Happy reading^^
Janlup vote dn komen•
•
•
“Hiks hikss huwaaa.”
Tangisan seorang gadis kecil terdengar nyaring hingga membuat beberapa orang menoleh. Termasuk Rere yang mengenakan seragam TK dan menggendong tas lucu berwarna pink. Dia menatap penuh tanya pada kerumunan orang di dekat kantor guru. Tidak ada ide tentang apa yang tengah terjadi, Rere hanya sedang menunggu jemputan Alvaro.
“Kasian, tadi dia dipukul papanya.” Seakan mengerti wajah penasaran Rere, anak laki-laki yang berdiri di sebelahnya menjelaskan tanpa diminta.
“Kenapa?” Sebenarnya dia tidak mengenal anak laki-laki itu, mereka tidak satu kelas. Namun berhubung anak itu duluan yang mendekatinya, Rere sekalian saja mencari tahu.
“Soalnya dia nakal, jail ke temen-temen lain. Terus Miss Aurora panggil papanya ke sini.”
“Terus?”
“Terus papanya marah, anak itu dicubit sama dipukul.”
“Jahatt.”
“Iya, papanya Tina jahat. Untung ayah aku baik. Papanya kamu baik juga, kan?”
“Um, papa Rere baik, papa sayang banget sama Rere.”
Dua anak itu kemudian mengobrol tentang papa mereka. Laki-laki itu terus tersenyum sepanjang Rere bercerita. Dia diam-diam mengagumi paras cantik dan menggemaskan Rere. Sayang sekali mereka baru berbicara sekarang, seharusnya dia berkenalan dan berteman dengan Rere sejak lama.
“Rere.” Panggilan seorang pria dewasa membuat atensi dua anak itu teralih.
Rere menoleh lantas mendapati Alvaro yang berjalan ke arahnya dengan setelan kerja. Gadis itu tersenyum sumringah, tanpa pikir panjang langsung berlari dan melompat memeluk kaki papanya. Seketika, Rere melupakan teman baru yang bahkan belum sempat dia tanyai namanya.
“Maaf ya, papa telat jemput Rere.”
“Huum, mau gendong.”
Alvaro terkekeh, gemas melihat tingkah manja Rere. “Pulang sekarang?”
“Iyaa, mau pulang,” jawab Rere sambil merebahkan kepala di bahu lebar Alvaro. Nyaman, dia suka berada di sana.
“Okeey, tuan putri.”
Mengetahui Rere hendak pulang, anak laki-laki yang dari tadi bersamanya tiba-tiba berseru, “dadah Rere.”
Namun karena Rere tidak kunjung membalas, Alvaro pun mengambil alih. Dia menatap anak laki-laki itu sambil tersenyum manis. “Dadah juga, eum … siapa namanya?”
“Gibran.” Sayang sekali ketika dia mengucapkan namanya, Rere tidak terlalu mendengar sebab mulai mengantuk.
“Oke, dadah juga Gibran, Rere nya pulang dulu ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Worth [END]
Teen Fiction- Jika dunia dan seisinya merendahkanmu - *** "Menurut lo, orang yang bisanya ngomong jahat dan kasar masih layak disebut manusia? Masihkah orang kayak gitu berharga?" "Lo tau, lo berharga melebihi ribuan alasan." *** Tinggal bersama Mama yang stric...