Kasih vote atuh gaesss🤣
Happy reading^^•
•
•
“Rereee,” riang Sak ketika Rere memasuki kelas bersama Gibran. Lantas dibalas deheman oleh Rere, seperti biasa.
Gadis itu duduk di sebelah Aeera yang merupakan teman semejanya.“Re, bagi permen dong.” Aeera tanpa sopan santun mengambil tas Rere kemudian mencari-cari permen di sana. Berhubung Rere selalu menyimpan permen di tasnya, Aeera langsung saja meminta tanpa sungkan.
Dan Rere membiarkan tasnya dijarah oleh Aeera, yang kini sudah membagi permen pada Sak pula. Rere dapat merasakan jika Sak menatapnya dari tadi, gadis itu balas menaikkan sebelah alis seolah bertanya ‘apa?’
Namun Sak malah menggeleng saja, memutuskan untuk menghadap ke depan karena bel baru saja berbunyi.
Rere pun hanya acuh, turut membuka bukunya, siap menerima materi pembelajaran.***
“HAH? BALETTT?” Aeera berseru kencang begitu Rere bilang akan ikut les balet.
Bukan atas inisiatif sendiri Rere membahas hal itu. Semua bermula saat mereka sedang menunggu pesanan makanan di kantin. Sak dan Aeera sibuk mencari jadwal agar mereka bisa pergi main bersama, sebab sudah lama keempatnya tidak keluar bareng.Ketika tanggal sudah ditentukan, Rere sontak menggeleng tidak bisa ikut. Lantas Naswa mencerocos meminta penjelasan, dan terpaksa lah Rere bilang ada jadwal les balet. Pagi tadi mamanya memberitahu Rere tentang jadwal tersebut. Hal yang terjadi selanjutnya adalah Aeera yang berseru nyaring hingga seisi kantin dibuat pengang.
“Serius, Re? Balet? Lo? Lo yang datar ini balet? Pfffttt ….” Aeera tidak bisa untuk tidak tertawa sekarang. Membayangkan Rere dengan muka datar dan kakunya itu menari balet? Hei, yang benar saja. Itu pasti pemandangan paling ngakak di seluruh dunia.
Sementara Aeera terpingkal-pingkal, lain halnya dengan Sak dan Naswa yang menggelengkan kepala, tapi tak dapat pula menyembunyikan kegelian mereka. Memang Rere yang kaku itu tidak seharusnya disandingkan dengan balet yang gerakannya penuh keluwesan.
“Dasar receh,” ujar Rere seraya melempar uang koin lima ratus pada Aeera yang masih ngakak sendiri.
“Kampret lo, Re,” kekeh Aeera, bukannya tersinggung karena dilempari koin cewek itu malah cengengesan. Baginya, sudah biasa menghadapi Rere yang seperti ini. Rere yang selalu sensi padanya, sedangkan pada Sak dan Naswa tidak pernah sinis. Beruntung Aeera orangnya supel, humble dan friendly kalau dengan orang yang dikenal, jadi dia santai saja dengan sikap Rere.
Rere sendiri mengakui jika memang terkadang dia pilih kasih pada Aeera. Salahkan Aeera yang terlalu berbakat memancing emosi orang. Diantara tiga temannya, yang paling diperlakukan dengan baik olehnya adalah Syakira, sebab meskipun cewek itu gesrek tapi tidak segila atau separah Aeera, juga tidak secerewet Naswa.
“Gue nggak ngerti lagi sama mama lo, Re. Nggak cukup apa ya lo tiap hari belajar tambahan, terus les ini-itu kayak orang gila?” komentar Naswa. Sontak Rere menoleh pada Naswa, cewek itu mengatakan kalimat yang mirip dengannya saat protes pada Alisa.
“Huh, gue jadi emosi, pengen banget gue ngomong sama mama lo, kenapa nggak mama lo aja yang belajar balet? Kenapa harus Rere? Dikira belajar nggak capek apa, nggak bikin stress gitu? ….” Dan Naswa masih terus mengomel panjang-lebar. Diam-diam Rere memasang headset bluetooth nya. Nah ini sifat Naswa yang bikin Rere males deketan sama dia, cerewet, kalau sudah ngomel nggak tahu kata berhenti.
“Cakep Wa, lo omelin aja sana mamanya Rere langsung. Jangan segala dipraktekkin depan gue, Sak ama si Rere,” timpal Aeera, menghentikan ocehan Naswa.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Worth [END]
Fiksi Remaja- Jika dunia dan seisinya merendahkanmu - *** "Menurut lo, orang yang bisanya ngomong jahat dan kasar masih layak disebut manusia? Masihkah orang kayak gitu berharga?" "Lo tau, lo berharga melebihi ribuan alasan." *** Tinggal bersama Mama yang stric...