Chapter 23 - After The Rain

22 5 4
                                    

Happy reading^^


[Chapter 23 – After The Rain]

Rere tidak tahu sudah berapa lama dia duduk di ayunan. Malam semakin larut dan hujan mulai berhenti, menyisakan tetesan air serta genangan di mana-mana. Gadis itu memeluk tubuhnya yang terbungkus pakaian basah, seharusnya dia mengganti baju dan bergelung di bawah selimut agar tidak jatuh sakit. Namun, ada satu hal yang membuat Rere bertahan di sana.

Kepala Rere terkulai lemas, sedikit memundurkan posisi dan membuat ayunan itu bergerak. Seiring dengan ayunan yang maju-mundur, kepingan ingatan masa lalu menyeruak dalam benak.

Dari kecil, Rere cukup dimanjakan oleh papanya. Hal itu membuat Rere kecil merasa tidak masalah bersikap manja dan menuntut kasih sayang dari sang papa. Tidak seperti mamanya yang selalu tegas dan mendidik Rere untuk mandiri.

Hari itu, seperti anak kecil pada umumnya, Rere juga merajuk kalau keinginannya tidak terpenuhi. Alfaro berjanji akan menjemputnya pulang dari TK, tapi nyatanya pria itu tidak datang. Rere akhirnya terpaksa menelpon sang mama dan minta dijemput. Wanita itu malah mengirim supir, Rere tidak masalah sebab dia tidak berekspektasi tinggi pada mamanya.

Beberapa saat setelah Rere sampai rumah, papanya tiba-tiba datang dengan keadaan kacau. Kemeja pria itu kusut, rambutnya berantakan dan peluh membanjiri pelipis. Rere cemberut, melipat dua tangannya di dada lantas membuang muka ke arah lain.
Alfaro tersenyum gemas melihat wajah merengut putri kecilnya. Pria itu melangkah pelan, berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Rere lalu mulai melayangkan aksi merayu.

“Princess papa, maafin papa ya sayang. Papa janji nanti nggak akan telat lagi. Gimana kalau nanti malem kita pergi ke mall, mau?”

Akan tetapi Rere tetap diam, walaupun sebenarnya tawaran itu cukup menggiurkan. Jarang sekali dia bisa keluar malam hari. Sayangnya, dia harus sedikit mengacuhkan papanya agar pria itu kapok.

“Mau nggak, nih? Kita jalan berdua loh, Rere boleh beli apa aja, termasuk es krim, atau jajanan yang kamu mau tapi selalu mama larang,” lanjut Alfaro dengan raut wajah serius dan meyakinkan.

Mata bulat Rere berbinar, tampaknya mulai luluh akan godaan papanya. Bocah TK itu kemudian mengangguk semangat, kakinya melompat-lompat kecil. “Mau mau mau, yeayyyy sayang papa.” Rere memeluk leher Alfaro, pria itu balas menggendong Rere sembari menciumi pipi chubby putrinya, membuat gadis kecil itu tertawa kegelian.

Malam harinya, Rere menangis karena Alfaro melanggar janji lagi. Pria itu mendadak ada pekerjaan yang mengharuskannya pergi ke kantor. Suara tangisannya yang lumayan kencang membuat Alisa marah. Bukannya tenang, Rere malah semakin mengamuk. Anak itu sampai kabur dari rumah.

Begitu melihat taman bermain, Rere langsung berhenti berlari, dia duduk di ayunan dan kembali menumpahkan tangisnya. Sedangkan di sisi lain, Alisa langsung menelpon Alfaro, menjelaskan apa yang terjadi pada Rere lalu ditutup dengan perintah untuk pulang. Alfaro pun menyelesaikan pekerjaannya secepat kilat.

Saat perjalanan pulang, pria itu melihat siluet seorang anak perempuan di taman bermain. Tidak perlu menajamkan penglihatannya untuk memastikan karena dia segera tahu kalau itu adalah Rere. Alfaro menghampiri anak itu, berniat memeluknya tapi terhenti saat mendengar gumaman kecil Rere.

You Are Worth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang