Tidur Bersama

271 10 0
                                        

Hari demi hari, bulan demi bulan terus berlalu. Mega proyek yang ditangani perusahaan konstruksi milik Dean sudah nampak berdiri. Bagian interior yang ditangani Sasha pun sudah mulai turun ke lapangan. Komplek apartemen dan mall bahkan sudah mencapai 90 persen. Hanya tinggal pembangunan beberapa fasilitas umum seperti fasilitas olahraga dan pendidikan.Dean dan Sasha pun banyak menginap di lokasi proyek. Yah, itulah kelebihannya menjadi single. Tak harus selalu pulang ke rumah jika kerjaan masih belum selesai.

Pukul 21.00 Sasha merasa sudah cukup bekerja hari ini. Dia masuk ke dalam kamar apartemen yang dia jadikan kamar contoh. Semua furnitur baru di dalamnya sudah tertata rapi dan keren bergaya minimalis. Malam ini Sasha akan coba tidur di sini.

Sasha meraih ponselnya dan menelpon.

"Ya?" sahut Dean di seberang sana.

"Dean aku mau coba tidur di apartemen contoh. Jika kau mau memeriksa hasil kerjaanku hari ini, masuklah kapanpun kau mau. Mungkin aku sudah tidur." kata Sasha sembari menyiapkan diri untuk mandi.

"Baiklah."

Sasha menutup telepon. Lalu ia masuk ke kamar mandi dan melepaskan segala penatnya hari ini dengan mandi air hangat.

Pukul 00.00 Dean merasa cukup untuk kerjanya hari ini. Para pegawai bagian shift malam masih tetap bekerja. Dia pun ingat untuk mengecek hasil pekerjaan Sasha di apartemen contoh.

Setibanya di apartemen, Dean pergi ke lantai 2. Pintu nomor 211 yang dia tuju. Setelah memasukan kode kunci, pintu pun secara otomatis terbuka. Bagian dapur yang minimalis nampak menyambut Dean ketika pintu terbuka. Perabotan mulai dari kompor, kulkas dan meja makan sudah tertata rapi.

Dean masuk dan menutup pintu. Setelah melewati dining area, di sebelah kanan ada ruang tv dengan sofa berwarna cokelat membuat suasana menjadi hangat. Di samping TV terdapat pintu menuju kamar.

Perlahan Dean membuka pintu kamar dan terlihat Sasha sedang tengkurap di atas kasur berukuran Queen tanpa selimut. Dean terkekeh melihat Sasha tertidur seperti itu.Dean berjalan tanpa bersuara menghampiri Sasha lalu membentangkan selimut untuk menyelimuti Sasha. Tiba-tiba Sasha menggeliat dan balik badan menjadi terlentang tapi masih dalam keadaan tidur. Dean yang sudah membungkuk dengan selimut di tangannya menatap Sasha. Nafas Sasha terasa menyapu wajahnya.

Entah kenapa Dean merasa sekujur tubuhnya memanas. Tapi ia segera menepisnya lalu menyelimuti Sasha sampai ke dada. Tiba-tiba Sasha bergerak lagi, meraih tubuh Dean dan menggulingkannya ke sisi kanan membuat Dean terjerembab tiduran di sisi kanan Sasha, dengan terkunci tangan dan kaki Sasha. Dean sudah seperti bantal guling bagi Sasha.

Akh! Buseet!

Dean tak habis pikir kenapa Sasha masih memiliki tenaga sekuat ini bahkan dalam kondisi tidur. Dean memijit-mijit pipi Sasha dengan jarinya tapi dia tak terbangun sama sekali.

Hey! Kamu itu tidur atau mati sih?

Ingin dia beranjak tapi dia takut membangunkan Sasha. Dean membiarkan dirinya dalam pelukan Sasha. Entah kenapa dia merasakan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Tak terasa matanya pun terpejam dan ikut terbang ke alam mimpi.

***Sinar matahari menerobos tirai jendela di kamar apartemen nomor 211. Sasha membuka matanya dan samar-samar dia melihat wajah Dean yang manis tengah tertidur di sampingnya. Sasha tersenyum.

Kenapa aku masih memimpikan orang ini?

Beberapa lama kemudian matanya mulai jelas, dan tersadar bahwa dia sedang tidak bermimpi.

"AAAAKK!!!" teriak Sasha sambil menendang Dean yang tidur di sampingnya.

Dean pun terbangun tapi tak beranjak dari atas kasur. "Apaan siii??"

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang