Peresmian (1)

112 7 0
                                    

Selama 12 bulan lamanya Dean bersama tim menangani mega proyek dari Perusahaan Trump. Dan proyek itu kini telah rampung sesuai dengan target berkat kerja keras dan kerja sama tim yang baik.

Malam ini adalah acara peresmian proyek itu. Akan ada acara gunting pita dan gala dinner. Seperti biasa Dean akan menjemputnya nanti sore.

Sudah sekian lama Sasha tidak tidur di losmennya yang nyaman. Losmen kecil tapi dengan penataan furnitur yang apik membuat siapa saja betah bertamu di sana. Dean selalu menyuruh Sasha untuk pindah ke apartemen yang lebih luas. Tapi Sasha selalu menolak karena dirinya tidak butuh tempat tinggal yang luas. Losmennya cukup untuk hanya sekedar tidur karena selebihnya Sasha selalu berada di kantor atau di proyek.

Setelah selesai beres-beres, Sasha berbaring di sofa. Dilihat di jam dindingnya masih pukul 1 siang. Masih ada banyak waktu sampai Dean menjemputnya jam 5 sore.

*Ding Dong*

Suara bel pintu berbunyi. Tidak mungkin itu Dean. Sasha bangkit dari sofa lalu berjalan menuju pintu. Terlihat laki-laki berstelan jas rapi dengan membawa kotak besar. Wajah laki-laki itu terlihat familiar tapi entah dimana dia pernah bertemu dengannya.

"Mm..iya?" tanya Sasha merasa tidak berkepentingan dengan siapapun akhir-akhir ini.

"Nona Sasha? Saya diperintahkan untuk memberikan bingkisan ini untuk Anda." kata laki-laki itu sambil menyerahkan kotak besar yang dia bawa.

"Hah? Dari siapa ya?" sambil mengingat-ngingat kapan terakhir kali dia belanja online.

"Dari Tuan Alexandro Trump." katanya singkat.

Terkejut mendengarnya, Sasha terheran-heran sambil menerima kotak yang dia pangku dengan kedua lengannya. Setelah memberikan itu laki-laki itu pergi tanpa basa-basi.Sasha menutup pintu lalu berjalan menuju kamarnya. Dia letakkan kotak kardus yang terlihat eksklusif berwarna gold di atas kasurnya. 


Setelah dibuka dia ternganga melihat sebuah gaun berwarna merah marun yang cantik dan elegan dengan tanpa lengan. Gaun itu dia bentangkan pada tubuhnya. Panjang menjuntai dengan belahan tinggi hingga paha. Sexy sekali. Di dalam kotak terdapat pula beludru hitam sebagai selendang.

Ini pasti mahal.

Itulah hal yang terbersit pertama kali di pikirannya. Di dasar kotak terdapat sebuah kartu ucapan tertulis.

Pakai ini untuk acara peresmian malam ini.Aku menjemputmu pukul 7.Alex

"Ada apa ini? Kenapa Alex begini? Apa dia menyukaiku?" tanya Sasha berbunga-bunga.

Entah apa yang dia rasakan. Dia berbunga-bunga. Baru kali ini ada yang memperlakukannya selayaknya seorang wanita. Dia memang mengagumi Alex pada pandangan pertama. Tapi untuk mencintai, Sasha harus mengenalnya lebih lama. Malam ini mungkin dia akan tahu apa yang Alex maksudkan dengan mengirim gaun ini.

Sasha meraih ponselnya, "Halo Dean?"

"Iya?" jawab Dean dari sambungan telepon.

"Sore ini kamu tidak usah menjemputku ke acara peresmian," jawab Sasha datar.

"Kenapa? Kau tidak sakit?" intonasi Dean meninggi.

"Tidak, malam ini Alex akan menjemputku." jawab Sasha.

"Alex? Alex mana?" Dean mulai kepo.

"Alex Trump. Dia bahkan memberiku gaun mahal, entah apa maksudnya," jelas Sasha.

Pasti ada maunya laki-laki itu!

Umpat Dean dalam hati.

"Baiklah, sampai jumpa nanti Dean." akhir Sasha menutup telepon.

Dean menatap ponselnya dan layar ponsel yang bergambar Sasha yang tengah memeluk dari belakang dan membuat garis senyuman di wajah Dean mulai meredup.

Perasaan aneh merasuki dada Dean. Rasanya sesak dan kesal mendengar Sasha sepertinya suka mendapat hadiah dari Alex. Tapi dia tak dapat melakukan apa-apa.***Sasha menatap dirinya dalam cermin. Tak pernah dia memakai gaun atau baju seterbuka itu. Apa seperti ini penampilan wanita-wanita yang mengelilingi Alex?

Agar tidak terlalu mencolok, dia hanya mengepang kecil rambut di sisi kiri dan kanannya lalu mengikatnya ke belakang dengan jepit kupu-kupu silver yang dia beli saat liburan ke Korea. Make up flawless yang selalu dia pakai untuk acara-acara resmi sambil menjadi pacar gadungan Dean.

Sepatu hak 8 senti yang tidak pernah dia pakai kini sudah terpasang di kakinya. Sasha melihat pantulan dirinya di cermin.

Ah, itu bukan diriku!

Sasha sudah duduk di sofa sambil gelisah menunggu ketukan pintu. Rasanya seperti menunggu hasil interview kerja. Perutnya terasa melilit karena gugup.

*Ding Dong*

Bel pintunya berbunyi. Dengan cepat Sasha merapikan dirinya di cermin. Dia raih tas kecilnya lalu membuka pintu. Dilihatnya lelaki berjas yang tadi siang memberikannya gaun. Lelaki itu mengangguk hormat.

"Tuan Alex menunggu di mobil, nona." katanya.

Sasha menoleh pada mobil limousin hitam mengkilat di pinggir jalan. Dia tak dapat melihat sosok Alex dari kaca mobil berwarna hitam yang tertutup itu. Setelah si lelaki berjas itu berjalan, Sasha mengikutinya. Lelaki itu membukakan pintu dan Sasha pun masuk.

Sosok Alex berstelan tuxedo hitam duduk dengan tompang kaki di dalam mobil mewahnya. Dia menoleh pada Sasha dan tersenyum membentuk lesung pipi yang dalam.

"Selamat malam Sasha!" sapa Alex.

Pintu limousin tertutup dan tak ada suara apapun yang terdengar dari dalam. Bahkan dia tidak melihat ada supir dan lelaki berjas tadi. Di depannya ada TV dan lemari pendingin dan beberapa botol minuman. Tempat duduknya pun luas cukup untuk tidur terlentang dengan nyaman.

"Sasha?" Dean membuyarkan lamunan Sasha yang takjub dengan limousin.

"Ah.. iya. Tuan Alex. Selamat malam." kata Sasha belibet.

"Panggil Alex saja,"

"Maaf.. aku tidak terbiasa."

Alex mengeluarkan dua gelas kristal di dari lemari di samping TV. Lalu membuka botol wine dan menuangkannya ke dalam kedua gelas. Lalu menyodorkannya pada Sasha.

Gadis ini. Sudah kuberi gaun mewah tapi dandanannya masih begitu sederhana. Apa dia tidak pergi ke salon? Tapi aku suka.

Sasha meraih gelas yang disodorkan oleh Alex. Alex mengangkat gelasnya, mengisyaratkan untuk mempersilakan Sasha meminumnya. Sasha dan Alex meminum anggur itu dalam satu tegukan kecil.

"Mm..." Sasha memberanikan diri untuk bertanya. "Alex, apa maksudmu dengan memberikanku gaun? Bahkan kita baru beberapa kali bertemu."

Alex tersenyum. "Apa tidak boleh?"

"Mm... boleh sih.. tapi apa ini tidak terlalu berlebihan?"

"Ini hanya hadiah kecil. Sebagai tanda pertemanan kita."Hadiah kecil? Gaun mewah ini?? batin Sasha.

Alex menyimpan gelas di samping tempat duduknya. "Aku ingin mengenalmu lebih dekat."

"Ah.. begitu?" pipi Sasha mulai memerah. Plis, jangan keliatan bego! Jaga perasaanmu Sasha!

"Baiklah," kata Sasha lagi.

"Aku tidak meminta persetujuanmu." kata Alex datar.

Deg. Sasha mengernyit dahi. Oh begini ya orang kaya. Apapun keinginannya harus terwujud. Bahkan untuk permintaan yang berhubungan dengan orang lain, dia tidak membutuhkan persetujuan orang tersebut?

Rasa kagum Sasha berkurang satu persen karena arogansi Alex. Sasha menghabiskan minumannya dengan satu tegukan, kesal. Inginnya mengembalikan gaun yang sedang dipakainya, tapi tak bisa.

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang