Hampir dua tahun cerita ini hiatus😭😂
Moga feelnya ga jauh bedaa :')
Happy reading ^^
•
•
•
[Chapter 29 – Real Face]
Ada yang aneh.
Dahi Angkasa berkerut samar, tatapan tajamnya menyorot tidak suka pada pemandangan di bawah. Lelaki itu tahu beberapa hari terakhir, Rere selalu pulang-pergi diantar supir. Namun sore ini, dari lantai tiga gedung sekolah tempatnya mengintai Rere, Angkasa melihat perempuan itu naik motor bersama Gibran.
Apa yang terjadi? Mereka hendak kemana?
Angkasa tidak bisa menahan dirinya untuk tidak penasaran. Tapi dia sadar tidak akan mendapat jawabannya selain bertanya langsung. Untuk saat ini dia hanya akan menahan rasa ingin tahunya saja.
Nanti malam, ketika Rere datang untuk menginap di rumah sang papa, barulah dia akan menanyakannya. Bagaimanapun dia tidak ingin Rere bebas dan bersenang-senang di luar sana. Perempuan itu harus merasakan kekosongan dan kegelapan seperti yang selalu Angkasa rasakan.
Dia kemudian menatap foto Rere dan Gibran yang sempat diambil tadi. Akan bagus jika foto itu dia kirim pada mama Rere. Tapi tidak sekarang, Angkasa akan menyimpannya dengan baik hingga tiba waktu untuk menggunakannya.
-o0o-
“Hari ini selesai les jam berapa, Re?”
Langit sudah berubah jingga ketika mereka tengah berkendara. Sesuai janji Gibran pada supir Rere, dia akan mengantarkan cewek itu ke tempat les setelah tadi mereka makan bersama.
“Jam setengah delapan.”
Angin dan deru kendaraan lain membuat Rere harus mengeraskan suaranya ketika menjawab.
“Alright, nanti gue jemput.”
Rere mengangguk di balik punggung Gibran. Gadis itu memejamkan mata sejenak, menikmati angin sore yang membelai lembut wajahnya. Entah karena suasana yang damai, atau keberadaan Gibran di sisinya, atau mungkin kombinasi dari keduanya, yang pasti Rere merasa aman dan tenang.
Dia merasa bisa bernafas dengan lega tanpa tekanan dan tuntutan yang mencekik. Seakan semua beban di pundak itu luruh begitu saja, yang tersisa hanya ketenangan dan perasaan lapang.
“Weekend nanti, kita pergi lagi, ya.”
“Gue les.”
“Gue bakal culik lo.”
Gibran tertawa dengan idenya. Tapi dia sama sekali tidak bercanda, apapun caranya Gibran akan menunjukkan banyak hal indah untuk Rere. Lelaki itu ingin melihat senyum dan tawa Rere lebih banyak lagi.
“Kalau gitu gue bakal suka rela lo culik.”
Sekalipun Rere tahu pilihannya ini sangat beresiko, tapi dia memilih untuk menelannya bulat-bulat. Demi mendapatkan kebebasan, Rere harus berani bertaruh pada harapan itu, sebab dia juga layak untuk berbahagia.
Saat itu Rere tidak tahu, dadu yang baru saja dia lemparkan ternyata tidak bernasib baik. Pertaruhan yang dia kira akan merubah hidupnya menjadi penuh bunga justru berbelok ke arah yang tidak pernah dia bayangkan.
Rere lupa kegelapan yang membayanginya sudah terlalu tebal untuk ditangkal.
-o0o-
Pukul delapan malam, ruangan kelas tempat Rere les tadi sudah lengang, menyisakan seorang lelaki yang termenung sendirian. Ada satu hal yang mengganggu benak Delta sehingga membuatnya urung untuk segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Worth [END]
Ficção Adolescente- Jika dunia dan seisinya merendahkanmu - *** "Menurut lo, orang yang bisanya ngomong jahat dan kasar masih layak disebut manusia? Masihkah orang kayak gitu berharga?" "Lo tau, lo berharga melebihi ribuan alasan." *** Tinggal bersama Mama yang stric...