Happy reading:)
•
•
•
[Chapter 10 - Maybe More]
Masih dengan aktivitasnya memandangi riak air danau yang tenang, Rere seakan terhanyut dan enggan beranjak. Apalagi setelah mengenang memori lama, gadis itu semakin tidak ingin pergi demi melepas rindu pada wanita yang merupakan bunda Naswa.
Ting!
Denting notifikasi dari ponsel membuat Rere mau tidak mau membuka benda pipih itu. Ada pesan masuk dari Angkasa. Sebelum membacanya, Rere lebih dulu menyetok rasa sabar agar tidak terpancing pada apapun yang akan dia lihat nanti.
Angkasa mengirim sebuah foto, tampak di sana tiga sahabatnya tengah duduk melingkar di meja kafe yang Rere kenali sebagai SHC. Kafe itu tempat Sak bekerja dulu, namun sekarang berubah menjadi tempat permanen mereka untuk nongkrong.
Tidak hanya foto, seperti biasa Angkasa juga menyertakan kalimat provokasi yang tidak banyak mempengaruhi Rere. Stok sabarnya barusan diisi ulang hingga sekarang tidak begitu terpancing.
Walaupun tetap ada sedikit emosi, tapi reaksi Rere tidak se-ekstrim tadi pagi, saat Rea mengirim foto bahagia dengan papanya.
Angkasa
Udah gue bilang, mereka itu pembohong. Mereka cuma pura-pura temenan sama lo!Angkasa tidak tahu saja kalau tiga sahabatnya sudah mengajak Rere untuk bergabung. Justru dia sendiri yang menolak ikut main ke SHC. Mereka tidak bermaksud mengasingkan Rere dalam circle, tapi malah Rere sendiri yang menjauh.
Me
Lo yang bullshit! FU*KAngkasa
Oh berani lo sekarang sama gue, hah?
Liat aja nanti!Rere mengabaikan pesan itu meski dalam hati merasa was-was.
Angkasa itu cowok gila, tidak waras dan selalu membuat Rere ikutan gila. Gadis itu hampir kehilangan akal menghadapi tingkah anehnya. Dari awal Angkasa selalu mendoktrinnya dengan hal-hal kejam dan menakutkan. Beberapa kali Rere termakan perkataannya, membuatnya tidak bisa mendengar apapun selain ucapan Angkasa dan percaya begitu saja.
Kali ini pun, meski Rere berusaha tegar dan percaya bahwa tiga sahabatnya tidak mungkin berbohong, ada setitik celah yang terbuai hasutan Angkasa.
Rere tahu banyak sekali perbedaan dia dan tiga sahabatnya. Mereka semua baik sedangkan dia jahat. Kadang Rere merasa kalau pertemanan ini tidak benar. Tidak seharusnya manusia sesuram dirinya berada di antara tiga temannya yang hangat.
"Haahh ...." Rere menghembuskan napas panjang, dia lelah dengan pikirannya yang terus berkecamuk.
Masalah tadi pagi dengan papanya saja belum selesai, sekarang muncul lagi masalah baru dari Angkasa.
"Please Re, percaya sama mereka," racau gadis itu, berusaha mengembalikan sedikit rasa percaya yang terenggut.
Nyatanya, semua tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bayangan Angkasa dan kata-katanya seakan tidak mau enyah dari pikiran.
Rere menyerah, gadis itu membuka bungkus rokok yang dia ambil dari dashboard mobil.
"Jadi besok-besok kalau ada masalah, jangan beli rokok, beli permen aja. Oke?"
Dalam hati, Rere meminta maaf pada bunda Naswa karena sudah melanggar janji. Stok permennya habis dan secara impulsif dia malah membeli rokok di minimarket.
Rere seperti mengulang kejadian bertahun-tahun lalu. Bedanya, dulu dia tidak jadi menghisap benda itu karena tidak berani dan dicegah oleh bunda Naswa. Sekarang, kenekatannya tidak akan goyah dan berapa lama pun Rere menunggu, bunda Naswa tidak akan tiba-tiba datang untuk mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Worth [END]
Teen Fiction- Jika dunia dan seisinya merendahkanmu - *** "Menurut lo, orang yang bisanya ngomong jahat dan kasar masih layak disebut manusia? Masihkah orang kayak gitu berharga?" "Lo tau, lo berharga melebihi ribuan alasan." *** Tinggal bersama Mama yang stric...