Heeeiiiii, up lagi dong. Tadinya mau nunggu cerita sebelah tamat dulu, baru fokus lanjutin cerita ini wkwkw
Tapi yaah, sepertinya cerita sebelah masih panjang. Jadi cerita ini sambil lanjut aja deh hehee
Kalau yang lupa alur bisa tuh baca ulang, mumpung masih pendek juga.
Males? Ya udah ga papa, sii
Happy reading yaaa, votmen nya jangan lupaa:)
-o0o-
[Chapter 8 - Bad Day]Pagi-pagi sekali, ketika Rere tengah menyantap roti dan segelas kopi, seseorang telah berhasil membangkitkan emosinya. Rea, mama dari Angkasa sekaligus mama tirinya mengirimkan sebuah gambar.
Potret keluarga harmonis yang terdiri dari dua orang paruh baya dan seorang remaja lelaki. Mereka tampak bercengkrama akrab dan tersenyum lebar.
Nenek Lampir
Lihat, papa kamu lebih bahagia bersama kami.
Tinggal menunggu waktu sampai kamu dilupakanBegitulah pesan yang dikirimkan oleh Rea.
Emosi Rere memuncak seketika. Gadis itu membanting cangkir kopi dan piring rotinya hingga pecah berkeping-keping.
Tangan Rere mengepal erat, napasnya naik turun seiring dengan raut wajahnya yang semakin suram.
Rere benci hal ini. Dia benci Rea dan Angkasa. Dia benci perbuatan Rea yang selalu memancingnya. Juga benci perbuatan Angkasa yang selalu menekan mentalnya.
Namun, diantara serentetan rasa benci itu, ada hal yang paling Rere benci dan sesalkan, yaitu keputusan papanya untuk menikah dengan Rea.
Pernikahan mereka sudah berlalu lumayan lama, tapi hingga sekarang kebencian itu semakin memuncak.
Me
Mati aja lo!!
GO TO THE HELL, BIT*HUsai mengirim balasan pesan itu, Rere bergegas keluar rumah, menaiki mobilnya dan berangkat ke sekolah.
Mamanya sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, karena itu Rere berani membanting gelas dan piring di dapur tadi.
Gadis itu juga tidak perlu khawatir sebab akan ada asisten rumah tangga yang datang dan membersihkan kekacauan itu.
Setelah beberapa menit berkendara, Rere akhirnya tiba di sekolah.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Rere terus saja memasang wajah masamnya. Bahkan ketika ada anak kelas sepuluh yang melempar senyum, gadis itu malah mendengkus tidak suka.
Sok akrab sekali!
Pagi ini cukup menyebalkan untuk Rere, moodnya hancur tak bersisa.
BRUK!
Oh ayolah, apalagi ini?! batin Rere emosi.
Gadis itu menunduk dan melihat seorang siswi yang terduduk di lantai. Tapi bukan itu fokusnya kini, melainkan bubur yang tercecer di seragamnya.
Sialan!
Amarah Rere tak dapat dibendung lagi, batas toleransi kesabarannya sudah habis.
"LO! Buta lo, hah? Bisa-bisanya nabrak gue, anjir! Lo liat, baju gue ketumpahan bubur lo sialan!"
Murid yang menabrak Rere hanya menunduk dan masih berada di posisi yang sama.
"Selain buta ternyata lo tuli juga, HAH?" sentak Rere lagi, sukses menyedot atensi murid-murid di sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Worth [END]
Teen Fiction- Jika dunia dan seisinya merendahkanmu - *** "Menurut lo, orang yang bisanya ngomong jahat dan kasar masih layak disebut manusia? Masihkah orang kayak gitu berharga?" "Lo tau, lo berharga melebihi ribuan alasan." *** Tinggal bersama Mama yang stric...