Chapter 16 - What's The Motive?

30 6 6
                                    

Helloo:) up lagi nih setelah dua hari libur

Gomen yaa:((
Kemarin keasikan nonton boruto sama baca novel perpus, jadinya ga nulis wkwk

Okay happy reading^^


[Chapter 16 – What’s The Motive?]

“Keluar,” desis Rere, matanya melirik orang-orang yang tidak berkepentingan. Membuat yang dilirik langsung paham kalau Rere sedang mengusir mereka.

Kini tersisa Delta dan Rere di dalam ruang OSIS. Gadis itu melangkah hingga tiba di depan Delta. Kedua netranya menatap tajam seakan hendak menguliti objek yang dilihatnya.

“Lo beneran nantangin gue, ya?” tanya Rere.

“Padahal gue cuma bicara jujur loh,” balas Delta kalem, paham apa maksud perkataan gadis itu tanpa harus dijelaskan panjang lebar.

Delta meninggalkan ketikannya dan mulai fokus pada cewek di depannya.

“Gue nggak butuh kejujuran lo!” kata Rere, ketus.

Delta hanya mengangkat bahunya ringan, tidak merasa terusik mendengar nada geram pada suara Rere.

BRAK!

Kesal dengan reaksi Delta yang menyebalkan, Rere akhirnya menggebrak meja sekuat tenaga. “Ini terakhir kalinya gue ngomong soal masalah kemarin.” Rere membungkukkan sedikit badannya ke arah Delta, meletakkan dua tangannya di meja kemudian berbisik. “Lo, bilang ke nyokap gue kalau kita nggak cocok sama sekali dan batalin rencana kencan itu.”

Setelah mengatakan itu, Rere hendak memundurkan badannya namun Delta lebih dulu menahan tangan Rere di meja. Lelaki itu mendongakkan wajahnya, lantas ikut berbisik. “Gue nggak mau, kita cocok kok Re. Kalau lo belum yakin, kita bisa mulai pelan-pelan.”

Meski agak terkejut dengan respon Delta yang tidak sesuai dugaan, Rere dapat menguasai tubuhnya dan bergerak mundur.

“Kenapa lo keras kepala banget, sih?”

“Ini memang sifat gue, Re. Harusnya lo tau, kan kita pernah berbulan-bulan jadi partner lomba.” Delta mengakhiri ucapannya dengan senyum lebar yang membuat matanya menyipit.

Rere memutar bola matanya malas. Ah, sekarang dia ingat, Delta memang sosok yang seperti itu, agak keras kepala dan teguh pada pendirian.

“Hm, kalau lo sebegitu keras kepala, maka gue lebih keras kepala lagi. Gue bakal pastiin, selamanya kita bakal jadi orang asing tanpa hubungan apapun.”

Merasa urusannya sudah selesai, Rere bergegas balik badan dan keluar dari ruang OSIS. Sepanjang perjalanan kembali ke kelas, Rere terus memutar otaknya untuk berpikir.  Kenapa Delta sangat ingin kencan dengannya? Atas dasar apa cowok itu bertindak demikian? Apa yang memotivasinya?

Rere yakin alasannya bukan karena penampilan fisik. Delta tidak serendah itu dalam menilai seorang perempuan. Lantas, apa yang cowok itu lihat dari Rere? Jujur saja Rere sangsi dengan kepribadiannya yang keras ini, apa ada lelaki waras yang ingin mendekatinya?

“Oi, Re!”

Bersamaan dengan seruan itu, bahu Rere tiba-tiba dirangkul oleh seseorang. Gadis itu menoleh secepat kilat, menatap horror pada sang pelaku. Tak butuh waktu lama sampai kepalan tangan Rere mendarat di perut orang tersebut, membuat rangkulan dipundaknya terlepas.

“Auwh,” ringis Gibran, tersangka yang dengan beraninya merangkul bahu Rere. “Aduh, tega banget sih lo, Re.” Gibran berani sumpah, pukulan Rere tidak main-main, persis seperti pukulan Aeera. Dia tidak boleh meremehkan tenaga Rere.

You Are Worth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang