tidak serta merta menghangatkan Delta. Lelaki itu seakan sedang dihinggapi awan berkabut sehingga ekspresinya terlihat suram. Tadi dia pergi ke rumah Rere menggunakan mobil cewek itu, dengan maksud mengembalikan sekaligus berangkat bersama ke sekolah.
Namun, realita tidak sesuai harapan. Menurut satpam yang menjaga rumah Rere, gadis itu ternyata sudah berangkat ke sekolah, Alisa pun sudah berangkat ke kantor subuh buta. Delta yang kesal akhirnya hanya memarkikan mobil di halaman rumah Rere dan menitipkan kuncinya pada satpam.
Lelaki itu lantas menelpon supir rumahnya untuk membawakan motor yang semalam sudah diambil di tempat les. Dia melanjutkan perjalanan ke sekolah menggunakan motor sportnya. Sepanjang perjalanan, Delta terus mendumel kesal, memanfaatkan sebaik mungkin waktunya untuk mengumpati Rere. Sebab begitu tiba di sekolah, topeng ramah dan penuh senyum harus segera dia pakai.
Sedangkan objek yang menjadi bahan umpatan Delta kini tengah anteng duduk di perpustakaan. Rere begitu sampai di sekolah langsung menuju perpustakaan karena tahu di kelas tidak akan ada orang. Daripada terjebak di ruangan kosong sendirian, lebih baik melipir ke tempat penuh buku itu. Setidaknya, di sana ada penjaga perpustakaan dan beberapa murid.
Rere tadi sengaja berangkat pagi sekali agar terhindar dari Delta, dia memakai jasa ojek online untuk ke sekolah. Kalau mamanya tahu, sudah pasti wanita itu akan mengamuk. Rere bahkan bisa membayangkan wajah memerah Alisa disertasi dengkusan napasnya yang memburu.
Menggelengkan kepala dan mengusir pikiran mengenai sang mama, kini Rere memilih untuk fokus pada buku bacaannya. Di atas meja, terdapat sebuah novel dengan cover berwarna putih dan biru, juga gambar seekor kucing dengan ekornya yang melengkung ke atas.
Novel yang dia baca berjudul The Traveling Cat Chronicles karya Arikawa Hiro, seorang penulis asal Jepang. Ketika sedang berkeliling mencari buku, gadis itu melewati rak buku ilmiah dan menuju rak buku-buku fiksi. Rere memang super ambis, tapi dia juga selalu menyempatkan untuk membaca novel.
Dia pernah menghadiri seminar seorang influencer terkenal, beliau menceritakan hobinya yang suka membaca, baik buku nonfiksi maupun fiksi. Katanya buku nonfiksi berguna untuk memberi asupan pada otak, dan buku fiksi untuk asupan hati. Maka dari itu, Rere pun menyeimbangkan buku bacannya. Selain buku-buku tebal dan rumit, sesekali gadis itu akan membaca novel dan komik.
Kali ini novel yang dibacanya bercerita tentang seekor kucing dan seorang laki-laki pecinta kucing. Jujur, Rere agak kaget ketika mulai membaca karena di bagian awal novel ini menggunakan POV pertama dari sudut pandang seekor kucing.
Jarang sekali novel yang memakai sudut pandang pertama seekor hewan. Rere langsung tahu novel ini merupakan buku yang spesial, ia yakin tidak akan menyesal telah meluangkan waktu untuk membacanya.
Akan tetapi kesenangannya saat membaca novel terusik kala seseorang menarik kursi di sebelahnya. Ekor mata gadis itu menangkap sosok menyebalkan yang sedang ia hindari.
“Ah, ternyata lo ada di sini,” kata Delta sambil menopang sebelah pipinya dengan telapak tangan.
Rere berdecak jengkel. “Lo ngapain, hah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Worth [END]
Teen Fiction- Jika dunia dan seisinya merendahkanmu - *** "Menurut lo, orang yang bisanya ngomong jahat dan kasar masih layak disebut manusia? Masihkah orang kayak gitu berharga?" "Lo tau, lo berharga melebihi ribuan alasan." *** Tinggal bersama Mama yang stric...