New Project

126 8 0
                                        


Menjadikan Sasha isterinya adalah ide brilian untuk dapat memilikinya. Ide itu diberikan oleh dokter yang menyebutkan bahwa Sasha adalah isterinya di rumah sakit kemarin.Bagi Alex, Sasha adalah barang baru yang ingin ia miliki seutuhnya. Tapi Sasha membuatnya berusaha lebih keras hingga dia mengambil rencana se-extrim itu. Selama ini wanita manapun yang dia inginkan akan menyerah padanya tanpa pamrih. Tapi Sasha tidak seperti wanita lain. Itu yang membuatnya penasaran. Bukan cinta, melainkan nafsu dan rasa tak ingin kalah yang mendominasi.

"Alex, apa kau baik-baik saja?" tanya Sasha tidak nyambung dengan lamarannya.

Alex menatap Sasha tak percaya. Apa dia masih menolakku?

"Alex, demi Tuhan hentikan omong kosongmu! Aku tidak bisa tiba-tiba menikah dengan orang yang baru kukenal," kata Sasha.

Lagi, Sasha membuat Alex semakin tak ingin menyerah. Jiwanya yang menyukai tantangan semakin memburu. Melihat Sasha layaknya melihat mangsa yang begitu lincah dan sulit diterkam.

Alex tersenyum. "Baiklah, tapi aku tidak akan menyerah."

Setidaknya tadi dia sudah menerima ciumanku, mungkin dengan perlahan dia akan bertekuk lutut padaku. Gumam Alex dalam hati.

Aku memang mengagumi lelaki ini. Tapi dia bagaikan mimpi di siang bolong. Gumam Sasha dalam hati.

Jika kau terlalu cepat menyerah pada seorang lelaki maka dia akan meninggalkanmu dengan cepat pula. Entah dari mana prinsip itu dia dapatkan. Tapi itulah yang dia yakini.Alex akhirnya setuju mengantarkan Sasha pulang ke rumahnya yang kecil. Tanpa mengurangi rasa hormat, Sasha mempersilakan Alex masuk.

Setelah menembus pintu masuk, segera terlihat ruang TV dengan sofa bed dan dapur dan mini bar yang berdampingan. Kemudian ada sebuah pintu lagi di sana yakni pintu kamar. Kamar di sana hanya satu dan di dalamnya terdapat walkin closet dan kamar mandi. Losmen kecil itu Sasha sulap dengan penataan interior minimalis industrialis sehingga membuatnya nyaman dan fashionable.

"Kau mau kubuatkan sesuatu?" tanya Sasha.

"Tentu. Apapun itu," balas Alex lalu duduk di sofa.

Sasha masuk ke area dapur dan membuatkan pancake mengingat setelah berdebat yang diakhiri lamaran konyol Alex di rumahnya mereka memang belum sarapan.Pancake dengan saus mapple dan segelas susu kedelai mereka santap bersama di mini bar yang juga mejanya bisa disulap menjadi meja makan portable. Alex begitu takjub dengan kemampuan Sasha lainnya selain membuat kopi.

"Aku ada proyek lagi untukmu dan Dean," kata Alex di sela-sela makan.

"Proyek apa?" tanya Sasha antusias.

"Untuk Dean dan perusahaannya aku ada proyek pembangunan rumah sakit di South Wales. Anak perusahaanku yang dipimpin sepupuku mendonasikan sebuah rumah sakit untuk warga setempat. Maka dari itu, akan aku berikan proyek itu pada perusahaan Dean."

"Oke, mendesain interior rumah sakit lebih mudah ketimbang apartemen," kata Sasha.

"Aku akan memesanmu khusus bukan untuk mendesain villa," lanjut Alex.

Sasha mengernyitkan dahi. "Maksudmu?"

"Aku mempunyai villa di pulau Chrismast. Bangunannya sudah berdiri kokoh, tapi penataaan interiornya aku kurang suka. Aku ingin kau mengerjakan itu."

Sasha menatap Alex skeptis.

Alex yang mengerti tatapan itu, "Oh ayolah, ini profesionalisme. Aku akan membayarmu secara profesional juga. Dan aku tidak mau kau menolak yang satu ini," Alex mengubah tatapannya menjadi menakutkan. "Sebenarnya, aku tidak suka dengan penolakan. Aku tidak pernah mendapatkannya dari siapapun kecuali dirimu. Tapi untuk urusan profesionalitas, akan aku hancurkan perusahaan manapun yang membuatku kecewa." lanjutnya memperingatkan.

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang