Sisi Lain Alex

93 10 0
                                        

Sasha dan Audrey sampai di ruangan yang penuh dengan kubikel berisi para karyawan yang sedang bekerja. Semua karyawan berhenti bekerja dan mendongak menatap Audrey.

"Perhatian semuanya! Perkenalkan ini adalah karyawan baru pindahan dari Sydney!" ucap Audrey. "Di sana mejamu!" Audrey menunjuk sebuah kubikel kosong di pojok dengan view jendela yang memperlihatkan pemandangan kota Auckland dari ketinggian.

Sasha mengangguk lalu menatap wajah para karyawan yang melambaikan tangan padanya."Nanti saja perkenalannya, di jam makan siang. Hari ini sedang ada kunjungan Tuan Alex!" seru Audrey.

Seketika suasana riuh menjadi hening dan serius, semua karyawan kembali ke pekerjaannya. Sasha semakin tak percaya dengan itu. Alex yang perhatian padanya ternyata begitu kejam pada karyawannya.

Audrey pun pergi dan kembali ke ruangannya di lantai atas, sementara Sasha menuju kubikelnya. Di kubikel itu, sudah terdapat iMac untuk menunjang pekerjaannya.

"Apa yang harus kukerjakan?" gumamnya sambil meletakkan punggungnya ke badan kursi.

***Di jam istirahat, akhirnya Sasha mendapatkan beberapa teman mengobrol di kafetaria yang berada di lobi kantor. Audrey, sekertaris Josh, lalu Chad yang merupakan seorang arsitek dan Milly yang merupakan desainer interior seperti dirinya. Chad satu-satunya pria di meja itu. Chad seperti memiliki kedekatan spesial dengan Milly.

"Ada hot news hari ini!" ucap Audrey membuat semua mata yang ada di meja itu tertuju padanya.

"Apa?" tanya Chad.

"Tuan Alex akan menetap di New Zealand," ucap Audrey membuat Chad tersedak kopinya.

"Uhuk Uhuk!" Chad terbatuk dan Milly segera menepukpunggungnya.

Sasha terdiam. "Apa Alex mengikutiku?" pikirnya dalam hati meski rasanya Sasha terlalu percaya diri.

"Ada apa? Bukankah markas besar kerajaan perusahaan Trump ada di Sydney?" tanya Milly.

"Ya, entahlah. Mungkin karena dia rajanya, maka apapun keinginannya akan terlaksana dengan mudah. Bukan begitu?" ujar Audrey.

"Bagaimana dengan Tuan Josh? Apa dia dipindahkan posisinya?" tanya Chad.

"Tidak. Tuan Josh masih di posisinya dan aku masih menjadi sekertarisnya. Hanya saja ada tambahan ruangan di lantai paling atas, untuk ruangan Tuan Alex," jawab Audrey.

"Mulai sekarang, kita tidak boleh terlambat lagi! Ada monster di sekitar kita!" ucap Milly setengah berbisik.

"Apa kalian sudah mengenal Alex.. Um maksudku Tuan Alex?" tanya Sasha.

"Tentu, dia atasan dari atasan kita," jawab Chad.

"Maksudku, mengenal lebih dekat. Apa di kantor ini pernah diadakan malam kebersamaan bersama para karyawan dan atasan? Mungkin, setelah mengenal lebih dekat dia tidak semenakutkan yang kalian bayangkan," tambah Sasha.

Semua tatapan aneh segera tertuju pada Sasha. Sebelum Sasha mendapatkan komentar dari orang-orang di hadapannya, ponsel mereka bergetar dan mereka membuka ponselnya bersamaan yang berisi ajakan rapat.

"See? Jam istirahat kita belum selesai, Tuan Alex sudah menyuruh kita berkumpul untuk rapat!" ucap Chad sambil memperlihatkan layar ponsel yang berisi grup chat kantor.

"Aku tidak mendapatkan pemberitahuan apapun?" kata Sasha.

"Oh ya, akan aku masukkan kontakmu di grup kantor!" ucap Audrey. "Sebaiknya kita bergegas!"

Semua mulai berdiri dan naik ke aula di lantai dua. Aula itu berisi kursi-kursi yang sudah penuh diisi oleh para karyawan. Di podium terlihat deretan meja dan kursi-kursi eksekutif dengan microfon menempel di atas permukaan mejanya. Tak lama para eksekutif masuk ke dalam ruangan dan seisi ruangan langsung hening begitu melihat Alex berada di deretan para eksekutif.

Sasha melihat raut wajah yang begitu tegang dari para karyawan di samping kiri dan kanannya. Alex mendekatkan mulutnya ke microfon di hadapannya dan mulai berbicara.

"Mulai hari ini, saya akan berada di kantor ini untuk waktu yang lama mengawasi kinerja kalian karena saya sering mendapat laporan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan yang mendapatkan profit terendah dari semua anak perusahaan Trump. Sekecil apapun kesalahan tidak akan saya terima. Silahkan cari perusahaan lain untuk melakukan kesalahan," ucap Alex dengan tegas.

Semua nafas tercekat mendengar pidato Alex yang berisi ancaman.

"Hell ya.. Ternyata Alex memang monster!" gumam Sasha dalam hati.***Sasha mengambrukkan tubuhnya ke atas sofa di apartemennya. Dia sudah mandi air hangat dan siap menonton acara televisi New Zealand sambil memakan es krim vanilla yang dia beli sepulang kerja. Hari pertamanya sebagai karyawan perusahaan Trump lumayan menyenangkan.

Dia menemukan sisi lain dari Alex. Sangat berbeda dari Alex yang dia kenal. Tapi dia harus tetap professional. Ketika bertemu Alex di kantor, maka dia harus bersikap seperti karyawan lainnya yang takut pada atasannya.

Sasha menyalakan televisi dan mulai menyantap es krim vanilla dengan melipatkan kakinya di atas sofa.

Drrt Drrtt

Ponselnya bergetar. Sasha pun meraih ponsel di atas meja dan menatap layar yang muncul pemberitahuan grup chat baru. Tak lama panggilan video dari Audrey masuk.

"Hai Audrey!" ucap Sasha saat wajah Audrey mengisi layar. Audrey terlihat seperti berada di sebuah pub.

"Oh my god! Apa yang kau lakukan?" Audrey berteriak melihat penampilan Sasha.

"Aku? Menonton tv sambil makan es krim," jawab Sasha.

"Kau seperti orang patah hati! Hahaha..." Audrey menertawakan Sasha.

"Well, kau benar!" jawab Sasha.

"What?"

"Ah, tidak-tidak!"

"Sasha, datanglah sekarang juga ke pub in bob. Akan aku share lokasinya. Datanglah ke sini, ini adalah acara penyambutan karyawan baru!" ucap Audrey.

Belum sempat Sasha menolak ajakan Audrey, dia sudah menutup sambungan teleponnya. Sasha menghela nafasnya panjang. Meskipun sebenarnya dia sangat ingin menikmati kesendiriannya, tapi ajakan Audrey tidak bisa ditolak. Dia pun bangkit dan bersiap untuk pergi.

***Suasana di pub in bob terasa sangat cozy. Tak ada dance floor di sana. Di panggung terdapat live musik dari para pemain band membawakan lagu-lagu yang enak didengar. Pengunjung duduk di deretan meja dan kursi menikmati makanannya dengan minuman beralkohol sebagai pendampingnya sembari menikmati musik.

Sasha menebarkan pandangannya dan terlihat Audrey dari kejauhan melambaikan tangannya. Sasha segera menghampirinya. Di sana ternyata sudah ada Chad, Milley dan Austin. Austin adalah salah satu arsitek di perusahaan Trump dan dia terlihat seperti kekasihnya Audrey terlihat dari lengannya yang merangkul pinggang Audrey.

"Kenapa aku berada di antara para pasangan yang sedang double date?!" gerutu Sasha dalam hati.

"Hey!" seru Audrey saat Sasha sampai dan duduk di kursi yang masih kosong di meja itu.

"Kau harus banyak menikmati Auckland. Jangan berdiam diri di apartemen!" ucap Milley sambil menuangkan vodka ke gelas dan menyerahkannya pada Sasha.

"Thank's," Sasha menerima gelas itu dan meminumnya. "Apa kalian memang sering melakukan penyambutan karyawan di hari kerja?"

Chad terkekeh. "Memangnya kenapa?"

"Minum di hari kerja, apa kita akan baik-baik saja besok?" tanya Sasha lagi.

"Hahaha!" semua orang tertawa kecuali Sasha. Austin menambahkan vodka pada gelas Sasha yang sudah kosong.

"Minumlah! Mari kita bersulang untuk Sasha!" kata Austin.

Mereka pun mengangkat gelasnya ke udara.

"Selamat datang di New Zealand!" seru Austin.

"Cheers!"

Tring

***

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang