Rencana Mia

81 8 0
                                        

Tiga bulan telah berlalu semenjak kecelakaan naas yang membuat Mia masuk ke dalam rumah sakit. Kini Mia sudah kembali pulih. Untungnya tidak ada cedera permanen akibat kecelakaan itu.

Sasha dan Mia pun semakin dekat. Sasha sering berkunjung ke apartemen Mia karena setelah kecelakaan itu, Alex memindahkan Mia ke Sydney.

Tapi hatinya masih tidak menerima ketika melihat Dean bertindak mesra pada Sasha. Dia masih menginginkan lelaki itu. Obsesinya semakin tinggi. Rencana besar pun telah tersusun dengan baik.***Malam ini Sasha sedang menangani proyek pembangunan sekolah olahraga milik pelatih timnas rugby di Toronto, Kanada. Dean yang sudah selesai mengerjakan pembangunan eskteriornya terpaksa harus kembali ke Sydney, Australia lebih dulu untuk menangani proyek lainnya.

Perusahaannya sedangan berada di puncak kejayaan. Selain menangani proyek dalam negeri, nama perusahaan mereka pun terdengar ke luar negeri.

Dean merebahkan tubuhnya di atas sofa apartemennya. Rasanya sangat penat sekali hari ini dan Sasha tak ada di sana. Tak ada tempat untuk melampiaskan keluh kesahnya.

Drrtt Drrt

Dean merogoh ponselnya dan melihat nama Mia muncul di layar. Dia pun mengangkatnya. "Ya?"

"Dean, bisa kau bantu aku? Pipa di apartemenku bocor, aku sudah menelepon tukang servis tapi mereka semua tidak bisa dihubungi. Aku tidak tahu harus menelepon siapa lagi?" kata Mia terdengar khawatir.

Dean yang sebenarnya kesal, tidak dapat menolak itu karena peduli pada Mia. "Baiklah. Aku akan ke sana!"

Dean keluar dari apartemennya dan naik ke lantai atas menggunakan lift. Ya, Mia dipindahkan di komplek apartemen yang sama dengan Dean dan Sasha.

Sesampainya di apartemen Mia, Mia terlihat basah kuyup dengan memakai kaos oblongnya. 

"Ayo Dean! Cepat!"

Dean ikut berlari kecil di belakang Mia dan benar saja pipa di tempat cuci piring tengah menyemburkan airnya ke mana-mana. Dengan segera, dia mengambil kain lalu menyumpal pipa yang bocor. Tubuhnya pun ikut basah terkena cipratan air.

"Mia, ambilkan aku karet atau semacamnya!" teriak Dean.

Mia membuka laci di meja island lalu mengeluarkan tali kabel dan menyerahkannya pada Dean. Dengan cepat Dean mengikat kain yang disumpal di pipa yang bocor itu dan untuk sementara waktu masalah pipa bocor selesai diatasi.

"Besok pagi akan ku suruh orangku datang ke sini untuk memperbaikinya," kata Dean.

"Ah.. syukurlah! Terima kasih Dean!" kata Mia lalu dia menyodorkan gelas air minum pada Dean yang sudah ada di meja island.

Dean meraihnya lalu meminumnya dengan lahap karena semenjak pulang tadi dia memang belum minum. "Terima kasih," Dean menyimpan gelasnya.

"Kau mau makan sesuatu?" tawar Mia.

"Tidak. Aku sudah makan tadi sebelum pulang. Kalau begitu sampai jumpa!" kata Dean lalu berjalan menuju pintu.

Belum sampai dia membuka pintu, tiba-tiba kepalanya pusing dan badannya terasa panas. Dunia terasa berputar bagi Dean. Dia berbalik dan menatap Mia.

"Dean kau baik-baik saja?" tanya Mia lalu meraih Dean yang hampir terjatuh.

Saat Dean bersentuhan dengan Mia, saat itu juga hasrat penyaluran nafsunya terpicu. Apa yang diminumnya tadi telah diberi obat perangsang yang kuat oleh Mia.Dean menatap Mia. Samar-samar wajah Mia berubah menjadi wajah Sasha, kekasihnya. 

"Sasha?"

"Dean?" tanya Mia sambil memastikan Dean tidak sadar.

Saat Mia mendekat, Dean langsung memburu Mia dan mencium bibirnya dengan kasar. Seburat senyum melintas di wajah Mia. Dean semakin menggila dengan mulai menjelajahi tubuh Mia. Dia pun membuka kaos yang dipakai Mia dan menjatuhkannya di lantai.

Mia menggiring Dean masuk ke dalam kamarnya. Mereka berdua terjatuh di atas ranjang dalam keadaan masih berciuman. Mia melepas baju dan celana Dean dengan cepat begitu pun dengan pakaian dalam miliknya. Mia bersiap menerima Dean.

Dean melepaskan hasrat yang tak dapat dikendalikan pada wanita di hadapannya itu. Yang dia lihat adalah Sasha, kekasihnya. Meski sebenarnya wanita itu adalah Mia. Tapi Dean tak dapat berpikir jernih.

Bahkan kepalanya pun pening saat melakukannya. Dia terdorong kebutuhan biologisnya untuk segera melepas. Dean tergeletak di atas tubuh Mia setelah selesai melepas hasratnya. Mia merasakan kepuasan yang luar biasa. Rencananya berhasil kini tinggal menunggu apa yang akan terjadi dalam sepekan mendatang.***Dean membuka matanya dan kepalanya masih terasa berat. Dia melihat seluruh isi kamar itu dan barulah menyadari bahwa kamar ini bukan miliknya. Di sampingnya tak ada siapa-siapa. Bajunya berserakan di lantai.

Dean berusaha kembali mengingat apa yang telah terjadi semalam dan ingatan itu muncul. Seketika Dean menjambak rambutnya karena telah meniduri Mia tanpa sadar. Dia ingat itu meski semalam yang muncul dalam pikirannya adalah Sasha.

Dean memakai bajunya lalu keluar dari kamar. Di dapur Mia terlihat sedang memasak. Dean menghampiri dan menatap Mia dengan perasaan yang kacau.

"Selamat pagi Dean!" sapa Mia ceria, lalu memberikan segelas air putih pada Dean.

Dean pun mulai teringat. Sebelum dirinya menggila, dia telah meminum air yang disuguhkan Mia. Dengan keras, Dean menghardik gelas yang disodorkan Mia dan gelas itu pecah berserakan di lantai. Mia mulai mengubah ekspresi wajahnya.

"Apa yang kau berikan padaku semalam?" tanya Dean, marah.

"Apa maksudmu Dean?" Mia masih berkilah.

"Kau jelas-jelas menaruh sesuatu di minuman yang kau berikan!" Dean sudah tidak berlaku baik pada Mia kini.

"Dean, untuk apa aku melakukan itu? Hanya untuk tidur denganmu?" sanggah Mia.

"Mia!"

"Dean, di sini akulah yang menjadi korban pelampiasan nafsumu! Bagaimana jika aku hamil?!" Mia mulai memutar balikan fakta.

Dean mengingat kejadian semalam. Melakukakannya saja dalam keadaan tak sadar, bagaimana mungkin dia ingat harus memakai pengaman.

"Kau menjebakku Mia!" teriak Dean.

Mia menangis. Dean berbalik membelakangi Mia. Kepalanya kini lebih pening dari sebelumnya. Dia pening memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.

Apakah mungkin Mia akan hamil hanya dalam sekali berhubungan? Jika hamil, apa yang harus dia lakukan? Terlebih lagi dia memikirkan kekasihnya, Sasha. Dia tidak ingin kehilangan Sasha hanya demi kesalahannya di satu malam, itu pun karena dijebak.

"Jangan pernah kau mengatakannya pada Sasha," kata Dean.

Mia berhenti menangis.

"Apapun yang telah terjadi semalam, jangan sampai Sasha mengetahuinya," kata Dean lagi tanpa menatap Mia.

Mia mengahapus air matanya lalu mulai tersenyum licik. "Aku tidak akan mengatakannya Dean, aku berjanji."

"Dan jangan muncul di hadapanku lagi!" akhir Dean lalu keluar dari apartemen Mia.

Mia tersenyum melihat kepergian Dean. "Kau akan kembali lagi padaku, Dean. Lihat saja nanti!"***Drrrtt Drrrtt

Ponsel Dean bergetar dan kini wajah Sasha muncul di layar. Dean kebingungan mengangkatnya. Dia tak kuasa berdusta di belakang kekasihnya itu. Tapi apapun akan dia lakukan asalkan Sasha tidak meninggalkannya.

"Halo sayang," jawab Dean seraya menempelkan ponselnya di telinga.♡♡♡

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang