Bruce berlari menghampiri Dean dan berbisik padanya dengan wajah yang serius. "Dean, CEO dari Perusahaan Trump datang untuk monitoring."
Dean mengangguk lalu menyerahkan gulungan blueprint pada Mike, lalu berjalan bersama Bruce menuju gerbang utama menyambut CEO dari Perusahaan Trump. Ada 3 mobil sedan hitam berjejer rapi setelah masuk gerbang utama. Lalu seorang berjas hitam dan berkacamata hitam turun dari kemudi, berlari kecil memutari mobil dan membukakan pintu.
Sepasang kaki bersepatu hitam mengkilat turun dari mobil, sosok lelaki berstelan hitam dan kacamata hitam yang lebih brandid dari lelaki yang membukakan pintu. Lelaki itu terlihat lebih muda dari perkiraan Dean. Lelaki itu memiliki jambang tipis yang maskulin.
"Apakah itu CEO Perusahaan Trump?" gumam Dean pada Bruce.
"Positif. Namanya Alexandro Trump. Setelah ayahnya meninggal, kini Perusahaan Trump jatuh ke tangannya. Anak tertua. Dia masih muda, usianya 36 tahun dan belum menikah," jelas Bruce setengah berbisik.
Dean memang belum pernah bertemu dengan CEO Perusahaan Trump, sewaktu presentasi untuk mendapatkan tender proyek ini pun Dean hanya presentasi di depan dewan direksi dan komisaris, bukan CEO.
Dean dan Bruce berjalan menghampiri lelaki itu, dan memberikan senyuman dan jabatan tangan terbaik. "Selamat datang, Tuan Alexandro Trump!" kata Dean.
Alex tersenyum dan membalas jabatan tangan Dean. "Panggil saja saya Alex!" katanya ramah.
Dean mengangguk. Lalu memberi isyarat pada Bruce untuk memberikan helm berwarna kuning yang sedari tadi ditenteng oleh Bruce. "Silahkan pakai ini Tuan Alex untuk keselamatan," kata Bruce.
Alex memakai helmnya lalu berjalan beriringan bersama Dean dan Bruce. Beberapa orang pun ikut membuntuti. Dua orang laki-laki berkacamata dan memakai earphone seperti bodyguard berada di barisan paling belakang, dan para dewan direksi dan komisaris di barisan tengah. Mereka semua sudah dilengkapi helm keselamatan dan mulai berjalan berkeliling melihat-lihat lokasi proyek.
Sepanjang perjalanan, Dean menjelaskan panjang lebar segala hal yang harus diketahui Alex dan lainnya. Alex manggut-manggut dan tersenyum puas melihat hasil kerja Dean dan tim.
"Oh ya, saya ingin melihat apartemen contoh yang kau sebutkan tadi," kata Alex.
Dean mengangguk lalu mengantar mereka ke area apartemen dan masuk ke dalam lift menuju lantai 2. Dalam hati Dean baru teringat, dia belum memberi tahu Sasha akan kedatangan Alex.Setibanya di lantai 2, Dean membukakan pintu apartemen no 211. Rombongan Alex pun masuk dan melihat desain interior dan suasana cozy menyapa mereka. Di sana sudah tidak ada Sasha dan timnya.
"Ini apartemen tipe yang pertama. Tipe studio dengan tambahan ruangan," kata Dean.
"Ada berapa tipe apartemen?" tanya Alex sambil mencoba duduk di sofa dan menepuk-nepuknya.
"Ada tiga tipe. Ini tipe yang pertama. Tipe ke dua ada di gedung B. Tipe kedua ukurannya lebih luas dari ini dengan 2 ruang tambahan diperuntukan untuk keluarga kecil. Kini sedang dikerjakan oleh tim interior kami," jelas Dean.
"Boleh aku melihatnya?" tanya Alex.
"Mari."
Rombongan itu kemudian beranjak menuju gedung B. Dean pun menggiring mereka menuju lift dan masuk di lantai 2. Kamar 211 di gedung B. Setelah menekan tombol sandi pintu, pintu pun terbuka otomatis.
Di dalam terlihat Sasha sedang berada di atas tangga dengan memakai overall dan kemeja kotak-kotak yang lengannya dia singsingkan sampai ke siku. Rambut panjang cokelatnya dia sanggul dengan menusukkan koas panjang di rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days to Love
RomanceDean dan Sasha adalah sahabat sehidup semati. Tak pernah terpikirkan bahwa kebersamaan dan kebiasaan membuat mereka saling bergantung satu sama lain. Hingga sampai pada kesadaran bahwa mereka saling mencintai. Tapi kedatangan Alex dan Mia mengubah s...